Semua murid kelas X MIPA 2 sedang memikirkan gimana caranya agar membuat Axel kembali ceria seperti dulu, mereka sangat tidak nyaman melihat Axel sedih.
"Oii Reno, lo mending jaga di luar kalau Axel dateng lo bawa ke kantin atau kemana kek, biar nggak tau kalau kita lagi rapat," ucap Nathan yang tidak ingin kalau Axel tahu kalau mereka sedang merencanakan sesuatu.
"Oke," ucap Reno sambil berjalan keluar kelas.
"Apa kita beli burung kenari sama sangkarnya sekalian?" tanya Obe karena menurutnya akan lebih baik kalau mereka membelikan kedua itu.
"Tapi kan tadi Axel nolak pas dikasih burung Kenari sama pak Ghibran," ucap Dila merasa kalau usul Obe kurang pas.
"Iya juga sih, mau gimana lagi coba?" tanya Nathan yang masih belum mendapatkan inspirasi.
"Kita cari aja anakan burung Kenari kan tadi Axel bilang bukan soal burungnya tapi kenangannya, jadi Axel bisa ngerawat dia dari kecil dan bisa membuat kenangan sama-sama," ucap Zahra yang merasa kalau usulannya kali ini akan berhasil.
"Oke gua setuju, yang lain gimana?"
Yang lain pun setuju lalu mereka iuran untuk membeli anakan burung kenari dan kandangnya sekalian, Obe dan Nathan sedang mencari informasi tentang penjual anakan Kenari.
*****
Axel hanya memainkan gitar milik Luna tanpa tahu apa yang ingin ia nyanyikan, ia selalu keingat saat melihat burung kenarinya sudah terkapar lemas.
"Percuma," ucap Axel setelah sekian lama memainkan gitar tapi moodnya tak kunjung membaik.
"Kenapa? Lagi sakit?" tanya Claris saat melihat muka Axel sedikit pucat.
"Enggak kok kak," jawab Axel sambil tersenyum agar Claris tidak merasa khawatir dengan kondisinya sekarang.
"Oh, kalau gitu ke kelas gua yuk, semua kangen lihat lo."
"Besok aja kak, sekarang kan semuanya masih bingung ngurusin nilai."
"Kalau gitu ikut gua makan di kantin."
"Tapi kak nanti kalau pacar kakak tahu kan bahaya."
"Mana mungkin gua cemburu sama bentukan kayak lo," ucap Irfan yang baru saja masuk ke dalam ruang Club.
Axel baru tahu kalau Claris dan Irfan berpacaran karena selama ia sudah bergabung dengan Club Musik mereka berdua jarang sekali menunjukan kemesraan.
"Udah ayo," ajak Claris sambil berdiri dari duduknya.
"Xel jangan pernah coba-coba ngerebut Claris dari gua, inget gua bisa bunuh lo kapan pun gua mau."
"Tenang aja kak, aku sudah punya orang yang aku suka kok."
"Bagus deh kalau gitu."
Axel dan Claris pun berjalan ke arah kantin, sepanjang perjalanan banyak orang yang ketakutan melihat mereka, wajar saja dua orang yang masuk kedalam daftar 10 orang yang paling ditakuti sedang berjalan bersama, orang lain pasti berfikir kalau Claris dan Axel akan membuat kekacauan.
"Pasti berat ya jadi kakak," ujar Axel saat melihat beberapa orang lari setelah berpapasan dengan mereka.
"Kok gitu?" tanya Claris yang tidak paham maksud perkataan Axel.
"Kakak di jauhin banyak orang gara gara kakak masuk ke dalam daftar 10 orang yang paling ditakuti."
"Kan sekarang udah ada lo, jadi gua nggak perlu mikirin pendapat orang lain," ucap Claris sambil merangkul pundak Axel.
"Kak lepas nanti Kak Irfan marah."
"Kalau dia marah gua bakal tinggal jelasin yang penting sekarang gua harus buat lo kembali ceria."
Axel tersenyum mendengar perkataan Claris, bagi Axel semua perkataan Claris tulus tidak ada kebohongan sama sekali dan Axel sudah menganggap Claris sebagai kakaknya.
Sesampainya di kantin Claris dan Axel memesan makanan, mereka duduk di meja bagian tengah tengah kantin karena meja ini dikhususkan untuk Claris, Irfan, Deni dan Luna jadi tidak ada orang lain yang berani menduduki.
Tak sedikit orang yang sedang menggosipkan mereka, sudah banyak kata yang mereka dengar dan itu bagi Axel sangat menyakitkan hati.
"Gua denger Claris pernah ke Club malam," ucap seseorang laki laki dari sebelah kanan.
Setelah mendengar itu Axel tidak bisa diam saja, dia langsung mencari siapa sumber suara itu setelah ketemu dia langsung menyiram air dari gelas.
"LO PIKIR LO SIAPA HA! BERANI BERANINYA NGOSIPIN KAK CLARIS BEGITU!" Bentak Axel sambil memukul muka laki laki yang tadi berbicara kalau Claris pernah ke Club malam.
Claris pun berusaha menarik Axel menjauh tapi tenaga Axel lebih kuat dan Axel masih tetap stay di posisinya.
"Xel cukup," ujar Claris sambil mencekal tangan kanan Axel.
"Dia udah nge jatuhin harga diri kakak, masa iya kakak diam aja."
"Gua bilang cukup ya cukup lo nggak tau apa apa soal gua jadi jangan sok tau."
"Iya emang Axel nggak tau apa apa soal kak Claris tapi sifat kakak itu baik jadi kakak nggak mungkin ketempat yang kayak begituan."
"Gua nggak mau lo dihukum."
"Axel nggak mau kak Claris diejek."
"Lo bukan siapa siapa gua."
"Nggak perlu punya hubungan kalau buat belain orang lain."
Claris sangat tersentuh dengan perlakuan Axel kepadanya, padahal Axel belum begitu mengenal ia tapi Axel sudah belanya dari gosip-gosip negatif.
"Oke-oke udah cukup biar laki laki itu gua sama Irfan yang ngurus," ucap Deni sambil berjalan ke arah laki laki yang masih tergeletak dilantai.
"Makasih udah belain pacar gua," ucap Irfan sambil menepuk bahu Axel.
Deni dan Irfan pun menarik laki-laki yang mengejek Claris keluar dari kantin dan membawanya ke gudang kosong belakang sekolah, gudang itu terkenal sebagai tempat bertarungnya anak-anak nakal.
Sebenarnya bukan kebetulan Irfan dan Deni berada dikantin, tadi mereka dapat laporan kalau Claris sedang bertarung tapi ternyata bukan Claris yang bertarung tapi Axel. Mereka berdua terkesan melihat Axel bertarung demi membela Claris.
Bukan cuma Deni dan Irfan yang datang Luna juga datang tapi dia tidak menghampiri Claris melainkan menghampiri perempuan yang sedang tersenyum-senyum sendiri, perempuan itu perempuan yang paling berbahaya disekolah ini.
"Dia melebihi ekspektasi kami berempat," ujar Luna saat sudah berada di samping wanita tersebut.
"Dia masih bisa lebih dari ini, dia nggak bakal bikin kalian bosen."
"Kenal lah lebih dekat agar kau tahu kalau ada bagian dari ku yang belum pernah ku tunjukan kepada orang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...