25

265 38 9
                                    

Para perempuan sedang menyiapkan bahan bahan memasak sedangkan para laki-laki mencari ikan di sungai yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat mereka bercamping.

Saat para laki-laki sudah menemukan banyak ikan mereka langsung membawanya kembali lalu menyerahkan kepada para perempuan untuk memasaknya.

Para laki-laki dan perempuan bergantian mandi, yang pertama para laki-laki selama para para laki-laki mandi yang perempuan menyapu, saat perempuan mandi para laki-laki yang membakar ikan.

"Gimana udah selesai?" tanya Viola sambil duduk disampingnya Axel yang sedang membakar ikan.

"Udah sebagian, sebentar lagi selesai kok," jawab Axel yang masih fokus membolak-balikkan ikan.

"Andai aja Zidan bisa masak kayak lo pasti dia laki laki paling sempurna di dunia ini."

Rendi, Obe, Nathan, dan Lyona yang mendengar itu sangat ingin memaki Viola tapi mau gimana pun Viola tidak salah karena dia tidak tahu kalau Axel suka padanya.

Sedangkan Axel hanya tersenyum mendengar ucapan Viola itu, dia tahu hatinya sedang sakit tapi dia juga tidak bisa membiarkan senyumannya luntur begitu saja.

"Ya lo suruh aja belajar."

Axel memaksakan dirinya untuk menjawab ucapan Viola karena dia tidak ingin Viola merasa tidak dianggap disini.

"Dia lebih milih nongkrong daripada belajar."

"Viola kita kesana aja yuk, bantuin bagiin nasi," ucap Lyona sambil menarik Viola menjauh.

Lyona tidak mau Viola menyakiti hati Axel lebih jauh makannya dia membawa Viola menjauh, sedangkan Rendi, Nathan dan Obe sedang menghibur Axel.

*****

Setelah semuanya selesai makan mereka langsung duduk mengitari api unggun yang sudah di buat Axel dan Pak Ghibran.

Mereka saling bertukar cerita, saling curhat satu sama lain, saling memberi pendapat dan ada juga yang sedang nyanyi untuk memeriahkan suasana malam ini.

Axel hanya duduk dindepan tenda sendirian, ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun dan para sahabatnya mengerti keadaannya.

"Kenapa Xel?" tanya Pak Ghibran sambil duduk di samping Axel.

"Enggak papa pak," jawab Axel.

"Nih kopi," ucap Pak Ghibran sambil menyodorkan segelas kopi.

"Makasih pak," ucap Axel sambil menerima gelas yang berisikan kopi.

"Lagi mikirin apa?"

"Tentang masa depan pak."

"Tentang masa depan atau cinta?"

"Cinta."

"Kamu boleh kok curhat sama bapak, tenang rahasia pasti aman."

"Pak apa salah kalau seseorang merelakan orang yang dicintainya bersama orang lain agar orang yang dicintainya itu bisa lebih bahagia?"

"Enggak salah, kan tingkat mencintai paling tinggi adalah merelakan."

"Kalau seandainya bapak tau kalau bapak sudah tidak lama berada di dunia ini bapak akan ngelakuin apa?"

Pak Ghibran kaget dengan pertanyaan Axel, setahu Pak Ghibran anak didiknya satu ini tidak pernah menyinggung soal kematian tapi kenapa sekarang berbeda, seolah aura Axel berbeda dari biasanya.

"Bapak akan pastiin semua orang terdekat bapak bahagia."

Axel tersenyum mendengar itu, ternyata jawaban pak Ghibran sama dengan apa yang dia pikirkan selama ini.

"Makasih pak, Axel ikut kesana dulu ya" ucap Axel sambil berdiri lalu berjalan kearah kerumunan para muridnya yang lain

"Di mana Axel yang selalu ceria" gumam Pak Ghibran yang merasa kalau tingkah Axel berbeda dari biasanya

*****

Semuanya sudah tertidur di dalam tenda tapi Viola tiba-tiba terbangun dan akhirnya Viola memilih untuk keluar, saat di luar ia melihat Axel yang sedang sholat tahajud, Viola menunggu Axel di dekat api unggun yang masih menyala.

Tak lama kemudian Axel selesai sholat lalu menghampiri Viola yang masih menghangatkan badannya di dekat api unggun.

"Kenapa? Nggak bisa tidur?" tanya Axel sambil duduk di samping Viola

"Gua laper Xel."

"Bentar."

Axel pun kembali ke tendanya lalu membuka tas ranselnya, ia mengambil mie rebus yang hanya tersisa satu, harusnya mie ini ia makan sekarang, tapi karena Viola lapar ia memilih untuk memberikannya kepada Viola.

"Nih mie rebus, masak sendiri," ucap Axel sambil melemparkan mie rebus kearah Viola.

"Masakin dong Xel."

"Iya-iya sini."

Axel merebus mie tersebut menggunakan air termos walau tidak begitu panas, tapi cukup untuk merebus satu mie.

"Nih," ucap Axel sambil menyodorkan mangkok berisi mie kuah kepada Viola.

"Makasih Axel."

Viola memakan mienya dengan lahap, Axel hanya menandinginya berharap agar laparnya hilang karena melihat Viola makan.

"Mau?" tanya Viola sambil mengarahkan sendok berisi mie kearah Axel.

"Enggak."

Viola pun melanjutkan makannya, setelah selesai makan Viola pamit untuk kembali ke tenda sedangkan Axel berjalan ke arah sungai sendirian, ia duduk di atas batu besar yang ada dipinggir sungai.

"Ingat Xel, bayangan nggak akan pernah bisa bahagia," gumam Axel untuk menyadarkan dirinya yang tadi sempat berharap berbahagia.

"Hati-hati kesambet," ucap Rendi.

Bukan hanya Rendi ada juga Nathan dan Obe, mereka kebangun saat Axel kembali ke tenda, tapi mereka hanya diam karena ingin membiarkan Axel berduaan dengan Viola.

"Lo lapar kan, gimana kalau kita nangkap ikan lagi?" tanya Obe sambil melepas bajunya.

"Percuma lo nanya dia, dia nggak akan ngaku mending kita langsung nangkap aja," ucap Nathan sambil melepas bajunya.

Obe dan Nathan pun langsung turun ke sungai untuk menangkap ikan, mereka berdua menelusuri sungai untuk mencari ikan.

"Lo punya sahabat jadi jangan ngerasa kalau lo selalu sendirian," ucap Rendi sambil melepas bajunya lalu turun ke sungai.

Axel pun ikut turun ke sungai mereka bukan cuma mencari ikan mereka bermain-main di sungai, mereka saling menjatuhkan satu sama lain, tidak ada dari mereka yang tak basah, Axel pun tertawa saat melihat ada ikan kecil yang keluar dari mulut Obe.

"Lo udah ngelakuin banyak hal buat kita Xel, maaf kalau cuma ini yang bisa kita lakuin"

"Bahkan kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal yang dianggap sederhana"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang