11

315 44 20
                                    

Viola geram dengan sahabat-sahabatnya yang tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa memberitahu terlebih dahulu dan mereka langsung nyelonong masuk ke dalam kamarnya.

"Bener kata Axel kalian emang kembaran babi ya," ucap Viola kepada Lyona, Rendi, Nathan dan Obe yang sudah membuat kamarnya berantakan seperti kandang babi.

"Yaelah sesekali kita nginep di sini," ucap Nathan yang masih fokus bermain PS bersama Obe.

"Baju sekolah sama buku pelajaran lo semua buat besok gimana?" tanya Viola.

"Besok kan masih pakai baju seragam yang tadi. Soal buku kita udah bawa," ucap Lyona. ia masih sibuk memainkan laptop Viola

Tiba-tiba ada satu sahabatnya lagi langsung menyelonong masuk ke dalam kamarnya dan langsung merebahkan badannya di kasur miliknya.

"Yahh iblis yang nambah satu lagi ni," sindir Viola kepada Axel yang baru saja merebahkan badannya.

"Oh nyebut gua iblis, hmm yaudah gua pulang biar lu kagak makan mampus lu," ucap Axel sambil melempar tasnya ke arah lemari yang tak jauh dari kasur.

"Ehh enggak, yaelah gitu aja ngambek," bujuk Viola.

Axel tidak menjawab ucapan Viola ia beralih mengambil guling yang di peluk Lyona. Tak perlu waktu lama Lyona langsung berdiri lalu merebut guling yang tadi ia gunakan. Saat Lyona mau merebut guling ia mencium bau yang seharusnya tidak ada di tubuh Axel.

"Kok bau lo parfum cewe sih?" tanya Lyona mencium bau parfum perempuan yang berasal dari pakaian Axel.

Semua orang yang ada di ruangan pun langsung melihat ke arah Axel, mereka langsung berdiri lalu mendekat ke arahnya.

"Pasti gara gara gua pakai jaketnya kak Claris," batin Axel.

Mengingat saat Axel menemukan jaket Claris yang ketinggalan di ruangan Club. Saat ia ingin mengembalikan ternyata sang pemilik jaket sudah pulang duluan dan ia tidak memiliki nomor hp seniornya itu. Akhirnya ia memilih untuk membawanya karena ia takut diambil orang kalau ia tinggalkan begitu saja.

Axel melihat ke arah para sahabatnya yang sudah memasang muka penasaran, kalau ia memberitahu semuanya pasti rahasianya akan kebongkar.

"Kenapa lo pada lihatin gua? Tadi sebelum ke sini ada latihan paskibra dari pada badan gua bau mending gua minta parfum cewe," ujar Axel. Ia sebenarnya tidak ingin berbohong kepada sahabat-sahabatnya, tapi ia juga tidak ingin mereka semua khawatir.

"Au dah, gua mau masak dulu, lo semua pasti lapar kan. Habis masak gua langsung pulang ada kerjaan di rumah," ucap Axel sambil melewati Rendi, Nathan dan Obe.

"Yang enak Xel kalau nggak enak gua bilangin ke ayah," ujar Viola sambil duduk di pinggiran kasur.

"Bodo amat," jawab Axel sambil menutup pintu kamar Viola.

"Emang Axel selalu masakin lo?" tanya Rendim

"Axel tuh udah dianggap anak sama bokap gua, kalau di sekolah dia ada masalah bokap gua yang datang jadi sebagai timbal baliknya saat bokap sama nyokap nggak ada di rumah dia yang jagain gua sama masakin makanan."

Semuanya baru tau kalau Axel sudah sedekat ini dengan keluarga Viola sampai-sampai ayahnya Viola rela meluangkan waktu demi Axel.

"Emang di mana rumah Axel?" tanya Obe yang belum tau alamat rumah Axel walaupun sudah menjadi sahabat orang itu sejak lama.

"Dulu sih di komplek samping, tapi sudah pindah, pas ditanya sama bokap gua pasti dia nggak mau jawab jadi kami milih buat nggak bahas itu."

"OII OBE BELIIN BUMBU DAPUR DONG!" teriak Axel dari dapur dengan keras hingga suaranya bisa terdengar dari kamar Viola.

"OGAH."

"YAUDAH KALIAN NGGAK MAKAN, GUA PULANG DULU KALAU GITU."

"IYA IYA, GUA BELIIN, BARU SIAP-SIAP NIH," ucap Obe yang langsung menyambar jaketnya yang berada diatas kasur lalu berlari keluar kamar.

*****

"Gila gua nggak nyangka si Axel bisa masak seenak ini," ucap Rendi. Ia baru pertama kali mencicipi masakan Axel jadi wajar saja kalau bilang masakan ini enak.

"Ini biasa aja kali, masakan Axel yang paling enak tuh Nila Bakar," ucap Viola sambil menuangkan air ke dalam gelasnya.

"Lo kagak bilang sih tau tadi gua beli ikan Nila," ucap Obe yang menyesal hanya beli bumbu dapur.

"Yah mana gua tau kalau dia bakal bikin nasi goreng."

"Udah sih makan aja dulu besok kita paksa Axel buat masakin Nila Bakar," ucap Lyona yang menikmati makanannya.

Mereka pun menikmati makanan mereka masing-masing tak bisa dipungkiri makanan Axel sangat enak bagi mereka yang belum pernah merasakan masakannya.

Setelah makan mereka langsung ke kamar Viola lagi, kamar Viola sudah kayak kapal pecah sejak kedatangan mereka.

"Nanti malam yang laki-laki tidur di kamar tamu," ucap Viola sambil merebahkan tubuhnya di kasur.

"Iya-iya tenang aja," ucap Nathan yang masih fokus main PS.

"Ehh Obe gimana les otak lo? Jangan sampai lo tambah parah," ucap Lyona membuka topik pembicaraan.

"Lha emang Obe kenapa?" tanya Rendi yang bingung dengan ucapan pacarnya itu.

"Itu lho sayang si Obe tu kagak bisa nyumpulin suatu hal makannya nilainya selalu jelek kalau ada soal cerita jadi dia les deh ke Axel," jawab Lyona dengan nada lembut.

"EKHEM disini ada yang jomblo jadi jangan bikin iri," ujar Obe yang masih fokus dengan PS.

"Oh gitu, jadi gimana be?" tanya Rendi.

"Gua udah bisa kok, kemarin aja sampai dibikinin sertifikat sama Axel tanda gua udah lulus."

"Sukur kalau gitu," ucap Lyona.

"Hmm, kalian pernah mikir nggak sih gimana kalau Axel sudah nggak sama sama kita lagi," celetuk Rendi yang tiba-tiba kepikiran hal itu.

Seketika ruangan langsung hening, stick PS yang dari tadi berbunyi gara-gara gerakan jari Obe dan Nathan pun ikut terdiam.

"Karena lo masih baru di sini jadi gua maafin, lain kali jangan nanya hal bodoh kayak gitu," ujar Obe yang sudah tersulut emosi.

"Kita semua tau kalau cepat atau lambat kita akan pisah tapi kita akan tetap berusaha sebisa mungkin buat saling ketemu walau seminggu sekali," ujar Nathan.

"Bagi kita Axel itu canda jadi tanpa Axel pasti kehidupan kami akan sangat membosankan," ujar Viola.

"Heii semuanya karena kita semua ini sahabat jadi gua minta kita saling jaga, kita akan jadi sahabat sampai nyawa kita keluar dari tubuh, gua Axel Zakky Carlo menyatakan kalau seluruh murid kelas X MIPA 2 akan jadi sahabat selamanya."

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala para sahabatnya, kalimat itu adalah kalimat yang Axel katakan saat baru beberapa hari mulai masuk sekolah, di depan kelas dengan suara yang lantang.

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang