45

214 20 4
                                    

Sekarang Axel, Obe, Nathan, Rendi, Viola, Lyona, Helen sudah ada di warung yang letaknya tak begitu jauh dari rumah Nadhil. Mereka hanya ber-enam karena tadi Selly pamit pulang duluan.

Axel menempelkan sebuah es batu di kepala Obe dan langsung mendapatkan sebuah tamparan.

"Otak lo semua udah pindah ke kaki atau gimana? Jauh-jauh ke sini hanya buat ganggu acara gua?" tanya Axel sambil mengelus pipinya yang masih terasa sakit akibat tamparan Obe.

"Apa lo bahagia dijodohin sama orang yang nggak lo cinta?" tanya Rendi.

Axel sedikit tersentak mendengar itu. Disebuah hubungan harus ada sebuah cinta dan itu harus berasal dari dua pihak kalau tidak hubungan itu hanya akan menjadi sebuah kiasan.

"Lo emang sahabat gua Ren, tapi di dunia ini ada hal yang nggak bisa disampaikan lewat kata-kata dan kalian nggak akan pernah tau gimana rasanya jadi gua."

"Kalau gitu jelasin!" bentak Nathan sambil berdiri.

"Nggak perlu, semua sudah selesai dan sekarang nasib gua ada di tangan ayah."

"Lo pengecut tau nggak!"

"Iya gua tau, tapi sekarang sudah nggak ada yang bisa gua lakuin lagi."

"Masih ada satu cara," ucap Obe sambil tersenyum.

"Apa?" tanya Lyona.

"Semuanya tergantung lo Vi, sekarang lo jujur ke Axel dan semua masalah kita akan selesai sekarang," ucap Obe sambil menepuk bahu Viola.

Dari awal masalah mereka adalah tentang Viola yang tidak berani menyatakan perasaannya kepada Axel dan tentang Axel yang terlanjur menganggap kalau Viola sangat jijik kepadanya.

"Kita pergi dari sini, biarin Viola sama Axel," ucap Lyona sambil berdiri lalu berjalan menjauh dan diikuti oleh para sahabatnya kecuali Viola dan Axel.

"Lo tau maksud Obe?" tanya Axel. Ia masih bingung dengan perkataan sahabatnya itu.

"Gua tau karena itu menyangkut perasaan gua."

"Oh gitu, udah lah kita biasa aja jangan terlalu bahas masalah gua."

"Kenapa?"

"Karena ini akan jadi terakhir kalinya kita bertemu jadi kita harus senang-senang."

Hati Viola hancur setelah mendengar itu. Ia sangat tidak ingin ada kata berakhir dalam hubungannya dengan Axel. Ia sangat ingin Axel tetap berada di sisinya sampai akhir hayat.

"Gua suka sama lo Xel." ucap Viola.

"Iya gua juga sama lo, kalau kita nggak saling suka kita nggak akan jadi sahabat."

"Maksud gua suka dalam hal romantis bukan sebagai sahabat."

Axel kaget mendengar itu. Ia menatap bola mata Viola mencari sebuah tanda-tanda kebohongan yang perempuan itu ucapkan. Ia mulai mengusap mukanya saat tidak menemukan sebuah gelagat yang menunjukkan kalau Viola sedang bohong.

"Lo bodoh atau gimana? lo udah sama Zidan dan sekarang lo ngomong gitu ke gua?"

"Gua udah putus sama dia sejak hari pertama lo diskors."

"Apa kabar dengan ucapan lo saat itu? bukannya lo bilang jijik ke gua?"

"Maaf Xel, gua kebawa emosi saat itu."

"Lo harus hilangin perasaan itu Vi."

"Kenapa?!"

"Gua udah dijodohin dan keputusan ayah gua mutlak."

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang