Wulan, Dirga, dan Axel sudah menunggu di ruang tunggu rumah sakit semenjak tadi jam 6. Mereka menunggu hasil pemeriksaan tes DNA yang sudah mereka jalani seminggu yang lalu. Sebuah surat yang bisa menjelaskan tentang semuanya dan bisa membuat salah satu mereka sadar.
Tak lama kemudian ada sebuah dokter menghampiri Dirga. Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum akhirnya sang dokter memberikan sebuah surat yang sudah dinantikan oleh Dirga, Wulan, dan Axel.
Dirga memberikan surat tersebut kepada Axel sambil tersenyum. Walau ia belum membuka surat itu ia sangat yakin kalau laki-laki yang sekarang ada di hadapannya ini adalah anak kandungnya.
Dengan perlahan Axel menyobek amplop surat tersebut. Mengambil surat yang ada di dalam tersebut, lalu membaca satu persatu kata yang tertulis dalam surat tersebut dan akhirnya matanya tertuju pada sebuah kalimat.
"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas Dirga Rizaldi sebagai ayah biologis dari Axel Zakky Carlo adalah >99.99%," ucap Axel sambil meremas amplop surat yang tadi ia sobek.
Axel tidak bisa membantah apa-apa lagi sekarang, karena hasil tes tersebut sudah membuktikan kalau laki-laki dan perempuan yang ada dihadapannya ini adalah orang tua kandungnya. Mungkin ini saatnya mulai membuka diri untuk Dirga dan Wulan, walau ia masih sangat tidak percaya dengan hasil tesnya.
"Semuanya sudah jelas sekarang, jadi tidak perlu lagi kamu bikin penghalang di antara kita," ucap Dirga perlahan sambil mengelus puncak kepala Axel.
"Iya," lirih Axel. Ia bukan lah orang yang suka membantah hal yang sudah terbukti jelas kebenarannya, jadi mulai sekarang ia akan membiasakan diri sebagai anak dari Dirga dan Wulan.
Wulan memeluk tubuh Axel dengan erat. Ia sangat senang karena mulai hari ini laki-laki yang sedang ia peluk ini sudah terbukti anaknya. Hari-hari yang sangat dinantikan oleh Wulan akhirnya datang juga yaitu hari di mana ia bisa memanjakan anak yang paling ia sayangi.
Hati Axel mulai bimbang saat ini. Ia sudah tau kalau wanita yang sedang memeluknya ini adalah ibu kandungnya, tapi badannya menolak untuk membalas pelukan tersebut. Seakan logikanya menguasainya membuat setiap badan tidak mau bergerak sesuai dengan hati nuraninya.
Mungkin ini adalah karma bagi Axel karena selalu mengedepankan logika dari pada perasaannya selama ini, tapi ia berusaha keras untuk menghilangkan seluruh keraguannya dan perlahan mulai menggerakkan badannya. Perlahan tapi pasti tangan Axel mulai melingkar di tubuh Wulan.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 yang artinya acara pesta ulang tahun Dirga akan segera dimulai. Para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan bersama keluarga kecil mereka. Dirga sedang berbincang-bincang dengan para sahabat lamanya, sedangkan Wulan masih sibuk mendandani anak laki-lakinya yang dari tadi belum siap-siap.
"Wih. Udah makin tua aja nih," ucap Bram sambil bersalaman dengan Dirga.
"Masih tuaan lo lah," ejek Dirga.
"Gua nggak nyangka kalau kita masih bisa kumpul gini walau sudah tua," ucap Diana.
"Udah oi, jangan bahas umur," sahut Laras.
"Dih, gua kira lo nggak dateng," ucap Tio.
"Kalau nggak dipaksa anak perempuan gua, nggak bakal mau gua dateng ke sini," ucap Laras.
"Oh iya, anak lo berdua pacaran ya," ucap Nando.
"Ya iyalah, kan mau ngulangin cerita romantisnya Laras sama Tio pas kuliah dulu," ejek Bram.
"Mana ada, mereka ketemu aja nggak pakai campur tangan kita berdua, berarti mereka seratus persen jodoh," ucap Tio.
"Jodoh ... Jodoh mata lo katarak, noh anak lo suruh ngelamar anak gua dulu, baru lo bisa bahas tentang jodoh," ucap Laras sambil menunjuk Rendi yang sedang berkumpul dengan Lyona, Viola, Nathan, dan Obe.
"Kasian, kayaknya anak gua duluan nih yang akan tunangan," ucap Dirga.
"Lha iya, selama ini kita belum pernah lihat anak lo, mana dia?" tanya Nando.
"Rahasia dong, ntar kalian juga tau, kan anak gua bakal ngelamar anaknya Bram," ucap Dirga membuat Bram langsung menyemprotkan minuman yang baru saja sampai di mulutnya.
"Lo gila! Anak gua udah punya pacar asal main ngelamar aja!" protes Bram sambil mengelap mulutnya.
"Wah tuh orang harus dimusnahkan ni. Asal main nyerobot wanita yang disukai anak gua," ucap Dirga.
"Nih mau," ucap Bram sambil mengepalkan tangan di depan muka Dirga.
"Ya elah, bercanda kali, siapa sih pacar anak lo?"
"Namanya Axel, dia udah gua anggep anak sendiri, jadi sebaik apapun anak lo bakal gua tolak mentah-mentah,"
Dirga tersenyum mendengar nama anaknya disebut. Ia tau kalau selama ini anaknya pacaran dengan anaknya Bram karena ia selalu mengecek HP Axel saat anaknya itu tidur.
"Gimana kalau kita taruhan," celetuk Dirga.
"Kita udah tua kali, masa iya kelakuan masih tetep kayak bocah," ucap Diana.
"Idih bilang aja lo nggak berani," sindir Tio.
"Bentar .... Bentar taruhannya soal apa dulu nih, kalau yang aneh-aneh gua nggak ikutan," ucap Laras.
"Yang anaknya paling terakhir tunangan, mukanya dicoret spidol dan nggak boleh dihilangin selama satu hari," ucap Dirga.
"Nah kan kambing. Gua nggak ikut. Anak gua aja belum punya pacar," ucap Nando karena sampai sekarang Nathan belum punya pacar.
"Nah kan anak lo semua udah punya pacar berarti berani dong," ucap Dirga sambil menunjuk Bram, Diana, Tio, dan Laras.
"Lo gila atau gimana? Jelas-jelas gua sama Laras lah yang menang kan tahun depan anak gua mau ngelamar anaknya Laras," ucap Tio dengan bangganya.
"Kayaknya gua nggak ikutan dulu deh, pacar anak gua tuh walau statusnya pelajar, tapi dia sambil kerja jadi kuli panggul di pasar gitu, jadi nggak tentu kapan dia akan ngelamar anak gua," ucap Bram.
Laras, Tio, Diana mulai curiga dengan penuturan Bram. Ciri-ciri orang yang Bram bilang sedikit persis dengan sahabat anak mereka masing-masing. Walau mereka bersahabat, tapi mereka tidak tau kalau anak mereka juga bersahabat karena Viola, Lyona, Rendi, Nathan, dan Obe selalu nongkrong saat rumah tuan rumah kosong atau nggak ada siapapun di dalamnya. Yang mereka tau adalah anak mereka bersahabat dengan anak laki-laki yang bernama Axel.
"Tenang lo ikutan aja kan ada anak gua yang siap ngelamar anak lo," ucap Dirga.
"Dah gila nih orang, gua udah bilang anak gua udah punya pacar!"
"Kalau anak lo nerima anak gua gimana?"
"Gila lo ya, udah bilang enggak ya enggak!"
"Kalau gitu lo harus ikut taruhan ini."
"Oke, gua ikut!"
Dirga tersenyum setelah rencananya berhasil. Ia berencana untuk memeriahkan suasana saat anaknya melamar putrinya Bram dan ia juga sangat menunggu muka Tio dan Laras penuh dengan coretan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...