Axel menepati janjinya ke Nindy kemarin, sekarang ia sudah berada di depan sekolahan perempuan itu, tapi saat menanyakan keberadaan Nindy ke beberapa orang, mereka menjawab tidak tahu dan akhirnya Axel mendapatkan informasi dari salah satu teman Nindy.
Nindy sekarang sedang terbaring lemas di kasur rumah sakit, sekarang para teman Nindy akan menjenguk Nindy. Axel memilih ikut mereka tentu saja ditemani oleh Selly.
Mereka ke Rumah Sakit Cempaka, rumah sakit yang lumayan besar, rumah sakit ini mempunyai fasilitas yang lengkap jadi pantas saja kalau banyak orang lebih memilih berobat ke sini.
Sesampainya di depan ruangan Nindy hati Axel mulai memanas, kakinya terhenti di depan pintu yang sudah tertutup, semua teman kelas Nindy sudah masuk ke dalam hanya tersisa Axel dan Selly di luar.
Selly menyenderkan punggungnya ke tembok sambil melihat ke arah Axel, ia paham betapa sedihnya hati Axel sekarang. Harus kembali kepada orang-orang yang sudah membuangnya sejak kecil, pasti Selly sangat tidak mau mengalami itu.
"Lo bisa Xel, ini yang udah lo tunggu-tunggu," ucap Selly sambil mengelus puncak rambut Axel.
Axel pun memantapkan hatinya lalu membuka pintu, ia melihat semua teman Nindy sedang berbincang-bincang dengan Nindy dan ada kedua orang tua Nindy.
"Axel," sapa Nindy sambil melambaikan tangannya.
Semua orang melihat ke Axel termasuk Ayah-Ibunya Nindy, Axel tersenyum tipis saat sadar menjadi pusat perhatian, ia langsung menatap tajam kedua orang tua Nindy.
"Axel," gumam Adel, ia teringat kepada anak laki-lakinya yang ia titipkan ke Ibunya sepuluh tahun lalu.
Axel tidak menghiraukan mereka, ia berjalan ke arah samping Nindy, ia menatap Nindy dengan mata sendunya, padahal baru saja dia bertemu, tapi mereka harus berpisah lagi.
"Xel waktu kita nggak banyak," ucap Selly diambang pintu. Waktu mereka tidak banyak karena setelah ini mereka harus memesan tiket pesawat untuk kepulangan Axel.
Axel hanya mengangguk, ia menghadap ke arah kedua orang tua Nindy lalu tersenyum, ia mencoba menutupi rasa sedihnya menggunakan senyumannya.
Air mata Adel sudah jatuh semenjak melihat Axel masuk ke dalam ruangan, sedangkan mata Victor sudah mulai berkaca-kaca saat sadar kalau laki-laki yang sedang ada dihadapannya ini adalah Axel.
"Jangan nangis, Axel nggak mau lihat air mata," ucap Axel sambil mengusap air mata di pipi Adel.
Nindy dan teman-temannya bingung melihat kejadian ini, semuanya hanya diam tak berkutik karena tidak ingin menghancurkan suasana sedih ini.
"Makasih sudah jaga adik Axel dengan baik," ucap Axel sambil mengalihkan pandangannya ke arah Victor.
Hati Nindy mulai memanas mendengar itu, ia tidak menyangka kalau sudah hampir satu bulan ia berada di dekat kakak kandungnya yang sangat ia rindukan.
"Maaf tapi kalian bisa keluar dulu sebentar. Ini urusan keluarga," ucap Victor kepada teman-teman Nindy.
Semua teman Nindy pun pamit pulang, mereka membiarkan Nindy menyelesaikan urusan keluarganya.
Sekarang hanya ada Victor, Adel, Nindy, Axel dan Selly di dalam ruangan, Axel menarik kepala Nindy ke dalam pelukannya
"Maafin kakak ya, baru bisa nemuin kamu bulan ini," ucap Axel sambil mengelus punggung Nindy.
Nindy menangis di dalam pelukan Axel, ia sudah lama mendambakan hangatnya pelukan seorang kakak, ia ingin waktu berhenti agar ia bisa merasakan kehangatan ini lebih lama.
"Adik gua kok cengeng amat ya, jangan nangis dong nanti cantiknya hilang," ucap Axel sambil menepuk-nepuk punggung Nindy.
Nindy memeluk Axel lebih kuat, ia tidak ingin kehilangan momen ini lagi, ia sudah lama merindukan kakaknya dan sekarang rindunya sudah terbalaskan.
"Sepertinya kita bertiga harus bicara diluar sebentar," ucap Axel sambil melihat ke arah Victor dan Adel.
"Kak jagain adik aku sebentar ya," lanjut Axel saat melewati Selly dan hanya dijawab anggukan oleh Selly.
Axel, Victor, Adel sudah berada di luar ruangan, mereka saling menatap tak ada suara yang muncul dari mulut mereka dan akhirnya Axel menghembuskan nafas untuk menenangkan dirinya.
"Axel nggak lama di sini. Tiga hari lagi Axel akan pulang, jadi Axel titip Nindy," ucap Axel dengan berat hati karena harus meninggalkan adiknya padahal baru saja ketemu.
Adel dan Victor langsung memeluk Axel dengan erat, hati Axel yang terbiasa tegar sudah menjadi rapuh ketika mencium parfum kedua orang tuanya ini.
"Tetap di sini ya Xel," ucap Victor dengan lembut di dekat telinganya Axel.
Axel sangat ingin berada di sini, tapi ada orang-orang yang sudah menunggu kepulangannya dan ia harus berada di sana sebelum ulang tahun sekolah karena ia sudah berjanji sama seluruh seniornya di Club Musik.
"Nggak bisa Yah, Axel harus kembali ada banyak orang yang sudah nunggu Axel."
"Di sini kami juga nunggu kamu sayang," ucap Adel sambil mengelus kedua pipi Axel.
"Axel harus selesaikan sekolah dulu, Axel sudah kelas dua cuma kurang satu tahun lagi Axel lulus dan Axel janji akan kembali lagi ke sini."
"Sekolah di sini aja nanti Ayah daftarin kamu ke sekolah di sekolah adik kamu."
"Nggak yah, kan saat Axel kecil ayah sendiri yang bilang kalau sudah memulai sesuatu kita harus mengakhirinya juga."
"Ayo lah Xel mama baru saja ketemu sama kamu, jangan pergi ya."
"Enggak bisa mah, Axel sudah kelas dua jadi nggak bisa pindah sekolah sesukanya."
"Mamah janji selama kamu masih di sini mamah akan bikin kamu bahagia," ucap Adel sambil menempelkan keningnya ke kening Axel.
"Kita masih punya tiga hari sebelum kepergian Axel," ucap Victor sambil mengelus puncak kepala Axel.
"Axel bahagia bisa kembali," ucap Axel dengan mata berkaca-kaca.
Tiga hari bukan lah waktu yang cukup untuk melepaskan rindu yang sudah menumpuk selama 10 tahun, tapi keadaan memaksa mereka untuk berpisah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...