Axel masih tetap berada di dalam kantor tersebut karena percuma jika ia memaksa keluar pasti akan dihadang oleh semua orang yang ada di kantor ini dan pasti ia tidak akan membantu sahabat-sahabatnya yang sedang diserang.
"Saya nggak punya banyak waktu, sebaiknya anda langsung to the point aja," ucap Axel.
"Ayah akan turutin semua kemauan kamu jika kamu mau kembali bersama kita dan ngelakuin semua permintaan ayah," ucap Dirga.
Dirga adalah nama orang yang mengaku sebagai ayah kandung Axel sedangkan Wulan adalah nama orang yang mengaku sebagai ibu kandung Axel.
"Dalam keadaan begini anda masih bisa-bisanya mengajak saya bercanda," ucap Axel sambil menatap Dirga.
"Kembali bersama kami dan ibu pastikan semua kebutuhan kamu tercukupi," ucap Wulan.
"Apa anda kira saya akan senang mendengar itu semua?" tanya Axel.
Kekayaan dan kekuasaan bukan lah hal yang diinginkan oleh Axel. Baginya kedua hal itu bisa dicari seiring waktu yang terus berganti. Selama ia bisa tetap bersama dengan sahabat-sahabatnya dan kekasihnya itu sudah cukup baginya dan ia tidak ingin apapun selain kedua hal itu.
"Ayah bisa nyuruh beberapa orang untuk menyelamatkan teman-teman kamu jika kamu mau kembali bersama kita," ucap Dirga.
Axel tersenyum tipis mendengar itu. Tawaran yang sangat menguntungkan baginya. Ia tau kalau ia datang ke pertempuran itu pasti ia akan kalah telak karena di sana ada Renzi yang kekuatannya di atas Axel dan ada juga Arka yang keahlian bertarungnya setara dengannya.
"Anda pikir saya dan sahabat-sahabat saya selemah itu? Selama kami bersama saya yakin kami bisa menghadapi semua orang," ucap Axel dengan penuh keyakinan.
Axel yakin kalau sahabat-sahabatnya akan bisa membantunya mengalahkan Renzi dan Arka walaupun ia dalam kondisi buruk seperti sekarang. Ia yakin kalau sahabat-sahabatnya bisa diandalkan.
"Saya pamit jangan coba-coba menyuruh anak buah anda untuk menghalangi saya karena itu percuma," ucap Axel sambil beranjak pergi dari ruangan itu meninggalkan Dirga, Wulan, dan Gading yang masih setia menatap kepergiannya.
"Sudah saatnya para pengawal olahraga," ucap Dirga.
"Saya menunggu perintah anda," ucap Gading sambil membungkukkan badannya.
"Bawa beberapa pengawal untuk mendampingi dia, jangan biarkan satu orang pun menyentuh anak kesayangan ku," perintah Wulan.
"Siap nyonya," ucap Gading.
*****
Mata Axel membulat sempurna saat melihat semua sahabatnya terkapar lemah di pinggir jalan. Ia berjalan kearah Obe dan Nathan yang sedang duduk sambil menunduk.
"Terima kasih, mulai sekarang ini pertarungan gua jadi kalian lebih baik pulang," ucap Axel sambil menggunakan sarung tangan berwarna hitam yang selalu ia simpan di dalam tas.
"Ha! Jangan bercanda! Kita nggak mungkin biarin lo pergi sendiri," bentak Obe sambil berdiri.
"Kalau gitu kalian istirahat dulu di sini biar gua yang berangkat duluan, gua nggak bisa bertarung sambil nge-lindungin kalian," ucap Axel.
"Menurut lo kita beban?" tanya Nathan.
"Bukan, kalian sahabat gua dan gua nggak mau lihat sabahat gua terluka gara-gara masalah yang gua buat," jawab Axel.
"Di mana mereka?" tanya Axel sambil jongkok di hadapan Lyona.
"Di gudang kosong dekat taman," jawab Lyona.
"Gua ke sana sekarang, kalian duduk aja di sini baik-baik," ucap Axel.
"Xel hati-hati mereka banyak," ucap Helen.
"Semuanya akan berakhir dan nggak akan ada yang akan ganggu kalian lagi," ucap Axel sebelum pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya.
Axel menuju gedung yang Lyona maksud. Sesampainya di sana ia langsung membuka pintu gedung tersebut dan ia langsung melihat beberapa orang yang sedang duduk di atas kardus-kardus yang sudah tak terpakai.
"Sebaiknya kalian memperlakukan pacar gua sebaik mungkin," ucap Axel sambil berjalan mendekat kearah mereka.
"Akhirnya lo datang juga, gua udah bosan nungguin lo," ucap Renzi.
"Gua kira lo udah membusuk di penjara," ejek Axel.
"Mana mungkin, gua nggak akan mati sebelum bisa bunuh lo," ucap Renzi.
"Total kami ada 15 dan lo satu orang, mau manggil bantuan dulu apa enggak sebelum pesta ini mulai?" tanya Arka.
"Enggak ah, nanti kalau gua manggil orang lain jadi nggak seru," ejek Axel.
"Serang!" perintah Arka.
Pertarungan pun dimulai. Axel langsung menerjang maju ke arah lawan-lawannya. Ia menendang semua orang yang menghalangi jalannya. Saat tangannya dicengkeram ia langsung memukul kepala orang tersebut membuat kepala orang tersebut mengeluarkan darah.
Tiba-tiba ada satu pukulan yang berhasil mengenai perut Axel membuatnya langsung loncat mundur. Ia melihat siapa orang tersebut dan ia langsung tersenyum sinis saat mengetahui kalau orang yang memukulnya adalah Arka.
Axel langsung menerjang maju untuk menghadapi Arka tapi banyak orang yang menganggu pertarungannya dengan laki-laki tersebut jadi ia memutuskan untuk mengalahkan semua orang terlebih dahulu sebelum menghabisi Arka tapi rencananya berhenti secara mendadak karena sekarang Arka dan Renzi sedang berada di hadapannya. Ini lah yang paling ia takuti, dua orang yang paling ia benci bersatu untuk menghancurkannya. Karena keadaan sudah tidak memungkinkan Axel pun memilih untuk melakukan penyerangan tanpa memikirkan pertahanan. Sudah banyak tinjuan yang ia lontarkan tapi ia tidak bisa tenang karena ia juga mendapatkan berbagai tinjuan dari orang yang berbeda-beda.
Axel melihat ke arah perempuan yang sedang diikat dan matanya yang sudah mengeluarkan banyak air mata. Ia tersenyum saat mengetahui kalau Viola masih dalam keadaan baik-baik saja.
Satu pukulan mendarat tepat di muka Axel, membuat pelipisnya mengeluarkan darah segar. Ia langsung menyeka darah yang baru saja keluar.
"Jangan alihkan pandangan lo," tegas Renzi.
"Kenapa? Lo cemburu," ejek Axel.
Emosi Renzi pun langsung meluap. Ia memukul Axel secara beruntun tanpa memberikan laki-laki itu jeda. Saat ia sedang meluncurkan pukulan tiba-tiba satu balok kayu mendarat tepat di keningnya.
"Jeng jeng," ucap laki-laki yang melemparkan balok kayu tersebut.
Axel tidak menyangka kalau ke-lima orang itu akan datang untuk membantunya. Ia langsung tersenyum saat melihat mereka.
"Berani-beraninya lo ganggu junior kesayangan gua," ucap Deni.
"Badan gua kaku semua gara-gara kelamaan rebahan," ucap Irfan sambil melakukan pemanasan.
"Berani-beraninya lo nggak ngasih tau kami soal olahraga ini Xel," ucap Claris.
"Sebaiknya kalian udah siap nerima pukulan dari kami semua," ucap Luna.
Ke-lima senior datang untuk membantu Axel. Mereka tau tentang pertarungan ini dari Obe. Setelah mendapatkan kabar itu mereka langsung menuju ke sini. Menurut orang lain pasti menyangka kalau Deni lah yang paling khawatir setelah mendengar itu tapi salah besar karena Irfan lah yang sangat khawatir dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Deni dan yang lainnya untuk menuju ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...