62

199 24 2
                                    

Seorang laki-laki berpenampilan sangat rapi tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ia setia menatap bayangannya yang ada di kaca. Bukannya penampilannya yang ia khawatirkan melainkan kesiapan dirinya untuk ke luar dari ruangan tersebut lalu menyapa seluruh tamu ayahnya.

Ia tau ini adalah kewajibannya untuk tampil di sana, tapi ia juga bimbang dengan gimana caranya menjelaskan tentang semua ini kepada sahabatnya. Belum lagi ia harus menjelaskan kepada Victor, Adel, dan Nindy tentang keluarga kandungnya ini.

Tok ... Tok ... Tok

Suara ketukan pintu terdengar jelas, membuat semua pikiran Axel langsung menebak siapa yang mengetuk pintu tersebut. Sesaat ia menebak kalau itu adalah Wulan dan Dirga, tapi ia tidak yakin karena pasti kedua orang itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Matanya mulai fokus ke arah gagang pintu yang mulai bergerak-gerak. Pintu perlahan sedikit demi sedikit. Seorang perempuan muncul dari balik pintu membuat Axel membulatkan mata. Ia tidak percaya melihat perempuan itu ada di hadapannya sekarang.

Perempuan itu langsung berlari ke arahnya lalu memeluknya dengan erat. Axel mengelus rambut perempuan itu dengan lembut. Ia sangat berharap kalau ini bukan cuma khayalannya saja.

"Jas itu kurang cocok sama kamu," ucap seorang wanita paruh baya sambil memasuki kamar Axel.

"Iya, kamu kan lebih cocok kalau pakai yang warna biru," ucap seorang laki-laki paruh baya.

Victor, Adel, dan Nindy. Ke-tiga orang yang disayangi Axel sekarang sudah datang dan berdiri tepat di hadapannya. Kebingungan yang ia alami tadi  sekarang sudah hilang. Sekarang hanya perasaan bahagia yang ada.

Axel memeluk Victor dengan erat. Mungkin bagi laki-laki lain sangat lah memalukan bagi anak memeluk orang tua, tapi ia berbeda. Rindu yang ia rasakan sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Selamat ya Xel, akhirnya kamu ketemu sama orang tua kandung kamu," ucap Victor sambil mengelus rambut Axel.

"Makasih ya Pah, selama ini udah mau nerima Axel dikeluarga kalian," ucap Axel.

"Sama-sama, udah ah jangan lebay, kamu kan harus keluar sebentar lagi," ucap Victor sambil melepaskan pelukan Axel.

Axel mengganti pakaiannya dengan jas yang diberikan Adel. Jas berwarna biru yang paling ia sukai selama ini. Ia senang akhirnya bisa menggunakan jas ini untuk pertama kalinya di sebuah pesta orang tua kandungnya.

Suara ketawa Axel terdengar jelas sampai keluar ruangan. Suara yang menandakan kalau ia bahagia dengan kehadiran ke-tiga orang tersebut. Suara yang membuat satu orang perempuan yang dari tadi diam  di luar ruangan iri. Perempuan yang dari tadi menguping pembicaraan mereka ber-empat.

"Sudah lah, selama kamu bahagia itu sudah cukup, ibu nggak nyesel ngundang mereka ke sini," ucap Wulan sambil menyandarkan punggungnya ke tembok.

Wulan lah yang mengundang mereka ke sini. Ia sudah menghubungi mereka semenjak tiga hari lalu dan sudah menjelaskan semua tentang hubungannya dengan Axel.

Terbesit perasaan cemburu saat ia tau anak kandungnya lebih dekat dengan orang tua angkatnya dari pada ia dan Dirga yang notabenenya adalah orang tua kandung.

*****

Acara pesta ulang tahun Dirga pun mulai. Dirga di kelilingi oleh para sahabatnya. Membuatnya selalu menampakan senyuman di wajahnya. Tak pernah ia sebahagia ini dalam hidupnya.

"Oh iya, istri lo mana? Kan seharusnya potongan kue pertama buat dia," ucap Diana.

Dirga baru ingat kalau istrinya tidak ada di sampingnya. Matanya mulai melihat meneliti keadaan sekitar, mencari sosok wanita yang berstatuskan sebagai istrinya.

Akhirnya ia bisa bernafas lega saat melihat wanita berpenampilan sangat rapi berjalan ke arahnya. Wulan datang dengan penampilan yang sangat mencolok, membuat orang lain sangat iri dengan penampilannya itu. Muka cantik, penampilan yang sangat mewah, body yang sangat indah, tak ada yang kurang dari penampilan wanita itu malam ini.

Viola, Obe, Lyona, Nathan terdiam melihat wanita itu. Mereka ingat kalau wanita itu adalah orang yang datang dalam acara pertemuan orang tua murid dan mengaku sebagai Ibunya Axel.

"Dia pasti bukan Ibunya Axel," ucap Nathan.

"Iya, lagian kita juga sudah tau gimana wajah Ibu sama Ayahnya Axel jadi jangan sampai terhasut sama ucapan wanita itu," ucap Obe.

Mereka sudah ingat betul gimana wajah Adel dan Victor. Jadi mereka percaya kalau wanita itu bukan lah ibu dari sahabat mereka. Mereka sudah berjanji pada diri mereka sendiri bahwa mereka akan percaya penuh dengan Axel. Mereka sudah pernah kehilangan Axel satu kali dan mereka tidak ingin kehilangan laki-laki itu untuk ke-dua kalinya.

"Lho bukannya dia yang datang ke acara pertemuan orang tua?" tanya Bram. Ia masih ingat betul kalau wanita itu yang datang ke acara pertemuan sebagai Ibu dari pacar anaknya.

"Lo udah kenal sama istri gua?" tanya Dirga.

"Nggak kenal sih, tapi dia ngaku-ngaku kalau dia itu ibunya pacarnya anak gua," ucap Bram.

"Pacar anak lo itu anak gua," ucap Dirga.

"Ha! Jangan ngada-ngada lo, orang tua Axel itu ada di Yogyakarta," ucap Bram.

Dirga hanya diam. Ia tau sebanyak apapun kata yang ia ucapkan pasti hanya akan dianggap sebagai isapan jempol belaka. Ia menunggu satu orang yang yang bisa menjelaskan semua ini.

"Sebentar lagi dia datang," ucap Wulan saat sudah berada tepat di samping kanan Dirga.

Tak lama setelah itu datang seorang laki-laki menggunakan jas berwarna biru cerah, berjalan dengan santainya ditengah-tengah kerumunan.

"Hidup gua itu rumit. Gua nggak mau kalian terlibat lebih jauh. Saat kita pertama kali bertemu, gua nggak pernah maksa kalian buat jadi sahabat gua. Dan sekarang gua juga nggak maksa buat kalian harus tetap ada di samping gua. Kalian boleh pergi dari kehidupan gua kapanpun kalian mau. Gua nggak mau lihat kalian sedih gara-gara tau kehidupan gua," ucap Axel saat berada di depan Viola, Lyona, Rendi, Obe, Nathan.

Setelah mengucapkan itu Axel pergi dari hadapan sahabat-sahabatnya. Ia berjalan menuju ke dua orang tuanya yang sedang menunggu kedatangannya. Ia terlalu menyayangi sahabat-sahabatnya itu, karena itu lah ia tidak ingin mereka ikut bersedih karena tau tentang kehidupannya dan terlebih lagi tentang kondisi tubuhnya sekarang.

"Terima kasih sudah hadir sebagai warna di kehidupan ku yang monoton ku ini, terima kasih atas segala kenangan yang kau berikan,"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang