Seketika gedung olahraga langsung ramai setelah berita tentang Rendi ditantang duel oleh anak kelas satu menyebar bahkan sampai ke guru, semua orang menunggu pertandingan dimulai termasuk Pak Ghibran yang ingin melihat murid didiknya bertanding.
Rendi masuk ke dalam arena dari sisi kanan, menggunakan seragam karate lengkap dengan sabuk hitam sudah terikat rapi sedangkan Axel masuk ke dalam arena dari sisi kiri, menggunakan baju warna hitam lengan pendek dan celana training.
"Aturannya gampang siapapun yang bisa bikin lawannya jatuh 2 kali dia lah pemenangnya," ucap Brian selaku wasit dalam pertandingan ini.
Rendi dan Axel pun saling memandang tajam, mengeluarkan aura intimidasi melalui tatapan dan mengangguk bersamaan tanda bahwa mereka mengerti aturan dipertandingan ini.
"Mulai!" ucap Brian.
Para penonton pun langsung meneriakan nama Rendi sedangkan para sahabat Axel hanya bisa diam sambil membacakan doa agar Axel menang.
Axel terus-menerus menghindar sambil menangkis semua tinjuan yang dilayangkan oleh Rendi. Setelah cukup lama Axel tiba-tiba loncat ke belakang memberi jarak antaranya dan laki-laki itu.
Axel menutup matanya sambil memasang posisi kuda kuda. Semua orang bingung dengan tindakan laki-laki itu. Bahkan Rendi sudah yakin seratus persen menang saat melihat lawannya itu menutup mata.
"Kenapa? Apa jangan-jangan lo kalau lihat kekalahan lo sendiri," ucap Rendi. Ia sengaja memancing emosi Axel agar lawannya itu bermain agresif.
"Maju!" ucap Axel.
Rendi dengan cepat melancarkan serangannya. Ia melayangkan satu pukulan keras tepat ke arah muka Axel tapi sayang dapat di gagalkan oleh lawannya itu. Tidak hanya itu saja, ia langsung melayangkan tendangan tepat ke arah pinggang Axel tapi sayang lawannya itu lebih dulu menendang kakinya membuat serangannya gagal lagi.
Setelah sekian lama Axel melakukan defense akhirnya ia melancarkan sebuah penyerangan. Ia menendang tepat dibagian dada Rendi dan tendangannya itu ternyata berhasil membuat sang musuh terdorong ke belakang. Melihat kesempatan itu ia langsung loncat lalu melakukan tendangan memutar, tendangan tepat mengenai muka Rendi membuat sang empu langsung jatuh terkapar di matras.
"1-0 buat Axel," ucap Brian sambil berdiri di antara Axel dan Rendi.
"Whooo," semua sahabat Axel langsung berteriak setelah melihat Rendi terjatuh akibat tendangannya yang sangat fantastis itu.
"Kalem oii jangan kayak orang norak," ujar Axel sambil melihat ke arah sahabat-sahabatnya.
"Rendi Laksmana, gua bahkan belum serius tapi lo udah kehilangan satu poin, gimana mau lanjut?" tanya Axel sambil menatap Rendi yang mulai berusaha untuk berdiri.
"Jangan sombong dulu, lo hanya beruntung," ucap Rendi.
"Oke gua bakal serius," ucap Axel.
"Oi kalian hitung satu sampai 4 bakal gua kalahin ni orang," teriak Axel sambil melihat ke arah sahabat-sahabatnya.
"Mulai."
"SATU," teriak semua sahabat Axel dengan semangat.
Axel berlari maju dengan cepat. Kecepatan yang tidak disangka-sangka oleh sang musuh. Hanya cukup 3 detik baginya untuk bisa berada tepat di hadapan musuhnya.
"DUA."
Rendi kaget dengan kecepatan Axel dan refleks langsung menendang sang musuh tapi tendangannya tidak mengenai Axel karena musuhnya itu sudah menghindar terlebih dahulu.
"TIGA."
Axel langsung menangkap kaki kanan Rendi setelah itu ia menjegal kaki kiri Rendi, sang musuh jatuh setelah itu ia langsung memukul tepat samping kepala musuhnya itu.
"EMPAT."
"WHOOOOOO," semua orang berteriak melihat kemampuan Axel.
Axel langsung mengulurkan tangannya ke arah Rendi yang masih duduk lemas tidak percaya dengan hasil pertandingan hari ini. Axel menarik tangan Rendi sehingga tubuh laki-laki itu ikut terangkat dan sekarang sudah berdiri sempurna.
"Pemenang Axel Zakky Carlo dari kelas X MIPA 2."
Teriakan semakin meriah, ada banyak orang yang tak percaya dengan yang mereka lihat terutama para sahabat-sahabat Axel sendiri.
"EKHEM BEGINI YA, JIKA KALIAN MENGGANGGU KU ATAU SAHABAT SAHABAT KU, AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KALIAN, KALIAN MUNGKIN MENGANGGAP KU LEMAH TAPI AKU TIDAK AKAN DIAM SAJA JIKA KALIAN SEENAKNYA. JIKA KALIAN MENANTANG AKAN KU LADENI SEMUANYA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH. SIAPAPUN LAWANNYA, TERMASUK PARA SENIOR SEKALIPUN," teriak Axel dengan lantang agar semua orang yang ada di dalam gedung ini mendengar dengan jelas.
semua orang tercengang dengan deklarasi Axel yang sungguh nekat itu, para murid kelas tiga yang melihat itu hanya bisa tersenyum setelah mendengar kan itu.
Axel pun masuk ke dalam daftar 10 orang yang paling ditakuti di SMA ini, ia pun turun dari area pertarungan, berjalan ke arah kerumunan sahabatnya yang setia meneriaki namanya dengan bangga.
Para sahabat-sahabatnya pun memuji keberanian Axel, sebuah kejadian yang tak akan dilupakan, anak kelas satu menantang semua murid yang berani mengganggunya dan sahabat-sahabatnya.
Axel pun diarak oleh para sahabatnya dari dalam gedung olahraga sampai kelas, murid kelas X MIPA 2 mungkin mereka baru saja bertemu tapi persahabatan mereka sangat kental membuat para murid di kelas lain iri.
Para guru pun mengakui kalau kelas mereka adalah kelas yang solidaritasnya paling tinggi dibandingkan kelas yang lainnya bahkan jika salah satu murid tidak datang Axel dan sahabat-sahabatnya akan memaksa guru untuk memberi izin menjenguk temannya yang sedang sakit itu.
"Lo masih terlalu naif Xel," ucap seorang wanita dari kelas XII yang dari tadi melihat pertarungan ini dari awal sampai akhir.
*****
Semua teman sekelas Axel masih heboh padahal sudah kembali ke kelas, mereka masih menanyakan berbagai hal kepada Axel soal pertandingan tadi. Bahkan Axel sendiri sudah bosan menjawab pertanyaan sahabat-sahabatnya itu.
"Wih bapak nggak nyangka kalau punya murid sehebat kamu," puji pak Ghibran yang bangga dengan tindakan murid kebanggaannya ini.
"Yoi lah pak. Axel gitu lho," ujar Axel sambil menepuk dadanya.
Kalau biasanya mereka akan menghina Axel tapi sekarang tidak, mereka membiarkan Axel menyombongkan diri setelah melawan orang yang masuk kedalam 10 siswa yang paling ditakuti di sekolah ini.
"Gimana kalau kita makan makan di kantin, pakai uang kas," celetuk Nathan dengan semangatnya.
"Iya tuh bener Xel."
"Enak juga tuh."
Axel yang mendengar itu pun langsung berdiri di atas meja, para temannya dan pak Ghibran melihat ke arah Axel dengan tatapan bingung.
"Gini ya sahabat-sahabat ku, mulai sekarang kita harus bayar kas rutin biar besok pas Popda udah mulai kita bisa beli tiket buat nonton emak singa tanding
Soal makan-makan bisa lain kali, yang penting sekarang kita harus bisa ngelatih sama ngedukung emak singa biar bisa menang di Popda, kita sebagai sahabatnya harus bantu dia sebisa mungkin, selama kita masih di dalam hubungan persahabatan gua ingin kita saling dukung satu sama lain," ujar Axel dengan semangat.
Ini lah Axel, selalu menyingkirkan kebahagiannya demi bisa mendukung sahabatnya, dia tidak peduli tentang dirinya sendiri asalkan sahabatnya bisa mencapai tujuan yang diinginkannya.
Semua orang menatap Axel dengan bangga, dia bisa saja mengiyakan ajakan buat makan makan di kantin tapi dia menolak lagi lagi untuk kepentingan bersamam
"KITA SEMUA," teriak Axel dengan keras.
"SAHABAT SELAMANYA," teriak semua orang yang berada di kelas.
"Selama sahabatku
bahagia itu sudah cukup,
soal derita ku
biar aku dan Tuhan yang tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...