Hari demi hari berlalu, Lyona dan Rendi akhirnya masuk ke semi final, hari ini adalah pertandingan semi final, tapi ada berita buruk para murid kelas X MIPA 2 karena mereka tidak diizinkan menonton pertandingan kali ini.
Axel dari tadi diam menahan amarahnya karena pak Panji tidak mengizinkan mereka ke luar dari sekolah. Nathan, Viola, Obe sudah pasrah sedangkan ia masih memikirkan cara agar bisa melihat pertandingan.
"Saya bilang nggak boleh tetap nggak boleh!" ucap Pak Panji dengan suara penuh penekanan.
"Kalau kami semua tidak boleh ke sana nggak papa, tapi izinin 2 dari kami jadi perwakilan pak, Lyona sekarang butuh kami, dia butuh sahabat-sahabatnya disaat seperti ini, pasti sekarang dia sedang gugup," ucap Axel sambil berdiri.
"Sekali nggak tetap enggak."
Axel mengambil tasnya yang berada di loker lalu berjalan ke depan "saya nggak peduli soal peraturan bapak atau soal hukuman yang akan bapak berikan, saya akan tetap pergi walau bapak nggak ngizinin, sekarang sahabat saya sedang berjuang demi mengharumkan nama sekolah jadi saya akan pergi ke sana buat dukung dia, bapak nggak berhak melarang saya, ini soal saya dan sahabat saya jadi bapak nggak perlu ikut campur. Soal hukuman atau bahkan di keluarin akan saya terima," jelas Axel dengan muka seriusnya.
Pak Panji melihat Axel dengan perasaan iba, segalak-galaknya dia juga punya sahabat dan dia pasti akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Axel.
"Gua ikut," ucap Nathan sambil menyampirkan tasnya di bahunya.
"Gua ikut."
"Kita semua ikut," ucap satu kelas sambil berdiri.
"Kami semua nggak akan biarin sahabat kami berjuang sendirian, karena kami cuma bisa mendukung maka kami akan dukung dia sebisa mungkin. Maaf pak, ini soal persahabatan dan kami nggak akan segan-segan ngelanggar peraturan demi dukung sahabat kami," ucap Axel.
"Kita semua pamit pak," ucap Axel sambil membungkukkan tubuhnya diikuti oleh para teman lain yang sudah berada di belakangnya.
"Axel Zakky Carlo pastiin Lyona dapat juara satu atau kamu akan saya hukum," ucap Pak Panji.
Axel hanya mengangguk, Axel sungguh anak yang menarik, dengan ucapannya saja bisa merubah keputusan orang.
"Bapak bangga punya murid kayak kamu," gumam Pak Panji.
*****
Semua anak kelas X MIPA 2 sudah ada di kursi penonton paling depan, dan tepat di bawah mereka ada para atlit Karate dari SMA mereka, Axel tersenyum melihat Lyona yang sedang pemanasan.
"satu ... dua ... tiga," ucap Axel memberi instruksi kepada teman temannya.
"EMAK SINGA SEMANGAT, EMAK SINGA PASTI MENANG," teriak seluruh murid kelas X MIPA 2.
Lyona langsung tersenyum melihat sahabat-sahabatnya datang ke sini, ia tidak menyangka kalau mereka akan datang karena ia tau kalau sekarang harusnya jadwal pak Panji dan ia juga tau siapa yang bisa membuat pak Panji mengizinkan mereka datang ke sini, karena tadi ada salah satu temannya memvideokan perdebatan Axel dan Pak Panji sampai akhir.
Seandainya Lyona mengenal Axel lebih dulu dari pada Rendi pasti ia akan tergila-gila dengan laki-laki itu, tapi keadaan berkata lain ia sudah dipertemukan dengan Rendi terlebih dahulu.
Pertandingan pun dimulai, Rendi dan Lyona berada di arena yang berbeda, karena ini pertandingan campuran lawan Lyona mendapatkan lawan laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...