Semua orang sudah tau alasan kenapa Axel sampai sekarat. Ia sekarat karena bertarung dengan Renzi di sebuah gang kecil di dekat sekolahan.Axel ditemukan oleh dua orang warga dengan keadaan tergeletak di tanah dan sudah berlumuran darah dan Renzi ditemukan saat sedang hampir menusuk Axel menggunakan sebuah pisau.
Renzi dilaporkan ke kantor polisi atas tuduhan percobaan pembunuhan sedangkan Axel langsung dilarikan ke rumah sakit. Berita ini sudah tersebar sampai seantero SMA Bangsa bahkan sampai ke guru-guru. Dengan berbagai pertimbangan Axel diberi waktu oleh sekolah istirahat sampai luka-lukanya pulih karena sekolah tidak ingin ambil resiko kalau tiba-tiba kondisi Axel melemah saat di sekolah.
Semua murid kelas XI MIPA 2 sudah bersiap-siap untuk menjenguk Axel. Mereka berangkat bersama-sama setelah pulang sekolah. Mereka bahkan sudah membawa banyak hadiah buat Axel. Mereka berharap dengan ini Axel memaafkan mereka.
Para murid kelas XI MIPA 2 dikejutkan oleh salah satu suster yang bilang kalau Axel sudah dipulangkan dua hari yang lalu. Mereka tidak tau itu karena sudah seminggu lebih mereka tidak menjenguk Axel karena kedatangan mereka ditolak mentah-mentah oleh Victor dan Adel.
Alasan Victor dan Adel tidak memperbolehkan sahabat-sahabat Axel karena permintaan Axel sendiri dan mereka selalu menyembunyikan tentang itu.
Viola menelfon ayahnya untuk menanyakan tentang keberadaan Axel tapi naas ayahnya juga tidak tau. Selama dirawat Axel tidak diizinkan bermain hp jadi tidak ada orang luar yang bisa menghubunginya.
Bram sangat merasa bersalah atas kejadian Axel dan Renzi. Dulu ia dan Vina sampai nangis-nangis meminta maaf kepada Victor dan Adel tapi sayang permintaan maaf mereka tidak sampai karena pintu ruangan Axel selalu ditutup dan dikunci oleh Victor saat ada orang lain yang ingin menjenguk Axel.
"Coba telfon!" tegas Obe kepada semua sahabat-sahabatnya.
Obe sudah tidak bisa memikirkan gimana lagi caranya agar bisa bertemu dengan Axel. Ia sangat takut kalau Axel mengira ia tidak pernah menjenguknya saat Axel koma dan itu bisa memperkeruh masalah lagi padahal masalah soal kesalahpahaman saja belum selesai.
"Ini rumah sakit, jangan teriak-teriak," ucap salah satu orang laki-laki dari ujung lorong.
Sontak semua orang melihat ke arah laki-laki tersebut. Mereka melihat seorang laki-laki menggunakan Hoodie biru dan celana panjang berwarna hitam.
Viola langsung berlari ke arah laki-laki tersebut. Ia memeluknya dengan erat. Air matanya sudah membasahi Hoodie laki-laki itu.
Semuanya pun langsung menghampiri Viola dan laki-laki itu. Mereka senang akhirnya bisa bertemu dengan sahabat yang selama ini mereka rindukan. Segala rasa rindu di hati mereka sudah hilang sempurna saat melihat Axel datang kehadapan mereka dengan kondisi sehat.
"Tidur lo kelamaan," ucap Obe sambil memukul pelan bahu Axel.
"Gua kira udah nggak bisa lihat lo lagi," ucap Nathan sambil merangkul pundak Axel.
Axel tersenyum mendengar itu. Ia tadinya hanya berencana untuk mengambil barangnya yang ketinggalan, tapi hatinya memaksanya untuk menampakan diri dihadapan para sahabatnya. Ia sadar kalau kali ini ia telah memilih pilihan yang salah.
*****
Malam hari yang sangat dingin, tapi Axel sudah siap dengan pakaian rapinya di ruang tamu rumah Viola. Ia berencana untuk mengajak Viola pergi ke pasar malam yang di selenggarakan di kota sebelah.
Tak lama kemudian Viola keluar dari kamarnya lalu menghampiri Axel dan Bram yang sedang bercanda gurau di ruang tamu. Senyuman manis tercetak jelas di wajah Viola. Ia sangat bahagia saat tau kalau Axel mengajaknya berkencan malam ini.
Axel dan Viola pun berpamitan kepada Bram dan Vani. Mereka ke pasar malam naik mobil milik Bram. Axel dipaksa oleh Bram untuk menggunakan mobilnya karena ia takut kalau Viola masuk angin.
Di sepanjang jalan Axel dan Viola mengobrol tentang hal-hal sepele tentang semua kejadian yang mereka alami saat kecil. Tak sedikit tawa yang muncul akibat lelucon yang diucapkan oleh Axel.
Setelah memarkirkan mobil mereka langsung masuk ke dalam pasar malam. Pasar malam ini berbeda dari pasar lainnya karena pasar malam ini sekarang menjadi saksi bisu kalau mereka berdua sudah tau siapa pemilik hati mereka sebenarnya.
Sebelum naik wahana Axel membelikan satu buah arum Manis untuk Viola. Ia tersenyum saat melihat Viola memakan makanan yang ia belikan. Senyuman Axel semakin mengembang saat Viola mendekatkan arum Manis kearah mulutnya, Axel sedikit mencicipi arum masih tersebut.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka tapi tiba-tiba Axel berhenti lagi saat melihat ada sebuah pedagang ikan hias. Ia mendekat ke arah penjual ikan tersebut. Ia melihat dua buah ikan cupang yang menarik perhatiannya lalu ia pun memilih untuk membelinya.
Axel memberikan satu ikan cupang yang berjenis kelamin laki-laki itu kepada Viola. Ia ingin Viola merawat ikan cupang itu sampai ia memintanya kembali ikan cupang tersebut untuk mengawinkannya dengan ikan cupang perempuan yang ia bawa.
"Jaga dia kayak lo jaga gua" ucap Axel
Mungkin bagi orang lain itu hanya ikan hias biasa tapi beda dengan Axel, baginya ikan cupang itu adalah tanda kalau ia pernah membuat Viola walau hanya sekali.
Viola menarik tangan Axel ke arah penjual tiket bianglala. Ia ingin naik wahana ini bersama Axel. Ia membelikan dua buah tiket lalu memberikan satu untuk Axel.
"Perasaan lo takut sama ketinggian," ucap Axel saat sudah berada di dalam bianglala
"Sekarang udah enggak kok," ucap Viola.
"Yakin?"
"Yakin lah kan sekarang ada lo di sisi gua jadi nggak ada alasan buat takut."
Axel tersenyum mendengar itu. Ia menatap bola mata Viola dengan lekat. Posisi mereka saling berhadapan jadi wajar kalau mereka saling menatap satu sama lain. Bianglala mulai berputar mereka bisa melihat seisi pasar malam saat sudah berada di titik paling tinggi.
"Sebentar lagi kita naik kelas tiga," ucap Axel.
"Iya, tinggal satu minggu lagi kita naik kelas," ucap Viola.
"Untuk adikku tercinta, bahagia ya jangan sedih walaupun sekali"
Mata Viola membulat sempurna setelah mendengar kalimat itu. Axel menjelaskan kalau kalimat itu adalah pesan Asa untuk Viola. Axel menjelaskan saat koma ia bermimpi ketemu Asa di sebuah ruangan serba putih.
"Ini pesan terakhir gua Vi, jadi dengerin baik-baik ya" ucap Axel.
Bibir Axel bergerak mengucapkan sebuah kalimat, tapi Viola tidak dapat mendengar karena ucapan Axel kalah keras dengan suara kembang api. Axel meneteskan satu butir air mata setelah mengucapkan itu dan tiba-tiba Viola merasakan kalau sebentar lagi ia akan kehilangan sosok di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...