"Sebuah kisah untuk seseorang yang membaca diary ku.
Aku tidak tau siapa yang membaca ini, tapi aku berharap orang yang membaca ini salah satu dari sahabatku, ini pesan terakhir sebelum aku benar-benar menutup mata untuk selamanya. Lima tahun lalu, aku didiagnosa menderita tumor Papiloma, sepertinya sangat tidak memungkin kan kalau aku harus menceritakan itu kepada sahabat-sahabat ku. Hanya 4 orang saja yang tau tentang penyakit yang ku derita. Mereka adalah Asa, Selly, Aku, dan Renzi. Terlalu membosankan jika aku pergi begitu saja dari dunia ini, jadi aku buat hari-hari terakhirku menjadi lebih banyak tawa, lebih banyak warna, dan lebih banyak kenangan. Bagiku senyuman sahabat-sahabat ku adalah sumber kekuatan ku. Tangis mereka adalah derita ku. Aku yakin dengan memberikan begitu banyak canda tawa di hidup mereka membuatku menjadi orang yang paling baik di semesta, walaupun semesta sendiri yang telah menjadikan ku sebagai orang yang tak pernah diinginkan oleh dunia. Aku jahat bukan? Sudah menyimpan begitu banyak rahasia dari semua sahabat-sahabat ku sendiri. Obe pasti akan langsung membunuh ku jika ia tau aku menyembunyikan tentang penyakit ku ini, jadi aku memilih untuk diam dan membiarkan kematian ku sendiri yang mengungkapkan segala. Semakin hari penyakit ku semakin serius, jadi aku mulai serius untuk membuat sahabat-sahabat ku bahagia, biar saat aku sudah tiada mereka tetap akan tersenyum walau tanpa aku di sisi mereka. Apa kamu tau apa yang lebih menyakitkan dari pada putus? Yap, itu adalah kehilangan sebuah sahabat. Sahabat adalah orang yang sudah kamu anggap sebagai saudara sendiri, orang yang selalu ada saat kamu sedih, orang yang selalu berdiri paling depan saat kamu membutuhkan bantuan, orang yang selalu menjadi tempat menyimpan semua duka cita yang telah kamu rasakan. Terlalu menyesakan jika harus melihat sahabat sendiri masuk ke dalam liang lahat, tapi mau tidak mau itu akan terjadi, dan maaf jika karena ku kalian harus merasakan perasaan itu. Jika memang waktu ku telah tiba, aku ingin mati dalam pelukan orang-orang yang aku sayangi, di kelilingi oleh para sahabat, ditangisi oleh orang yang peduli dengan ku. Aku rasa itu adalah saat-saat yang begitu indah, dan aku sudah tidak sabar menunggu saat itu. Oh iya, aku mohon jangan ada yang nangis ya saat hadir pemakaman ku, jangan cengeng! Aku yakin kalau ada orang yang akan bisa menggantikan posisi ku di kehidupan kalian. Jika kamu merindukan ku, lihat saja bintang, karena dia bisa menggantikan posisi ku sebagai tempat curhat, dia bisa menyimpan begitu banyak rahasia, jadi kamu nggak perlu khawatir. Kalau saatnya telah tiba, kalian harus bisa relain kepergian ku, kalian nggak ingin kan kalau aku tidak tenang di alam sana? Aku tau kalau kalian itu kuat jadi jangan pernah melemah hanya gara-gara kehilangan seorang pecundang kayak gua. Terima kasih ya untuk semuanya. Obe, Rendi, Nathan, Lyona, Viola, Helen, dan semua sahabat-sahabat ku. Aku sangat menyayangi kalian semua. Seandainya setelah kematian ada kehidupan lagi, aku mohon Tuhan, biarkan aku menikmati waktuku bersama mereka tanpa mengkhawatirkan tentang hari kematian ku, dan izinkan aku untuk memiliki Viola Aurelia Aurora untuk selamanya."Setelah membaca tulisan itu Viola langsung menutup buku diary tersebut. Sebuah buku yang ia ambil secara diam-diam dari tas Axel. Buku diary berwarna biru cerah yang di halaman pertamanya tertuliskan 'ini buku keramat, siapapun yang buka, gua sumpahin mati, tertanda Axel Zakky Carlo.'
Viola menatap langit-langit yang sudah gelap, ia melihat sebuah bintang yang cahayanya begitu terang, membuatnya nyaman dan tidak ingin mengalihkan pandangannya. Ia tidak tau apa yang sebenarnya terpikirkan oleh kekasihnya itu sampai-sampai harus menyembunyikan tentang penyakit tersebut.
"Apa segitunya kamu nggak ingin lihat aku sedih? Sampai-sampai kamu membungkam segala kesedihan yang ada di hidupmu," gumam Viola.
Mata Viola mulai berkaca-kaca saat otaknya mulai mengingat segala kenangan lamanya saat bersama Axel. Senyuman laki-laki itu selalu terbayang-bayang di setiap kegiatan Viola. Suara laki-laki itu selalu terngiang-ngiang di kepala Viola, membuatnya tidak pernah bisa melupakan kehadiran sosok laki-laki tersebut dalam hidupnya.
Sudah terlalu lama ia menghabiskan waktu bersama Axel, dan sekarang semesta secara paksa memisahkan mereka. Takdir begitu kejam, tapi lihat lah, Viola tidak sedikit pun menyesal karena telah membiarkan semesta mempertemukannya dengan laki-laki itu, karena ia tau kalau laki-laki itu akan selalu mencintainya di manapun dan kapanpun itu.
Viola menentang semua takdirnya, seperti yang dilakukan Axel. Ia yakin kalau ia tetap berusaha pasti semesta akan bersikap ramah kepada dirinya, lalu akan memberikannya begitu banyak kebahagiaan. Ia sangat yakin, kalau Axel tidak akan membiarkannya berjuang sendirian.
"Aku yakin kamu pasti akan kembali, akan ku perlihatkan kepada mu, kalau cinta juga bisa menentukan takdirnya sendiri, dan kamu lah takdir ku, Axel Zakky Carlo," ucap Viola sambil menyeka air matanya.
"Gua yakin lo pasti bakal kembali, gua janji nggak akan ngelupain semua kenangan yang pernah kita buat," ucap Nathan di pinggir kolam renangnya.
"Apa cuma segini kehebatan lo? Ayo perlihatkan lagi gimana caranya seorang pengecut menentang begitu banyak takdir, gua nunggu lo di sini sampai kapanpun itu," ucap Obe di rooftop rumahnya.
"Sekarang gua yakin kalau lo lebih hebat dari gua, lo udah berjuang sendirian melawan tumor yang ada di dalam tubuh lo. Ayo bangun Xel, ayo kita bertarung di atas ring lagi," ucap Rendi sambil memukul samsak yang ada di depannya.
"Kita di sini nunggu lo bangun Xel, jadi lo sekarang bisa tidur sepuasnya, anggap aja sebagai hadiah karena lo udah begitu banyak menghadirkan begitu banyak canda tawa di hidup kami," ucap Lyona sambil berkaca di depan cermin yang ada di dalam kamarnya.
"Terlalu banyak hal menyedihkan yang sudah lo lewati, dan sekarang semesta ngasih waktu buat lo istirahat, gunain waktu itu sebaik mungkin, kalau lo udah capek istirahat langsung kembali ke gua, di sini gua nunggu kehadiran lo, karena lo adalah junior kesayangan gua," ucap Selly sambil menatap bulan purnama.
Axel belum meninggal. Hanya saja raganya yang sudah tidak ada di Indonesia. Ia dibawa oleh Dirga dan Wulan ke Inggris untuk melakukan perawatan lebih intensif. Sudah sekitar 2 bulan kepergian Axel, tapi mereka belum juga mendapatkan kabar tentang laki-laki tersebut. Semua sahabat-sahabat Axel selalu percaya kalau seorang Axel Zakky Carlo masih hidup di dunia ini dan mereka sudah berjanji pada diri mereka masing-masing kalau mereka akan menunggu laki-laki itu kembali ke dalam pelukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...