Semua murid kelas XII sudah belajar dengan giat. Meluangkan seluruh waktunya buat mempelajari materi-materi yang sudah disiapkan oleh guru mereka. Mereka terus menjawab soal yang ada di hadapan mereka dengan serius, tak peduli seberapa besar rasa ketakutan yang mereka hadapi saat melakukan tes. Begitu banyak halangan yang sudah mereka lalui, sudah banyak keringat yang sudah mereka keluarkan, sudah banyak derita yang mereka rasakan dan akhirnya Ujian Nasional sudah berakhir.
Hari ini adalah hari kelulusan. Semua nilai sudah terpampang jelas di papan pengumuman. Tidak ada satu pun murid di SMA Bangsa yang tidak lulus. Mereka lulus dengan nilai memuaskan. Terutama Axel, ia mendapatkan nilai yang paling tinggi di antara seluruh murid-murid lainnya.
Seorang yang mendapatkan nilai terbaik seharusnya sekarang berkumpul dan berpesta dengan sahabat-sahabatnya, tapi sosok laki-laki itu belum juga muncul.
Begitu banyak orang yang sedang berpesta membuat Obe sangat sulit mencari Axel. Ia terus berlari kesana-kemari untuk mencari sahabatnya itu, dan akhirnya ia menemukan laki-laki itu. Laki-laki itu sedang berbincang-bincang dengan salah satu seniornya yang sudah lulus dari sekolah ini.
Obe mendekat ke arah Axel. Setelah di dekatnya ia pun langsung menepuk bahu laki-laki itu. Ia tidak tau apa maksud perempuan itu datang ke sekolah ini dan menemui Axel, yang ia tau sekarang Axel harus kembali bersamanya.
"Kita pergi dari sini, semuanya udah nunggu," ucap Obe.
"Oke, lo duluan aja," ucap Axel.
"Gua tunggu."
Axel menatap kepergian Obe. Bukannya ia ingin tidak ingin menghabiskan waktu bersama dengan sahabat-sahabatnya, tapi ia harus menyelesaikan masalah yang sekarang ada di hadapannya.
"Kalau gua bilang jangan pergi, apa lo mau nurutin ucapan gua?" tanya Selly sambil menyandarkan punggungnya ke tembok.
"Aku sangat bahagia karena ternyata kakak khawatir dengan ku," ucap Axel.
Terpampang jelas mimik bahagia di wajah Axel, tapi entah kenapa Selly merasakan sakit hati setelah melihat itu. Selly tau kalau itu benar-benar wajah bahagia, tapi hatinya tidak ingin melihat laki-laki yang ada di hadapannya ini memperlihatkan wajah itu lagi.
"Axel pergi dulu ya kak," ucap Axel sambil melambaikan tangannya lalu melenggang pergi meninggalkan Selly.
Selly masih terdiam di tempat. Ia melihat ke arah langit sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke tembok yang ada di belakangnya. Ia sangat tidak ingin laki-laki itu pergi dari kehidupannya. Ia sudah sangat tersiksa saat kehilangan Asa, dan sekarang ia juga harus kehilangan Axel, orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
"Kalau emang ini akhir dari cerita Axel, gua mohon bimbing dia di sana Sa," gumam Selly diiringi satu tetesan air mata.
*****
Semua murid kelas XII MIPA 2 sudah berada di dalam kelas. Mereka merayakan kelulusan di dalam kelas karena di luar sudah ramai dengan murid dari kelas lain. Mereka ingin menghabiskan waktu terakhir mereka di SMA ini bersama-sama. Menciptakan kenangan terakhir yang tidak akan mereka lupakan sampai kapanpun.
"Makasih Xel, Lo udah mau nerima gua jadi sahabat lo, makasih untuk tiga tahun ini," ucap Reno sambil mengulurkan tangannya. Kalimat itu adalah kalimat yang selalu ingin ia ucapkan kepada Axel, tapi ia sangat malu mengucapkannya, jadi baru sekarang kalimat itu terucap.
"Bodoh, harusnya gua yang bilang terima kasih," ucap Axel sambil menjitak kepala Reno.
Setelah mengucapkan itu Axel berbalik menghadap ke Ghibran yang sudah berdiri di depan kelas. Ia menatap gurunya itu dengan mata sendu. Ia sangat bersedih karena semua ceritanya harus berakhir saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...