Rasanya seperti merayakan ulang tahun Kak Joshua lagi, bedanya kali ini aku yang diberi selamat dan kue yang kali ini dibeli Kak Seungcheol spesial untukku. Lepas acara pengumuman, Kak Seungcheol dan Kak Joshua langsung datang menjemput. Kedua manusia itu bersorak saat melihatku keluar membawa bucket bunga dan hadiah kemenanganku. Meskipun omongannya selalu menyakitkan, Kak Seungcheol terlihat senang sekali sampai aku harus menutup muka--malu saat ia berjingkrak di parkiran mobil.
"Ibu dan Ayah bangga sekali padamu, Sooah." Kata Ibu riang disetujui oleh Ayah yang mengangguk-angguk, memakan ayam goreng dengan lahap.
Nenek yang jarang sekali keluar kamar juga ada di sana. Ia juga tampak senang meski tidak berbicara banyak. Akhir-akhir ini ia memang tidak secerewet biasanya, entah karena sudah terlalu tua atau lelah mengomel.
"Mrs. Bae bilang aku harus terus lanjut latihan. Setelah liburan aku harus membuat naskah baru untuk lomba lain."
"Jadi competition hunter, ya?" Tanya Kak Joshua yang membuatku mengangguk ragu. Ia benar, sih. Tapi untukku bukan hanya competition hunter, melainkan salah satu usaha untuk mendorongku membuat naskah-naskah baru yang berkualitas.
"Woah... aku tidak menyangka kalau kau bisa juga, Choi Sooah! Itu baru adikku!"
Aku mendecakkan lidah. Coba saja kalau aku tidak menang, mana mungkin ia berkata seperti itu.
"Terus, naskahmu akan dipakai untuk pertunjukan, tidak?" Tanya Ayahku penuh minat.
Pertanyaan yang sempat ku tanyakan pada Mrs. Bae saat beliau menyuruhku mengikuti lomba tahun kemarin. Lalu aku mengangguk, tersenyum malu-malu. "Pertengahan tahun ini aku akan melihat proses latihannya, Yah."
"Apa kami bisa menontonnya?"
"Bisa."
"Yaa! Joshua! Kau harus datang pertengahan tahun ini!" Seru Kak Seungcheol sambil tertawa. Ah... aku lupa kalau manusia satu itu harus segera kembali ke negara asalnya.
"Nanti aku coba kosongkan jadwal, ya."
"Kau harus datang, Joshua! Kapan lagi kau bisa menonton naskah buatan Sooah, hah!"
Aku tertawa saat Ibu ikut-ikutan menegur Kak Joshua. Padahal biasanya Ibuku lembut sekali kepadanya, tapi kali ini kedua mata Ibuku menyorotnya tajam, seakan memaksanya untuk datang ke Korea lagi demi menonton Singing Stars. Kak Joshua ku lihat merasa kikuk, ia menggaruk tengkuknya sambil menganggukkan kepala.
"Ibu... apa aku boleh ikut les menulis tahun ini?"
"Eh? Memangnya ada?"
"Yaa! Tentu saja ada!" Ayahku berseru kepada Ibu. "Boleh! boleh! Kalau Ibu tidak mau, nanti Ayah akan membiayaimu!"
Ibu mendesis, ia memukul bahu Ayah cukup keras. "Seperti kau tahu saja!"
"Ibu, kalau aku boleh ikut les--"
"Tidak." Ibu memotong ucapan Kak Seungcheol. Aku tertawa kencang, lalu menjulurkan lidah kepada Kak Seungcheol yang segera merangkulku, pura-pura mencekik leherku dengan kencang.
"Yaa! Seungcheol! Lepaskan adikmu!!"
~~~
Minghao
Bagaimana pengumumannya?
Aku membaca pesan Minghao itu dengan jantung yang berdebar. Bukan karena Minghao, tapi karena pertanyaannya. Ingin memberitahukan kalau aku menang saja terasa excited. Begini, ya, rasanya memenangkan sesuatu yang sudah diusahakan dengan keras?
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanficSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.