"Kayaknya aku tidak bisa melihat kalian berkencan, deh."
Pernyataan itu membuat Minghao hampir menghentikan mobilnya tiba-tiba di perempatan yang tak jauh dari rumahku. Dengan sedikit takut aku menatapnya, seperti biasa, dahinya berkerut. Ia tampak fokus menatap jalanan, tapi aku yakin, ia lebih fokus memikirkan kata yang cocok dilemparkannya untukku.
"Kenapa?"
"Aku belum siap."
Minghao mendecakkan lidah, kini ia bisa duduk sedikit menghadapku. Mobilnya sudah terparkir rapi di depan rumahku dan masih ada banyak hal yang ingin ku bicarakan dengannya.
"Kau berkata seperti itu setelah kau sendiri habis berkencan dengan Mingyu. Egois namanya."
"Tapi aku tidak bisa menyebutnya sebagai kencan!" Seruku tidak terima. Mau bagaimana pun juga, hari itu aku merasa seperti nonton konser dengan teman biasa, bukan kencan seperti yang dilakukan Seokmin di perpustakaan.
"Kau menganggapnya seperti itu, tapi tidak untukku dan Seokmin." Ujar Minghao tampak tenang meski suaranya punya nada yang sebaliknya.
"Kalian juga tidak rela?"
"Bukan tidak rela." Ujar Minghao melarat perkataannku. "Kami hanya merasa aneh melihat orang sepertimu bisa menarik mata Mingyu yang terkenal playboy. Kau kan, jauh dari standarnya."
Dengan kesal aku menepuk bahunya. Sialan benar Minghao. Dia malah tertawa kencang, puas sekali meledekku. Tapi dia ada benarnya juga, hal dasar yang menjadikanku tidak baper kepada seorang Mingyu. Lagipula dia juga bukan tipeku. Aku tentu berharap hubunganku dengan Mingyu akan berubah menjadi teman, kalau tidak... ya, cukup saling kenal saja.
"Bercanda... tapi aku serius. Jangan egois, jangan sampai aku dan Seokmin terus menjomblo karena ketidaksiapan dirimu." Kata Minghao membuatku mengerucutkan bibir.
Sepertinya aku harus membuat quote: "Minghao selalu benar". Ucapannya sangat masuk akal dan aku jadi merasa bersalah meski ada sedikit bagian hatiku yang masih tidak rela melihat mereka, satu per satu akan sibuk dengan pasangannya masing-masing. Apakah aku juga harus begitu? Tapi aku tidak menyukai siapa pun. Lagipula, aku tidak yakin bisa membagi hatiku kepada orang lain untuk saat ini.
"Yaa... sekarang, bisakah dirimu keluar dari mobilku, Tuan Putri?"
Aku mendorong bahu Minghao pelan. Tuan Putri apanya! Lalu ku buka sabuk pengaman dan turun dari mobilnya. Minghao menurunkan jendela, ia melambai dari dalam sebelum menginjak pedal gas.
"Ingat, ya! Jangan campuri urusan Seokmin!" Serunya sembari menunjukku.
Napasku terhela panjang. "Iyaaaa...."
"Janji, oke? Aku pergi dulu, bye!"
"Bye...."
~~~
Mari bertepuk tangan untuk Mingyu yang hampir menghabiskan seluruh makanan restoran buffet dalam waktu 30 menit. Sesuai janji, yang agak dipaksakan, aku harus mentraktir Mingyu makan di restoran buffet all you can eat. Jangan ditanya, ia menggunakan kesempatan itu untuk makan dengan puas, seperti beruang yang akan menyimpan cadangan lemak dalam perutnya selama berhibernasi. Bedanya, Mingyu tidak akan berhibernasi. Ia makan banyak sesuai ukuran badannya.
"Masih lapar?" Tanyaku sebelum mengunyah makanan yang ku ambil dari piringku.
Mingyu tersenyum. Ia menggeleng sembari menepuk perutnya. "Sudah, kok. Aku puas."
"Bagus." Kataku melanjutkan kegiatan makan.
"Omong-omong, kenapa kau berbohong kepada Seokmin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.