Seokmin berlari menghampiriku yang tengah duduk di teras mini market 24 jam yang berada tidak jauh dari halte. Aku memperhatikan siluetnya dari kejauhan, ia mengenakan jaket yang cukup tebal dan sebuah scarf berwarna abu terlilit pada leher. Dari celana yang ia kenakan, aku yakin dirinya buru-buru datang dari kosannya. Bagaimana bisa seorang Lee Seokmin masih mengenakan celana piyama di tengah musim yang super dingin begini!? Sia-sia saja scarf dan jaket tebal itu.
"Aku, kan, bisa pulang sendiri." Kataku melongos, prihatin melihatnya ngos-ngosan di hadapanku.
"Aku sudah terlanjur datang, beri aku minum." Napas dan suaranya saling bersahutan, aku jadi tertawa, apalagi kalau melihat wajahnya yang tampak kewalahan--entahlah, ia terlihat lucu di mataku.
"Kau tidak kedinginan pakai celana itu?" Tanyaku setelah ia meminum air mineralku hingga tandas.
Pertanyaanku banyak sekali memang, bukannya aku tidak peduli dengan Seokmin yang masih mengumpulkan energi. Tapi keherananku masih menghantui, padahal Seokmin bisa mengindahkan pesan Mingyu yang memintanya menjemputku. Malah anak itu bersikeras ingin menjemputku pulang, sampai lupa masih mengenakan piyama.
Napasku terhela. Untung saja keadaan di sekitar kami sudah sepi, jadi tidak ada yang melihat kami saling berseru seperti sepasang kekasih yang tengah bermasalah. Ya, kalau aku berada di posisi Seokmin, mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Mungkin ia berpikir akan berbahaya meninggalkan sahabat sendiri yang notabene seorang perempuan di malam yang sepi dan dingin ini.
"Terima kasih, Seokmin." Ucapku kemudian.
Seokmin mengangkat kepala, ia nyengir. "Ayo pulang!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~~~
Aku dan Seokmin naik taksi karena bus terakhir sudah berangkat saat kami membeli hot pack di mini market. Berdua kami terdiam di bangku belakang, ditemani suara radio yang tengah menyiarkan berita cuaca terkini dan supir taksi yang diam memperhatikan jalanan. Aku sebenarnya tidak menyangka Seokmin akan datang menjemput, sampai ia memberitahukanku kalau Mingyu menyuruhnya menjemputku. Hal yang sepatutnya tidak perlu ia setujui, apalagi Seokmin tidak punya kendaraan dan tidak mungkin memintanya menginap di rumah karena kehadiran Kak Joshua.
Tapi Seokmin tetaplah Seokmin. Ia tidak pernah memikirkan berapa banyak uangnya habis untuk membayar transportasi untuk mengantarku pulang. Tidak pernah berpikir betapa ruginya ia selama ini hanya demi keselamatanku.