Liburan musim dingin bukanlah waktu untuk rebahan atau berlibur ke negara tropis untukku, melainkan waktu untuk bekerja part time lebih banyak dari biasanya. Selain bekerja di mini market dekat rumah, aku juga mengambil pekerjaan di Coffee Shop dekat kawasan kampus. Kalau aku tidak bekerja, uangku yang hampir habis karena membelikan headset baru untuk Kak Seungcheol tidak akan tergantikan dan aku akan merana besok-besok. Ya, aku sepertinya harus mengatur emosi agar tidak termakan hasutannya untuk ikut bertaruh.
"Sooah, kau tidak bilang kalau naskahmu menang, ya."
Aku kaget sekali. Suara Seokmin menggelegar saat masuk ke mini market. Ia melipat kedua tangan di depan dada, berdiri di hadapanku dengan raut ngambek. Lantas aku tertawa. Ini yang aku rindukan dari seorang Lee Seokmin!
"Yaa... naskahku menang, Lee Seokmin." Kataku menahan tawa. "Aku sudah bilang, kan?"
"Soaaahh..." desisnya gemas. Aku sudah tidak tahan, jadinya aku tertawa kencang. Untung saja kondisi mini market sedang kosong, hanya ada kami berdua di sini.
"Selamat." Katanya masih merangut.
"Hanya selamat?"
"Siang ini kau mau makan apa? Mau ke cafè anjing?"
Karena aku kangen dengan Lee Seokmin, kangen melihatnya kembali seperti orang yang ku kenal, ajakannya segera ku iyakan. Dua jam lagi pekerjaanku selesai di mini market dan aku punya sedikit waktu untuk makan siang bersama Seokmin sebelum bekerja di Coffee Shop.
"Kau ke rumahku saja dulu... ada Kak Seungcheol dan Kak Joshua di sana."
"Buat apa?"
"Aku masih harus bekerja 2 jam, Lee Seokmin..."
"Aku temani!" Serunya bersemangat.
"Tidak! Pulang! Pulang! Ibu juga pasti senang melihatmu ke rumah!"
"Ah... benar juga, ya. Aku ke rumahmu kalau begitu." Katanya membuatku tertawa lagi. Ia pun melambaikan tangan di depan pintu masuk. "Semangat Choi Sooah!"
~~~
Paris sudah sangat lengket dengan Seokmin. Anjing itu sudah mengenal Seokmin dengan baik, bahkan saat kami datang, anjing itu menggonggong senang sambil berlari menuju Seokmin yang segera membungkuk untuk meraihnya ke dalam pelukan. Kalau saja Paris bisa diadopsi, mungkin sahabatku itu akan menjadi orang pertama yang akan mendaftar sebagai pengadopsi.
"Oh iya," aku mengetuk-ngetuk jari di bibir sambil melihat Seokmin dengan ragu. "Aku lupa kau sudah punya pacar."
"Eumm... terus?"
"Terus kau jalan denganku, Seokmin!? Eunha tidak cemburu?"
Seokmin tampak berpikir sesaat. Kepalanya miring ke samping, matanya mengarah ke atas plafon cafè. "Cemburu? Hm... tidak sepertinya."
"Yaa! Kau ini! Tentu saja ia akan cemburu!"
"Tidak." Kata Seokmin tidak acuh.
"Kalau aku jadi Eunha, mungkin aku akan marah-marah padamu. Bagaimana bisa aku tenang melihat pacarku jalan dengan perempuan lain?"
"Tapi kau Sooah."
"Terus?"
"Kau sahabatku. Untuk apa cemburu?"
Aku menepuk jidat. Seokmin ini bodoh atau bagaimana, sih!? Meski sahabat ia tetap harus tahu batasannya. Karena aku kalau jadi Eunha, tentu saja aku tidak akan rela melihat pacarku jalan dengan perempuan lain meski ia sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.