65

86 19 1
                                    

Aku akhirnya setuju untuk magang di rumah produksi, dibantu koneksi oleh Mia, aku akan magang di sebuah rumah produksi musikal ternama di Seoul. Mrs. Bae senang sekali mendengarnya, bahkan saat aku ke ruangannya untuk bimbingan, beliau sengaja membesarkan volume suara mengucapkan selamat kepadaku yang bisa magang di tempat yang bagus. Katanya ia sengaja melakukan itu untuk membuat Pak Cha iri. Aku tertawa saat mengetahui alasan itu. Ternyata Mrs. Bae bisa usil juga.

Selain sibuk mengurus persyaratan magang, aku juga bolak-balik akademi-kampus bersama Minghao. Anak itu belum ingin berbicara dengan Seokmin dan seakan ada dinding yang ia ciptakan untukku agar tidak berdekatan dengan Seokmin di kelas. Tentu saja aku masih sedih karena hubungan persahabatan kami berantakan sekali sekarang.

Tapi Seokmin pernah bilang kalau dia tidak ingin memaksa Minghao. Jadi ia menyuruhku untuk tidak banyak pikiran dan fokus belajar directing di akademi sembari mempersiapkan pertunjukan musikal yang naskahnya ku tulis sendiri.

"Ayo, makan siang!" Minghao mengajakku yang tengah duduk di pojok ruang latihan, menatap anak-anak yang lari ke sana ke mari setelah berlatih selama setengah jam.

Aku mendongak menatapnya. "Sekarang?"

Pria yang kini mengenakan kaos hitam tanpa lengan itu mengangguk. "Anak-anak itu juga harus istirahat sekarang."

"Minghao betul." Mia muncul dari pintu, menyuruhku untuk segera beranjak karena anak-anak kecil yang berlatih di ruangan itu juga akan dibubarkan untuk istirahat siang.

Akhirnya aku pun menyanggupi ajakan Minghao. Tanpa ku minta, ia menarik tanganku dan menggenggamnya terus menerus hingga kami keluar akademi untuk makan di restoran Dosirak terdekat. Aku merasa tidak nyaman, daritadi aku berusaha melepasnya tapi Minghao seperti sedang banyak pikiran. Genggamannya kuat sekali dan langkahnya besar sampai aku kesulitan menyamakan jalannya.

"Kau kenapa, Minghao?" Tanyaku langsung saat kami duduk berhadapan di restoran itu. Aku sedikit berbisik setelah sadar beberapa guru di akademi dan orangtua anak-anak yang tadi ku perhatikan di ruang latihan berada di sana.

Minghao menghela napas panjang. "Nggak apa-apa."

"Kau yakin?"

Ia mengangguk lagi, tapi wajahnya tidak tampak baik-baik saja dan aku tidak berani bertanya lebih lanjut karena takut mengganggunya.

"Bagaimana rasanya belajar directing dengan Mia?" Minghao mencoba mengalihkan perhatian. Ia menumpu wajah menggunakan tangannya di atas meja, menatapku intens.

"Menyenangkan."

"Hanya itu?"

"Ya... aku pastinya belajar banyak. Beda sekali saat belajar di kelas." Jawabku jadi sedikit kikuk.

"Memang. Aku senang kalau kau menikmatinya."

"Thanks to you." Ucapku tulus dan di hari itu aku bisa melihatnya tersenyum, meski tidak lebar-lebar amat.

Minghao perlahan meraih tanganku. Ia menggenggamnya selama beberapa saat. Tidak ada kata yang terucap dari mulutnya. Pria itu hanya diam, memandang ke luar restoran. Aku jadi ikut diam dan berdoa semoga keresahan yang dirasakan Minghao bisa sirna. Aku yang awalnya risih digenggam begitu jadi iba dan balas mengganggam tangannya. Semoga Minghao tidak berpikir macam-macam dengan sikapku ini. Toh, aku hanya ingin memberinya kekuatan sebagai seorang sahabat.

~~~

"Sooah," Minghao menahan lenganku saat aku baru saja ingin membuka pintu mobilnya.

Rumahku sudah ada di depan mata, kami baru saja pulang dari akademi. Setelah makan siang tadi, Minghao masih terus diam. Aku sempat bertanya, tapi pria itu tetap tidak menjawab dan mengaku baik-baik saja.

"Aku mau bicara sebentar." Katanya sambil melipat bibir.

Aku pun kembali duduk dengan tenang, meliriknya yang sedang mengetuk-ngetukkan jari pada roda setir. Apakah ia akan kembali membicarakan tentang hubungan kami? Tentang perasaannya? Kalau pun itu yang ingin ia bicarakan, jawabanku cuma satu. Aku tidak akan pernah bisa menerima perasaannya.

"Kau sudah dekat dengan Seokmin lagi, kan?"

Pertanyaan yang mengejutkan. Selama ini aku tidak pernah memperlihatkan kedekatanku dengan Seokmin di depan Minghao. Apalagi di kampus. Bahkan banyak yang mempertanyakan hubunganku dengan Seokmin--masih ada yang mengira aku dan dirinya berpacaran. Kabar putus pun ramai. Tapi mau putus apa? Sejak awal aku dan Seokmin, kan, tidak pernah berpacaran.

"Ya... aku tidak punya alasan untuk membencinya, Minghao. Dia tetap sahabatku. Sama sepertimu."

Napas Minghao terhela panjang. "Sama." Ucapnya lirih.

Kini bulu kudukku meremang. Aku tidak merasa menyesal mengutarakan hal itu. Seokmin memang salah, tapi aku tidak bisa menyalahkan tindakannya. Toh, manusia itu hanya ingin membuat hubungan kami tetap sama seperti sediakala--yang kemudian hancur karena Minghao mengetahui segalanya. Karena aku pula.

"Seokmin memang salah." Kataku pelan. "Tapi dia melakukannya demi kita, Minghao."

"Masalahnya perasaanmu tidak pernah berubah, Sooah. Mau bagaimana pun kau tidak pernah menyukaiku."

"Memang. Tapi setidaknya kau dan dia masih bercengkrama seperti biasa."

"Jadi kau tidak masalah kalau dia menyakiti hati orang lain?"

Aku menelan ludah saat Minghao melempariku dengan tatapan tajam. Kalau saja Minghao tahu apa yang dilakukan Eunha kepadaku. Perempuan yang pernah dipacari Seokmin itu juga bersalah, ia juga hampir menyakiti hati Seokmin.

"Bukan begitu!"

"Tapi memang begitu." Minghao melipat kedua tangan di depan dada. "Kau suka dengan Seokmin juga, kan?"

Aku ingin menggelengkan kepala tapi entah kenapa aku merasa ragu. Ada yang mengganjal di hatiku. Pertanyaan itu jadi sesuatu yang sulit untuk ku jawab.

"Benar, kan?"

"Tidak." Kilahku cepat.

"Sooah," Minghao memanggil. "Apa kalau aku menciummu, kau juga akan menyukaiku?"

 "Apa kalau aku menciummu, kau juga akan menyukaiku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertanyaan yang menyakitkan. Tanpa sadar aku segera menampar pipi Minghao dengan kencang. Dadaku jadi sesak dan air mataku tumpah begitu saja. "Kau gila!" Pekikku tak tertahan.

Minghao memegang pipinya, kedua matanya juga sudah berkaca-kaca dan sebelum ia mengatakan sesuatu, aku sudah keluar dari mobilnya. Ingin berlari sejauh mungkin dari Minghao yang menyebalkan.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang