Ternyata Minghao ke akademi tidak lama. Ia hanya bertemu dengan salah satu pengajarnya, mengobrol hal yang tidak ku pahami, lalu pergi makan siang di restoran dekat kampus. Melihat kesibukannya sedikit membuatku iri. Akhir-akhir ini aku tidak mendapatkan tiket seminar dari Mrs. Bae, alhasil keseharianku hanya kuliah, kerja tugas dan malamnya fokus dengan naskah Singing Stars. Bukan hanya Minghao, Seokmin pun juga sibuk.
Aku merasa seperti remahan roti dibandingkan kedua sahabatku itu.
"Bagaimana dengan naskahmu?"
Sejak kejadian di ruangan dosen itu sebenarnya aku jadi agak sensi membicarakan naskah, padahal biasanya aku sering bercerita tentang latihan penulisan naskahku dengan Mrs. Bae. Pasalnya aku berniat mengikuti lomba akhir tahun nanti diam-diam. Aku tidak ingin teman-temanku tahu, apalagi kalau aku kalah. Rasanya mengerikan membayangkan orang-orang merundungku kembali.
"Aman." Jawabku sembari membuka sabuk pengaman. Mobil Minghao sudah terparkir dengan sempurna di dekat restoran Samgyetang kesukaanku, aku buru-buru keluar agar tidak ditanya lagi soal naskah.
"Kau tidak mau ditemani nonton pertunjukan? Mencari ide, gitu?" Tanyanya begitu turun dari mobil, mengejarku berjalan menuju pintu restoran.
Dasar Minghao. Ia lebih passionate mengurus naskahku dibandingkan diriku sendiri.
"Belum ada pertunjukan yang ingin ku tonton."
"Dua minggu lagu mau t--"
"Tunggu!" Aku menahan tangan Minghao agar ia tidak membuka pintu restoran.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari dinding restoran yang terbuat dari kaca, aku bisa melihat sebuah pemandangan yang membuatku urung untuk masuk meski kami sudah berdiri di depan pintu restoran. Minghao yang heran segera mengikuti arah pandanganku. Matanya menyipit agar bisa melihat dengan jelas titik yang masih menjadi perhatianku.
"Ayo, masuk!" Seru Minghao, balik memegang tanganku dan menariku masuk tanpa ragu.
"Katamu... kita nggak boleh ganggu privasi mereka, kan!?" Ku ayunkan tanganku agar bisa lepas dari cengkraman Minghao, suaraku tentu saja sedikit berbisik agar tidak membuat keributan di restoran tersebut.
Minghao mendecakkan lidah. "Kita tidak akan mengganggu. Kita kan, mau makan siang!"
"Pindah restoran, yukk..." pintaku tiba-tiba menjadi ciut. Padahal kemarin aku paling semangat ingin mengintip kencan sahabatku yang 'katanya' sibuk itu.
"Aku mau Samgyetang." Ucap Minghao tegas.
Ah... kalau sudah begini aku hanya bisa pasrah. Apalagi saat Minghao mengambil kursi yang tidak jauh dari objek yang ku hindari. Aku heran, padahal saat aku memaksanya ke perpustakaan ia sangat tidak setuju dengan gagasanku untuk menguntit garis miring memata-matai objekku itu. Tapi sekarang kenapa ia malah jadi bersemangat?