6

137 28 1
                                        

"Sore." Minghao menyapa saat aku memasuki mobilnya. Aku membalas dengan sekenanya, mengenakan sabuk pengaman lalu membuka ponsel sebelum Minghao menginjak pedal gas.

"Mingyu mengirimkanku pesan. Seokmin memberinya nomor teleponku." Kataku cepat.

Minghao yang hampir menginjak pedal gas jadi urung melakukannya. Ia meraih ponselku, membaca pesan Mingyu pelan-pelan. Keningnya berkerut, tampak tidak senang. Sama dengan ekspresiku semalam saat menerima pesan itu pertama kali. Mingyu ini yang disebut Minghao sebagai playboy gercep sekali, belum apa-apa sudah mengajakku nonton konser hari Rabu mendatang.

"Tidak. Hari Rabu, tanggal 11 kau sudah janji denganku nonton Seven Beats." Ujar Minghao sembari menggelengkan kepala. Ia mengetikkan sesuatu di kolom chat yang sudah ku buka dari semalam itu--ya, ku biarkan statusnya terbaca.

Aku melihat pesan yang dikirimkan Minghao kepada Mingyu, pesan yang membuatku tergelak. Minghao yang mulai menjalankan mobilnya ikut tertawa.

"Yaa! Xu Minghao!"

"Kenapa!? Hahaha biarkan saja!"

"Kau benar-benar." Ku gelengkan kepala, membaca kembali pesan itu.

Maaf, dia sudah punya janji
denganku, Xu Minghao yang tampan.
Playboy minggir dulu.

Tidak lama pesan itu dibalas oleh Mingyu. Gercep juga dia. Pesan yang membuat tawaku makin kencang.

Mingyu DKV

Yaa! Minghao sialan!
Aku bukan playboy, oke?
:))

~~~

Mingyu segera menelpon Minghao dan aku mendengar dengan saksama pembicaraan mereka yang sengaja di-loudspeaker. Tentu saja aku tidak bisa menahan tawa sampai Mingyu memohon-mohon agar aku mau diajaknya ikut nonton konser Jumat depan. Karena tidak enak, akhirnya ku iyakan juga dan Minghao memperingatkan agar aku tidak jatuh dalam pesonanya.

Kalau sudah begini aku yakin tidak akan terjatuh, sih. Malah aku merasa bisa cocok menjadi teman Mingyu. Ia sama lawaknya dengan Minghao dan Seokmin.

Tidak lama Gedung National Theater of Korea sudah tampak di depan mata, setelah memarkirkan mobil, aku dan Minghao segera masuk ke dalam hall dan mengantri di depan ruangan Teater Daloreum, tempat diadakannya Changgeuk A Father's Path, yang ramai dengan calon penonton hari itu.

Aku dan Minghao asyik memainkan ponsel saat sudah berada di antrian tiket dan tiba-tiba sebuah tangan merangkul bahuku dengan erat.

"Hei, friends!"

Hampir saja aku memekik karena kaget dengan sikap manusia yang tidak lain dan tidak bukan adalah Lee Seokmin itu. Bisa-bisanya ia juga menonton pertunjukkan ini, di hari yang sama pula! Aku bisa pastikan itu karena salah satu tangannya menggenggam tiket pertunjukan A Father's Path. Tangan yang ternyata juga merangkul leher Minghao.

"Kalian nonton tidak mengajakku, ya?"

Aku meringis, begitu juga Minghao sembari melepas rangkulan Seokmin. "Kalau bawa kau nanti ribet."

"Ribet bagaimana!?"

"Kau ribut, kau tahu?"

Memang savage. Aku berharap bisa memiliki mulut setajam Minghao, tapi tidak mungkin karena otakku suka beku saat berbicara. Berbeda di saat aku fokus mengetik naskah, kepalaku banjir kata-kata.

"Aku merasa seperti orang buangan." Seokmin tampak mengerucutkan bibir. Ngambek lagi dan aku hanya bisa menyikut perutnya pelan agar tangannya juga bisa lepas dari bahuku.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang