Aku diam seribu bahasa mendengarkan perbincangan Seokmin dan Minghao mengenai La Lumiere, pertunjukan yang akan kami tonton sebentar lagi. Mereka memperbincangkan latar La Lumiere yang berkisah tentang anak muda Jerman di Perancis yang ingin mencegah Hitler dalam menyelundupkan barang-barang seni pada Masa Perang Dunia ke-II. Selain memperbincangkan tentang pertunjukan aslinya yang sempat kami lihat di perpustakaan beberapa waktu lalu, Seokmin dan Minghao juga menyebut beberapa nama aktor yang tidak ku kenal, menyebutnya sebagai teman-teman akademi mereka.
Di sini aku merasa duniaku sangat berbeda dengan mereka, jadi aku hanya bisa duduk diam memperhatikan pemandangan Kota Seoul di kala senja.
"Sooah! Bagaimana menurutmu?"
Karena tidak tahu apa yang mereka bicarakan, aku segera menegakkan badan, mendekati kursi mereka di depan. "Kenapa?"
"La Lumiere?" Tanya Seokmin sembari menatapku, duduknya agak miring agar bisa berhadapan denganku dan juga Minghao yang tengah menyetir.
"Aku tidak ingin berekspetasi apa-apa, tapi aku suka dengan pilihan aktor-aktornya. Semuanya berprestasi, aku jadi tidak sabar." Kataku lalu mengedikkan bahu. Meski aku sebenarnya lebih suka menonton Changgeuk--yang terasa lebih original karena berlatar Negara Korea, pertunjukan musikal seperti La Lumiere juga menyenangkan. Dunia musikal Korea memang tidak bisa lepas dari sentuhan dunia Barat. Banyak pertunjukan musikal asal luar negeri yang dibuat ulang di Korea, salah satunya La Lumiere ini.
"Terus kalian mau review-nya terfokus pada apa? Tata Panggung? Pilihan lagu ata--"
"Sepertinya naskah." Kataku memotong omongan Minghao.
"Aku, lebih ke lagu atau mungkin lighting." Ujar Seokmin sembari mengelus dagu. Ia tampak berpikir, membayangkan apa yang akan diketiknya dalam tugas kami kelak.
"Kau sendiri?" Tanyaku yang mungkin terdengar kikuk. Entahlah. Semoga hanya perasaanku saja.
"Entahlah. Aku akan lihat setelah menonton nanti." Jawab Minghao serius.
Aku menganggukkan kepala. Minghao benar. Memang aku selalu me-review naskah kalau sudah dapat tugas seperti ini. Tapi tidak jarang juga aku menemukan hal menarik saat menonton pertunjukan yang ditugaskan dan mengganti fokus review-ku.
"Omong-omong, festival akhir tahun nanti kalian datang, kan?" Seokmin bertanya penuh minat.
"Pasti datang! Apa kau lupa manusia satu ini bakal perform?" Tanyaku keki sembari menggerakkan kepalaku sekilas ke arah Minghao.
Seokmin meringis. "Maaf. Aku pasti datang!"
"Kalau kau ada janji kencan dengan Eunha, tidak perlu datang juga tidak apa-apa."
Tentu saja aku terkejut mendengar pernyataan itu keluar dari mulut Minghao. Kedua mataku terbelalak menatapnya yang tengah fokus menyetir. Sedangkan yang ku tatap hanya menyeringai dan Seokmin menganga, ia juga pasti terkejut. Masalahnya kami tidak berbincang tentang Eunha, tiba-tiba ia berasumsi seperti itu.
"Kalau aku ada janji kencan dengan Mingyu, bagaimana?" Refleks aku bertanya. Entahlah. Aku penasaran saja.
"Hah!? Kau serius bakal kencan sama Mingyu!?"
Bukan Minghao yang bersuara, melainkan Seokmin. Sangking terkejutnya, kedua bola matanya bisa keluar dari tempatnya. Aku sampai harus menutup telinga karena ia memekik tepat di sampingku. Mengherankan. Kenapa dia yang harus terkejut? Bukankah tidak aneh kalau aku berkencan dengan Mingyu--meski itu tidak benar.
"Mingyu jadi panitia festival, tidak mungkin kalian berkencan." Minghao berkata dengan santai. Oke. Aku lupa mereka dekat.
"Hah. Syukurlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
أدب الهواةSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.