Hari ini aku akan bertemu dengan salah satu dosen pembimbing yang akan merevisi naskah tulisanku agar bisa diajukan ke beberapa lomba yang diadakan di beberapa perusahaan. Yang aku suka dari kampusku, meski namaku tidak pernah disebut atau dikenal oleh dosen, adalah hak semua mahasiswa untuk mendapatkan layanan bimbingan lomba secara adil. Seperti diriku, ya meski aku tahu tulisanku masih jauh jadi kata bagus. Hitung-hitung les gratis dari dosen.
Dengan dua copy naskah, aku mendekati meja dospemku, sebut saja Mrs. Bae. Mrs. Bae adalah salah satu dosen favoritku. Meski tahu tulisanku buruk, ia tidak pernah mengataiku atau menolak ideku untuk ikut lomba. Bahkan beberapa kali beliau memberikanku tiket kursus menulis gratis oleh penulis ternama di Korea Selatan.
Salah satu kalimat yang ku sukai darinya adalah, "aku lebih menghargai orang yang punya semangat daripada orang yang punya kemampuan tapi tidak pernah menggunakannya secara bijak."
Akulah orang yang selalu penuh semangat itu.
"Hmm... kau sudah riset lebih dalam lagi soal Hangeul?" Tanya Mrs. Bae sembari membaca naskahku, baru beberapa detik ia sudah mencoret beberapa kata di sana.
"Sudah, Bu. Saya fokus ke tahun 1940, ke penjaga stasiun yang harus berhati-hati menjaga naskah kamus hingga ditemukan pada tahun 1945." Jawabku lugas.
"Bukan fokus ke tahun 1938? Jarak waktunya 2 tahun saja, malah lebih asyik ke tahun itu, kan? Kau bisa ceritakan bagaimana Pemerintahan Kolonial Jepang menindas para Ahli Bahasa?"
"Nanti malah sama dengan Malmoe." Aku menyebutkan salah satu film yang juga menjadi ide pembuatan naskahku. "Aku ingin mengambil sudut pandang yang berbeda, Bu. Tentang penjaga stasiun yang harus menunggu 5 tahun hingga Korea merdeka."
"Poinnya apa? Aku di sini melihat lebih banyak masalah keluarga."
"Itu dia! Saya ingin membuat karakter si Penjaga harus bersiteru dengan keluarganya. Ia digambarkan sebagai sosok yang bodoh, yang dipaksa berhenti bekerja sebagai Penjaga Stasiun tapi dia tetap harus mengemban tugas rahasianya."
Mrs. Bae menghentikan gerakan tangannya di atas naskahku, tatapannya cukup tajam menerpaku. "Ganti penggambaran tokohnya."
"K-kenapa, Bu?"
"Kau mau keluarga para Penjaga Stasiun murka dengan penggambaran tokohmu?"
Tenggorokanku tercekat. Mrs. Bae benar. Aku jadi diam, menundukkan kepala sedangkan Mrs. Bae menutup salinan naskahku sembari menghela napas panjang. "Idemu bagus. Changgeuk dengan latar kolonial, tentang sejarah Hangeul. Aku suka. Tapi carilah tokoh lain yang lebih bagus. Mungkin tentang anak-anak yang dipaksa belajar Bahasa Jepang di Sekolah Militer? Tentang mereka yang diam-diam belajar Bahasa Korea dan sengaja jadi anak nakal agar tidak dikirim ke camp militer?"
"Atau tentang cerita masyarakat daerah yang bertahan mempelajari Bahasa Korea di tengah pengaruh Jepang sembari mengembangkan Pansori?" Tanyaku sedikit bimbang.
Senyum Mrs. Bae akhirnya merekah. Ia memberikanku naskah yang sudah setengah direvisinya. "Aku suka itu. Riset lebih dalam soal Pansori juga, ambil latar daerah yang memang kuat sejarah Hangeul dan Pansorinya."
"Baik, Bu."
"Kerjakan pelan-pelan, ada banyak lomba naskah di depan sana." Kata Mrs. Bae sebelum aku pamit keluar dari ruangan dosen.
"Pacarnya Lee Seokmin!"
Ya Tuhan. Bukan hanya MT Couple. Julukanku di antara beberapa dosen (yang tidak mengenal namaku) adalah Pacarnya Lee Seokmin. Ini adalah masalah besar bagiku. Selain susah punya pacar, aku akan selalu dikaitkan dengan Seokmin. Padahal aku hanya temannya saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/246088148-288-k269674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.