53

92 20 0
                                    

Aku tidak mungkin cemburu dengan Eunha! Bagaimana mungkin aku cemburu dengan gadis itu? Toh, sejak awal aku yang memaksa Seokmin menjauh dari hidupku, aku yang senang begitu tahu ada yang menyukai Seokmin. Aku hanya merasa aneh, janggal melihat perilaku Eunha yang lebih concern ke Minghao dan Seokmin yang seakan tidak peduli dengan pacarnya. Memang, selama ini Seokmin tidak punya pacar dan aku tidak tahu ia tipe seperti apa ketika berpacaran, tapi tidakkah aneh melihat sahabatmu cuek dan seakan tidak suka dengan pacarnya sendiri?

Kepalaku penuh dengan hal yang sebenarnya tidak penting. Tapi aku tidak bisa tidak mengindahkannya, meski layar laptop di hadapanku mati akibat tidak ku sentuh selama beberapa menit.

Seharusnya sekarang aku fokus memikirkan naskah pertunjukan yang diinginkan Mia. Naskah yang harus ku selesaikan dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Aku tidak ingin menolak permintaan gila itu, kapan lagi aku bisa menulis naskah pertunjukan untuk akademi ternama itu? Kapan lagi aku bisa menunjukkan kredibilitasku sebagai seseorang yang ingin menjadi penulis pertunjukan ternama?

Kalau bisa dan apabila naskahku lolos untuk dijadikan pertunjukan bagi anak-anak di akademi Minghao, aku akan mengundang dosen matkul teknik vokal dan Kak Jeonghan! Aku ingin memperlihatkan kalau Sooah yang sempat mereka kucilkan adalah Sooah yang hebat.

Tapi sekarang aku belum bisa menulis apa-apa. Aku mengacak kepalaku, berusaha fokus meski bayangan Seokmin dan Eunha bergantian muncul di benak.

"Yaa!! Gila, kau?"

Aku segera berbalik, mendapati Kak Seungcheol nyengir di depan pintu kamar mengenakan headset hasil taruhan yang dimenangkannya. Ia berjalan masuk dengan sok keren, lalu merebahkan diri atas kasurku.

"Kalau tujuanmu hanya untuk menyombongkan headset baru, silahkan keluar." Kataku sembari menunjuk pintu kamar.

Pria berbulu mata lentik itu tertawa, jelas sekali ingin menyombongkan diri karena ujung headset tidak tersambung ke ponsel. Bisa-bisanya aku punya kakak cowok begitu. Ya, meski aku akui, sejak tahu Minghao menyukaiku, ia jadi lebih sering keluar kamar meski hanya untuk menggodaku.

"Bagaimana kau dan Minghao? Sepertinya kalian tidak pacaran? Apa dia sadar kalau kau memang tidak cukup cantik untuk dipacari?"

Aku langsung melempar kertas buangan dari tempat sampah ke arahnya. "Mulutmu, ya, Kak!!"

Kak Seungcheol tertawa, ia melempar balik kertas itu ke arahku tapi benda itu jatuh di lantai sebelum mengenai wajahku. "Terus bagaimana?"

"Ya, kami bersahabat seperti biasa. Memangnya setiap perasaan harus dibalas? Aku, kan, sudah bilang kalau perasaanku kepadanya hanya sekadar perasaan sayang kepada sahabat sendiri."

"Kasihan Minghao." Kak Seungcheol menggeleng-gelengkan kepala. Kini pria itu sudah terduduk di atas kasur, menatapku dengan tatapan menuduh. "Hatimu terbuat dari batu, ya?"

"Kasihan kalau aku menerimanya tapi perasaanku tidak untuknya."

"Ah... itu juga."

"Ya... kalau kau datang untuk bertanya soal Minghao, aku katakan, kami sekarang hanya bersahabat, oke? Sekarang, keluar dari sini."

"Terus Seokmin gimana?"

Alisku hampir bertaut. "Bagaimana apanya?"

"Bukankah Seokmin sempat ngambek karena tahu kalian PDKT?"

Aku mengerucutkan bibir, mencoba mengingat apakah aku pernah bertanya soal itu kepada Kak Seungcheol? Rasanya sudah lama aku tidak misuh-misuh soal hubunganku kepadanya.

"Apapun itu... kami sudah baikan sekarang."

"Serius?"

Aku menganggukkan kepala. "Seokmin juga sudah punya pacar sekarang. Ia mungkin lebih sibuk memikirkan pacarnya daripada sahabatnya sendiri."

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang