Di sisa liburan, aku hanya bisa mengurung diri di kamar. Sesekali keluar untuk makan dan minum. Kak Seungcheol yang biasanya di kamar jadi lebih sering mendatangiku, meski terkadang hanya untuk berbaring dan menjahiliku. Entah karena efek tangisanku di malam itu, tapi aku merasa Kak Seungcheol lebih protektif. Ia menyuruhku untuk tidak melihat ponsel dan absen bekerja selama beberapa waktu. Katanya aku harus fokus mengerjakan naskah biar ia bisa menonton pertunjukan di akademi Minghao itu kelak. Ya, aku menceritakan tentang tawaran Mia kepada Kak Seungcheol dan ia senang bukan main mendengarnya.
"Heh! Kau tahu, tidak, soal Hamilton? Drama musikal keluaran Disney!" Kak Seungcheol berseru dari atas kasur. Kedua matanya membulat seakan bisa keluar dari kelopaknya.
"Tahuuuu..."
"Kenapa kau tidak bilang ada film sekeren itu!?"
Aku memutar kedua bola mata. "Memangnya kau akan nonton kalau aku rekomendasikan? Kadang aku minta ditemani ke Teater saja kau tidak mau."
"Hamilton nontonnya bisa di rumah."
Dasar Introvert. Aku mendecakkan lidah, kembali fokus ke layar laptop, mengetik percakapan antar pemain untuk naskahku kelak.
"Mereka hebat, ya... bikin Hip Hop Musikal seperti Hamilton."
"Memangnya kau pikir musikal seperti apa?"
"Disney? Lagu-lagu opera? Atau... Pansori yang kau suka itu?"
"Ada banyak macamnya, Kak. Terkadang tergantung negara juga budayanya seperti apa. Kalau di Korea Selatan ada Pansori, di Indonesia ada musik-musik gamelan dan Sinden, di Amerika..."
"Oke oke." Kak Seungcheol memotong penjelasanku, wajahnya datar dan seakan menyesali pertanyaannya. Padahal aku ingin menjelaskan lebih lanjut agar pikirannya lebih terbuka soal Pertunjukan Teater.
"Selain Hamilton, ada rek--"
"Sooahh!!"
Pintu kamarku terbuka, Ibu berdiri di sana dengan wajah tertekuk. Aku dan Kak Seungcheol berpandangan sesaat, lalu sama-sama menatap Ibu penuh tanya.
"Seokmin daritadi menghubungimu! Kenapa kau biarkan anak orang di luar rumah sendirian, sih! Mana musim dingin begini, kalau Seokmi---"
"Seokmin datang?" Ku potong omongan Ibu yang bisa merembet lebih jauh.
"Dia ada di ruang tamu. Cepat keluar!" Seru Ibuku sambil beranjak.
Aku segera menatap Kak Seungcheol yang mengedikkan bahu. Dengan sedikit enggan, aku berdiri dari kursi, diikuti Kak Seungcheol yang sudah lebih dahulu keluar dari kamarku.
"Oh, kau, Seokmin." Kak Seungcheol menyapa dengan nada yang tidak begitu ramah. Mungkin ia jengkel dengan Seokmin setelah mendengar ceritaku soal dirinya. Aku pun, kesal, tapi alasannya membuat hatiku juga luluh.
"Hai, Kak." Sapanya dengan senyuman tipis. Seokmin lalu menatapku, "Hai, Sooah."
"H-hai. Kau... kau ngapain ke sini?" Tanyaku to the point sambil duduk di sofa berseberangan dengannya, Kak Seungcheol di belakangku, memangku wajah di kepala sofa.
"Ada yang mau aku bicarakan."
Kedua alisku terangkat. Seokmin melirik Kak Seungcheol dengan kikuk, aku paham maksudnya jadi aku berdiri lagi. "Ayo, sambil ke mini market. Aku mau beli sesuatu."
"Sooah! Aku nitip Cola, ya!!" Seru Kak Seungcheol yang tidak ku indahkan. Bisa-bisanya di tengah kekalutanku ia bersikap begitu.
~~~
Aku dan Seokmin berjalan pelan sekali. Mini market yang dekat terasa jauh dan Seokmin belum kunjung membuka pembicaraan. Aku sendiri tidak tahu ingin membicarakan apa, karena sebenarnya aku hanya ingin berdiam di kamar dan enggan bertemu siapa pun, apalagi Seokmin dan Minghao. Kedatangan Seokmin tentu tidak pernah ku harapkan, meski banyak hal yang ingin ku ketahui tentang perasaannya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.