69

102 20 1
                                    

Perjalanan hidupku akhir-akhir ini terasa seperti perjalanan naskah yang ku buat. Mulai dari Singing Stars, perasaan ragu atas impianku tertuang di sana. Rasa insecure, takut dan hal-hal yang berkaitan dengan impianku, yang ku pikir tidak bisa diraih tergambarkan dalam karakter anak perempuan yang setiap malam melihat benda langit menyanyikan impian teman sebayanya, sedangkan ia bingung dan berharap memiliki impian secepatnya. Perasaan yang lama ku rasakan setiap melihat Mingjao dan Seokmin, dua sahabatku yang punya prestasi segudang.

Dan kini... perasaan itu perlahan-lahan mulai menghilang. Kemenanganku di lomba beberapa waktu lalu, pengakuan Seokmin, motivasi Minghao sampai yang paling membahagiakan adalah terpilihnya naskahku untuk ditampilkan dalam perayaan ulang tahun akademi tempat Minghao belajar menari. Akademi yang dimiliki seorang perempuan bernama Mia.

Naskahku yang berjudul The Happiest Moment menjadi gambaran momenku hari ini. Momen dimana orang-orang yang ku sayang hadir menonton naskah pertunjukanku di sebuah teater ternama di Korea Selatan yang disewa Mia untuk perayaan ulang tahun akademinya. Bukan hanya orang yang ku sayang hadir, juga Kak Jeonghan yang sempat menjadi salah satu orang yang ku benci.

Aku sempat bertatapan dengannya setelah pertunjukan The Happiest Moment selesai. Pria itu bersidekap, tersenyum penuh padaku. Senyuman yang membuatku bangga pada diriku sendiri. Aku juga melihat keluargaku yang menatapku penuh haru, apalagi Kak Seungcheol yang memekik, menepuk tangan seperti orang kesetanan saat pertunjukan selesai.

"Kerja bagus."

Dan Minghao. Pria yang sudah lama tidak berbicara denganku itu akhirnya memunculkan batang hidungnya. Ia berdiri bersisian denganku di samping panggung. Aku segera menyikutnya. "Siapa kau?"

"Yang waktu itu..."

"Aku sudah maafkan." Aku potong ucapannya dan Minghao tergelak. Ia menepuk puncak kepalaku beberapa kali. "Maaf, ya. Aku tidak bermaksud."

"It's ok." Kataku. "Tapi kalau bisa kau dan Seokmin baikan lagi."

"Tidak bisa."

Aku mendesis. "Yang punya masalah itu kalian denganku. Kau dan Seokmin sebenarnya tidak punya masalah yang pelik. Lagian Seokmin juga sudah mengaku salah. Meski sama-sama menyukaiku, setidaknya kalian harus berbaikan."

"Tidak semudah itu." Kata Minghao lirih. "Aku akan selalu melihatnya sebagai rivalku, Sooah."

"Kalian ngobrol berdua, deh."

Dengan cepat aku bergegas dari hadapannya. Memberi kode pada Seokmin untuk berlari menghampiri Minghao. Aku sudah bilang padanya untuk cepat-cepat berbaikan dengan Minghao dan selagi ada kesempatan, mengapa tidak digunakan dengan baik?

Rencana itu berhasil. Aku lalu menghampiri Mia yang tengah mengobrol dengan Mrs. Bae dan seorang penulis senior dari rumah produksi tempatku magang. Oh, tentu saja aku yang mengundangnya. Saat aku tampak di mata mereka, ketiga orang itu segera memberiku selamat. Memujiku dengan kalimat yang menyenangkan. Aku tidak ingin besar kepala dan mematrikan kalimat mereka sebagai motivasi.

"Terima kasih atas kesempatannya, Mia, Mrs. Bae." Ucapku tulus pada dua orang yang sudah berjasa menempaku.

Mia memelukku erat. "Kau harus dengar Mrs. Bae dan Penulis Kim mulai sekarang. Kau punya bakat yang hebat, Sooah."

Mrs. Bae mengamini. "Sooah orang yang disiplin dan pekerja keras. Kalau dibimbing dan diasah lagi kemampuannya, ia akan menjadi penulis naskah yang hebat."

"Amin! Terima kasih Mrs. Bae. Aku akan bekerja lebih keras!"

Ketiga orang itu tertawa mendengar seruanku yang penuh semangat. Lalu aku izin melipir menemui keluargaku yang sudah turun dari kursi penonton. Tanpa ba bi bu aku memeluk Ibuku dari belakang.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang