Seokmin dan Minghao datang ke rumahku malam-malam, pukul 8 waktu Korea Selatan. Keduanya membawa banyak sekali daging, bahkan beberapa kaleng bir. Aku sendiri sudah menata taman belakang menjadi tempat yang enak untuk barbeque-an. Memang, besok pagi kami masih harus berkuliah, tapi masa bodoh. Selama Minghao masih sadar, ia akan menjadi alarm kami untuk bangun pagi.
"Kau baru selesai latihan, ya?" Ku ambil plastik berisi daging dari tangan Minghao. Wajahnya tampak kusam, mungkin kelelahan setelah latihan menari.
"Iya. Seokmin tiba-tiba datang ke akademiku tadi."
"Kan kau sudah mengiyakan piknik kita malam ini." Sahut Seokmin dengan penuh semangat. Ia tengah mengatur perapian di pembakaran, tidak peduli dengan tatapan Minghao yang seakan ingin menerkamnya.
"Kapan aku setuju..." Minghao berguman dan aku hanya bisa menggulum bibir.
"Bagaimana kalau kau tidur saja di kamar Kakakku? Jam 10an akan ku bangunkan."
"Kak Seungcheol?"
Aku mengangguk. "Memangnya siapa lagi? Dia pasti tidak keberatan."
Minghao tampak berpikir sesaat. Kalau sudah ragu begitu aku jadi gemas. Ku dorong punggungnya memasuki rumah, menuntunnya ke kamar Kakakku yang kerjaannya hanya di kamar melulu. Kak Seungcheol.
"Kakkk... Minghao boleh tidur bentar, ya, di kamarmu?" Kataku sembari mendorong Minghao dengan paksa ke dalam kamar Kak Seungcheol, sedangkan aku bertahan di depan pintunya, tersenyum semanis mungkin.
"Oh... silahkan. Maaf agak berantakan." Ujar Kakakku sembari melirikku sesaat. Kedua matanya kembali fokus ke depan komputer, entah melakukan apa. Aku tidak begitu paham dengan pekerjannya sebagai Analisis IT.
"Tidurlah." Sahutku pada Minghao lalu menutup pintu kamar Kak Seungcheol dengan rapat.
~~~
Kedua mataku tidak lepas dari daging yang dipanggang Seokmin. Aku suka sekali makan daging, tapi karena harganya yang tidak murah, aku tentu tidak bisa memakannya setiap hari. Bisa kena kolesterol juga. Entah mungkin karena gemas atau wajahku yang tampak super lapar, Seokmin meniup asap yang menguar dari daging ke arahku.
"Seokmin!!!"
Seokmin tertawa lepas, tangan kanannya membalikkan daging. "Wajahmu hampir terbakar pemanggangan kalau begitu terus."
"Baunya enak, sih."
"Buka mulutmu!" Titahnya sembari menyumpit potongan daging yang sudah matang. Aku pun segera membuka mulut, menerima suapannya.
"Emm... panas... thaphi enhak."
Lagi-lagi Seokmin tertawa. Ia menyumpit salah satu potong daging ke dalam mulutnya. Memang paling enak makan daging kalau baru matang, apalagi kalau di-wrap dengan bawang putih, kimchi dan sedikit nasi. Tapi kalau sudah malam, aku menghindari nasi agar badanku tidak melar.
"Oh iya, tadi sore kau jalan sama Mingyu? Kencan ke mana? Pantas teleponku tidak dibalas."
Hah... kalau saja Seokmin tahu kebenarannya bagaimana. Mau tidak mau aku harus melancarkan jurus bohongku lagi kepadanya.
"Itaewon. Restoran pancake berbalut cream yang besar banget! Aku sampai tidak habis makan, tapi Mingyu...."
"Makannya banyak, kan?"
Aku mengangguk. Sesuai bentuk badan juga, sih. Mingyu memang tidak gemuk, tapi tingginya terlalu semampai dan bahunya lebar. Aku tidak akan heran kalau dia menyukai olahraga basket karena sebanarnya ia lebih pantas masuk perguruan tinggi olahraga (jurusan basket), bukannya jadi anak DKV. Tidak heran juga melihatnya makan tiga kali lipat lebih banyak dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanficSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.