66

94 20 0
                                        

Oh... seperti naik roller coaster. Aku diombang-ambingkan ketidakpastian atas persahabatan yang sudah terjalin beberapa tahun terakhir bersama Minghao dan Seokmin. Dua manusia yang ku banggakan dan ku sayang itu kini menjadi sosok yang jauh. Menjadi orang-orang yang ku hindari di kampus, apalagi Minghao yang sempat ku tampar beberapa waktu lalu. Tentu saja aku merasa sedih dan harus duduk berjauhan dengan mereka. Tidak ada lagi trio Seokmin-Sooah-Minghao di kelas. Tidak ada lagi duo berprestasi dan satu mahasiswa biasa-biasa saja yang suka berkumpul bersama.

Untung saja sebentar lagi sudah mulai magang. Kami akan sibuk masing-masing, apalagi perusahaan yang kami pilih berbeda-beda. Aku di rumah produksi musikal, Seokmin yang ternyata magang di sebuah agensi ternama berkat koneksi aktor ternama yang dikenalnya dan Minghao yang memilih MMCA atau Museum Nasional Seni Modern dan Kontemporer yang berada di Seoul. Minghao tidak mengejutkan, sih, dia memang pantas ke tempat terkenal seperti itu.

Meski punya masalah dengan Minghao, aku tetap ke akademi dan berusaha untuk tidak bertemu dengannya. Mia sampai heran dan bertanya berkali-kali alasan aku dan Minghao tidak lagi bersama. Karena aku dituntut terus akhirnya aku mengaku kalau membuat masalah dengannya, dan Mia ternyata makin kepo.

"Rahasia." Kataku pada Mia setelah jam latihan berakhir.

Mia mendelik. "Rahasia apa?"

"Ada... ini masalah... kampus." Aku berdalih.

"Magang?"

Aku menggelengkan kepala.

"Jangan bilang Minghao ngambek karena kau tidak mau magang satu kantor dengannya?"

Sebenarnya aku ingin tertawa, alasan itu tidak pernah terbesit di pikiranku. Aku kenal Minghao cukup dekat dan itu tidak akan pernah menjadi alasannya untuk marah dengan orang.

"Tidak, Mia."

"Hmm..." Mia masih melirikku tajam, ia seakan ingin mencoba membuatku menyerah, tapi aku tidak akan kalah. Mia tidak boleh tahu apa yang terjadi antara aku dan Minghao.

"Aku menyerah."

Akhirnya... aku capek juga menahan diri untuk tidak bercerita. Tapi kali ini rasa capek itu terbayar. Biarkan masalahku dan Minghao menjadi konsumsi pribadi. Kalau terkuak, kehidupanku akan makin ribet di akademi. Pasti Mia akan memaksaku untuk berbaikan, dan yang paling buruk memaksaku menerima perasaan Minghao.

"Kalian harus baikan, ya." Kata Mia sambil menepuk punggungku. "Aku senang sekali akhirnya Minghao membawa perempuan ke akademi. Tapi melihat kalian bertengkar begini.... ah... kau tahu, kan, seperti melihat anakku sendiri patah hati."

Aku menyeringai. Meski wajahnya muda, Mia tetaplah orangtua. Ia menganggapku dan Minghao seperti anaknya sendiri.

"Aku mau pulang, Mia." Kataku kemudian sambil membereskan barang-barang. Mia mengerucutkan bibir, "pulang sendiri?"

"Iya."

"Tunggu... Jun!!!"

Aku berjengit. Nama itu tidak asing di telingaku dan dalam sepersekian detik sang pemilik nama melongokkan kepala di pintu ruang latihan. Benar! Jun! Dia Kak Jun teman Minghao yang pernah main di Seven Beats! Aku hampir lupa kalau manusia satu itu belajar di akademi ini.

"Yes, Mia?"

"Antar Sooah ke rumahnya!"

"Tidak perlu, Mia." Aku mengelak dengan cepat sambil menggerakkan tangan di depan dada. "Aku sudah biasa naik bus."

"Oh, ayo! Sooah temannya Minghao, kan?" Jun menunjukku dengan penuh semangat.

"Betul." Timpal Mia.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang