61

99 23 1
                                        

Tempat Casting ternyata tidak semegah yang ku pikir. Aku dan Seokmin duduk di koridor bangunan sederhana, menunggu nama Seokmin dipanggil untuk melakukan casting. Sesuai janjiku yang tidak benar-benar janji, hari ini aku menemaninya Casting sebuah pertunjukan yang akan berlayar di pertengahan tahun ini. Pagi-pagi, Seokmin sudah menjemputku di rumah jadi aku pun tidak bisa mengelak.

Entah karena musim dingin masih betah di Korea Selatan atau memang ruang casting memiliki hawa yang mencekam, aku merasa bulu kudukku meremang karena dingin ini. Dan tidak hanya aku, Seokmin pun. Daritadi ia menggosok-gosok tangannya agar menghangat. Mungkin campuran kedinginan dan gugup.

"Kau bisa." Kataku sambil menepuk tangannya pelan, berharap hal itu bisa sedikit menenangkannya.

Eh, tanganku malah digenggamnya erat. Karena aku tidak ingin membuat mood Seokmin berantakan, genggamannya ku balas sampai ia mengalihkan wajah dari lantai ke arahku. Senyumnya merekah lebar seperti anak kecil yang diberikan permen secara cuma-cuma.

"Coba, katakan sekali lagi." Pintanya membuatku tergelak.

"Kau bisa, Lee Seokmin!"

Aku tidak tahu entah itu refleks atau memang dia sengaja, Seokmin mencium telapak tanganku dengan lembut. Ia lalu mengucapkan Terima Kasih dengan tulus, sesuatu yang membuat degup jantungku meningkat.

Memang Seokmin itu ajaib. Ia seringkali melakukan sesuatu yang aneh tapi kali ini, setelah tahu kalau ia pun menyimpan perasaan kepadaku, sikapnya jadi bermakna berbeda. Aku sampai menahan napas selama beberapa saat. Untung saja saat itu juga nama Seokmin dipanggil. Ia berdiri dari kursi, menatapku sekilas lalu menghilang dari balik pintu ruangan tempat nasibnya diadu.

Di bangku itu, aku memegang dada yang berdegup kencang. Rasanya sesak dan menggelitik perut. Aku sehat, kan?

~~~

Sudah kebiasaan kalau jalan bersama Seokmin, ia akan mampir ke Cafè tempat Paris, anjing kesukaannya berada. Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Toh, aku juga senang bermain dengan hewan berkaki empat yang manis-manis itu. Sekalian merefresh otak yang tegang selama menunggu Seokmin casting. Aku yakin, Seokmin pasti lebih tegang dariku.

"Hahh... lega." Ucapnya sambil menumpu badan menggunakan kedua tangan yang tertahan di lantai cafè.

Aku tersenyum, menepuk pundaknya pelan. "Keren! Kerja bagus hari ini!"

"Karena kauuuu..." Seokmin menarikku ke dalam pelukannya. Ia tampak gemas denganku, menakuti anjing yang ada di sekitar kami. Aku bahkan sudah membentengi diri, mendorong dadanya agar cepat menjauh.

Anehnya ia malah tertawa. "Jimat keberuntunganku, Choi Sooah!"

Paris menggonggong kesal kepada Seokmin. Mungkin cemburu atau beneran kesal karena suaranya dan tingkahnya yang aneh. Nggak heran, sih. Aku pun kalau jadi Seokmin akan menggila, mengeluarkan emosi yang tertahan setelah mengikuti audisi.

"Paris saja sampai kesal padamu."

"Aaa... maaf, Paris. Maaf... maaf..." Seokmin mengerucutkan bibir, menggendong Paris dan mengusap bulu anjing itu dengan lembut.

" Seokmin mengerucutkan bibir, menggendong Paris dan mengusap bulu anjing itu dengan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semoga hasilnya nanti baik, ya."

"Semoga. Aku yakin diterima, kok." Sahutnya masih dengan senyuman lebar. Aku seakan melihat Seokmin yang dulu di sana. Seokmin yang ajaib, aneh, selalu tersenyum...

"Kenapa yakin sekali?"

"Kan, ku bilang! Karenamu, Sooah."

Lelah juga mendengarnya bersikeras menyebutku sebagai jimat keberuntungannya, meski hatiku pun berbunga. Sepenting itu, kah, diriku bagi Seokmin? Sebahagia itukah ia ku temani casting? Aku bahkan kesal dengan diriku yang levelnya masih jauh dengan Seokmin dan Minghao. Aku yang seakan tidak bisa apa-apa untuk diriku sendiri. Aku yang merasa tidak beruntung berada di dekat mereka.

"Mengapa kau percaya kalau aku membawa keberuntungan untukmu, Seokmin?"

Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku. Pertanyaan lirih yang membuat perhatian Seokmin sepenuhnya teralihkan untukku. Selama beberapa saat ia terdiam, menatapku dengan wajah tanpa ekspresi, lalu senyum itu muncul di wajahnya. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan.

"Karena kau selalu mengingatkanku untuk mencoba dan bekerja keras, Sooah. Kau orang yang rajin dan selalu mengusahakan segala hal untuk meraih impianmu. Dengan melihatmu, entah mengapa aku selalu termotivasi." Jelas Seokmin kali ini super duper serius.

Aku merasa wajahku memanas. Hatiku mencelus mendengar penjelasannya itu. "Ta, tapi aku belum pernah meraih apa pun, Seokmin. Aku tidak sehebat kalian ya, yang... berprestasi."

Seokmin menggelengkan kepala. Kedua tangannya menangkup wajahku, kini ia duduk lebih dekat denganku. Hal yang ku biarkan karena mataku sudah berkaca-kaca. Aku tidak tahu mengapa aku jadi ingin menangis.

"Kau ingat nggak waktu di MT? Saat Kak Jeonghan nanya tujuan masuk jurusan?"

Aku mengangguk. Ingat sekali. Hal yang enggan ku lakukan lagi karena sampai sekarang Kak Jeonghan masih suka mencelaku karena apa yang ku katakan hari itu belum benar-benar tercapai. Ya, meski kemarin naskahku sempat memenangkan juara kedua.

"Kau adalah orang yang paling keren waktu itu."

"Tidak! Itu memalukan..." ringisku dengan suara serak. Bulir air mulai jatuh dari pelupik mataku.

Jari Seokmin bergerak menghapus air mataku di pipi. Senyumnya masih terpampang di sana, berusaha menenangkanku yang terlalu emosional. Tapi, aku benar-benar malu kalau mengingat hari itu. Aku tidak tahu sepede apa diriku waktu itu. Yang jelas, aku merasa seperti pengecut, pembual yang tidak bisa membuktikan kata-katanya.

"Siapa bilang? Kau cantik sekali hari itu. Semua mata memandangmu, Sooah. Mereka termotivasi mendengar semangatmu. Aku pun."

Tangisan kecilku membuat ingusku hampir keluar dari hidung. Aku menggosok hidungku pelan. "Itu memalukan, Seokmin. Aku bahkan tidak bisa membuktikan kata-kataku!"

"Kau sudah membuktikannya, Sooah. Kau juara dua, kan, kemarin? Naskahmu akan ditampilkan juga, bukan?"

Aku mengerucutkan bibir. "Tapi hanya itu..."

"Mrs. Bae selalu menitipkan pesan untuk menjagamu." Kata Seokmin tiba-tiba.

"Hah? Mrs. Bae?"

Seokmin mengangguk. "Mrs. Bae selalu bilang, jaga pacarmu, ya... jaga Sooah... beri dia motivasi... Sooah punya potensi yang besar...," Seokmin meniru bicara Mrs. Bae, membuatku terkekeh meski mataku masih berkaca-kaca.

"Aku serius!"

"Aku bukan pacarmu!"

"Tapi dosen-dosen bilang kau pacarku."

"Aku tidak dikenal dosen."

"Tapi dosen mengenalmu sebagai pacarku."

Aku menggeram, alih-alih ingin melepaskan tangannya dari wajahku. Pria itu malah tertawa sambil membawaku ke dalam pelukannya. Ia memelukku erat sekali, seakan kami tidak sedang berada di cafè. Aku bahkan sudah tidak peduli dengan mata-mata yang heran kepada kami.

"Kau hebat, Sooah. Kau akan selalu menjadi pacar Lee Seokmin yang keren. Jimat keberuntungan Lee Seokmin!"

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang