34

101 27 1
                                    

Jaket ku rapatkan begitu hawa dingin dibawa angin Desember dengan kencang. Aku baru saja membuang sampah setelah membereskan mini market saat seseorang memanggilku dari kejauhan. Orang yang kemudian berlari kecil seperti anak-anak, riang sekali sampai aku bisa melihat senyum lebarnya dari posisiku sekarang. Hanya satu orang yang bertingkah seperti itu di hidupku. Seseorang yang baru ku kenal beberapa tahun belakangan ini. Siapa lagi kalau bukan Lee Seokmin!?

"Kau ngapain Seokmin?" Tanyaku sembari berkacak pinggang.

Seokmin menggulum senyum, ia segera memelukku dengan erat. "Kangen." Ucapnya.

Sontak aku merasa aliran darahku berpacu dengan cepat. Wajahku memanas apalagi saat Seokmin menaruh kepalanya di pundakku. Cepat-cepat aku mendorong tubuhnya menjauh. Gila! Bukan hanya Minghao yang membuatku gila akhir-akhir ini. Seokmin pun!

"Kau tidak latihan di akademi?"

"Besok aku casting."

"Apa!?" Aku menganga. Tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Padahal Seokmin sudah memberitahuku soal casting itu, tapi tidak ku sangka akan secepat ini.

"Doakan aku, ya." Senyum Seokmin tetap merekah. Aku berusaha mengumpulkan kesadaran, ku kerjapkan mataku beberapa kali.

"Terus kenapa kau ke sini!? Bukannya istirahat!" Seruku heran sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam mini market, diikuti Seokmin yang langkahnya ringan sekali--tidak seperti orang yang akan casting besok.

"Aku butuh teman ngobrol biar nggak gugup." Katanya sembari meraih dua cup Ramyeon dan memberikanku di meja kasir untuk dibayar. Aku memproses pembelian itu dengan cepat, sudah sangat hapal pekerjaaan sampinganku ini.

"Kenapa tidak telepon saja?"

"Kau tahu, kan? Aku lebih suka ngobrol langsung?"

Lantas aku menganggukkan kepala. Dia benar. Seokmin segera membayar Ramyeon-nya dan membawa makanan itu ke dekat dispenser untuk memasukkan air panas. Aku tidak heran lagi melihatnya makan banyak, tapi masalahnya besok dia casting. Apakah aman makan Ramyeon dua cup?

Saat Seokmin sibuk memproses Ramyeon. Pegawai penggantiku tiba-tiba sudah muncul saja dari pintu belakang. Aku pun segera melepas rompi dan menjelaskan tentang apa saja yang harus dilakukannya selain pekerjaan utamanya sore ini. Sang pegawai yang memang lebih senior dariku segera paham.

"Seokmin, aku ganti baju sebentar." Seruku kepada Seokmin yang sudah duduk di salah satu sisi kursi tempat makan.

Ia mengacungkan jempol dan aku segera mengganti baju di loker. Tidak lama sebenarnya, aku hanya menggantinya dengan jaket yang lebih tebal karena udara makin dingin. Meski lokasinya dekat dengan rumah, aku tetap tidak ingin masuk angin.

"Makan." Ucap Seokmin sambil menunjuk satu cup ramyeon yang setengah tertutup di sampingnya. Uap dari air panas mengepul keluar dari sisi penutup, membuatnya tampak menggugah selera.

"Jadi kau beli dua itu satunya untukku?"

Seokmin menganggukkan kepala. "Ayo cepat! Sebelum mienya mengembang!"

Karena aku malas berdebat dan hawa dingin membuat Ramyeon itu makin terlihat enak di mata, aku segera duduk di samping Seokmin, membuka tutup Ramyeon dan menyantapnya pelan-pelan. "Mahkahsih." Ucapku menahan panas.

Tawa Seokmin menguar. "Pelan-pelan saja."

"Aku tahuh!"

"Hahahaha! Kau lapar sekali, kan?"

Ku sikut pinggangnya pelan. Agak malu mendengar pernyataan itu, apalagi ada pegawai senior di meja kasir. Aku tidak mau pegawai itu melapor ke pemilik mini market kalau aku jarang makan, bisa-bisa aku kena amukan ayah yang tidak ingin anaknya kelaparan selama bekerja.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang