Ultralazy memang sangat mirip dengan The Jerk-Offs, tentu lebih bagus Ultralazy karena The Jerk-Offs hanya rekaan band yang kurang latihan di film Nick and Norah's Infinite Playlist. Uniknya, Ultralazy membawakan lagu mereka full berbahasa Inggris dengan genre semacam Garage Band Rocks. Bahkan EP atau Extended Player mereka hanya sepanjang enam menit, berisi 4 lagu ringan seperti lagu yang dibawakan anak band sekolahan tahun 2000-an.
Jujur saja, genre mereka bukan genre lagu-ku. Tapi tetap ku nikmati sembari mengekori Mingyu yang asyik memotret di dekat panggung. Untung saja mereka mengadakan konser di sebuah Club yang tidak begitu besar, penontonnya pun tidak banyak jadi aku tidak akan kehilangan potret Mingyu yang semampai di kerumunan manusia.
"Bagaimana?" Tanya Mingyu berteriak di dekat telingaku.
Aku mengacungkan ibu jari. Menjawab pertanyaannya dengan teriakan bisa membuat tenggorokanku sakit, jadi aku menggunakan Bahasa Tubuh saja. Mingyu mengangguk-angguk, ia sudah puas memotret dan kini menikmati lagu yang tengah dibawakan Ultralazy dengan semangat.
"Rasanya seperti kembali jadi anak SMA tidak, sih?" Lagi, Mingyu berteriak tepat di samping telingaku.
Ku anggukkan kepala. "Kau benar!" Teriakku pada akhirnya karena tidak enak kalau diam terus sedangkan Mingyu mungkin tidak akan berhenti bertanya.
"Bagaimana? Konser band rock indie?"
"Berbeda!" Teriakku tepat di telinganya.
Tiba-tiba Mingyu mengangkat jari tangan kirinya, menunjuk ke belakang penonton, ke arah mini bar yang sepi karena banyak pelanggan yang maju ke depan sejak Ultralazy membawakan musik yang enak untuk menghentakkan kepala. Aku paham maksud Mingyu, mengiyakan ajakannya untuk melipir ke sana.
Saat bersiap mengekorinya kembali untuk membelah kerumunan penonton, tangan Mingyu dengan luwesnya menarik tanganku dalam genggamannya. Ia sempat berbalik menatapku dengan senyuman yang menawan, lalu menarikku berjalan ke Mini Bar.
Terima kasih kepada Xu Minghao yang membuatku tidak terkesan dengan perlakuan Mingyu. Bahkan aku jadi berpikiran negatif, membayangkan Mingyu memperlakukan hal yang sama kepada semua wanita yang pernah diajaknya kencan, entah ke Club yang sama atau Club lain di Hongdae.
"Bagaimana?" Tanya Mingyu yang kini duduk di sampingku setelah memesan dua gelas bir untuk kami.
"Berbeda." Jawabku dengan power yang dinaikkan. Suara permainan bass salah satu anggota Band cukup keras, dari Bar aku bahkan bisa melihat dengan jelas sang pemain menggoyangkan kepalanya naik turun seperti orang kesetanan.
"Lagunya nggak bikin kamu sedang berada di dunia film? Latar musik saat kamu tengah bersemangat atau apapun itu?"
Aku tersenyum kikuk. Bukan lagu keras seperti ini yang ku jadikan latar musik hidupku, melainkan permainan musik orkestra atau pansori. Aneh memang, tapi aku sudah terbiasa, apalagi hiburanku adalah menonton Pertunjukan setiap ada uang, bukan menonton konser musik band atau sebagainya.
"Rasanya seperti kita jadi peran utama di film hari ini." Ujar Mingyu sembari menyesap bir. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.