Festival Akhir Tahun di Kampus memang menjadi salah satu festival yang ramai penonton. Entah penonton dari kalangan mahasiswa sendiri atau pun kalangan umum yang diperbolehkan menonton Festival dengan syarat tertentu. Aku sendiri datang bersama Seokmin, duduk di salah satu tribun menonton pertunjukan mahasiswa dari berbagai jurusan di kampusku. Kami sebenarnya datang untuk satu tujuan utama, menonton pertunjukan Hol Chum Minghao.
Ya, Minghao memang akan menampilkan tarian tradisional Korea secara solo, tarian yang dibuatnya sendiri ditemani alunan kecapi dan gendang tradisional yang akan dibawakan anak jurusan musik. Sahabatku yang satu itu memang keren sekali, mungkin kalau aku tidak tahu Minghao menyukaiku, sampai sekarang aku masih bertanya-tanya mengapa ia bisa menjadi sahabatku.
"Dia tampil jam 10 malam, kan?"
Aku mengangguk, melirik Seokmin yang tengah melirik jam tangannya. Di panggung sedang ramai penampilan sebuah Band kampus yang tidak ku tahu namanya. Band yang ternyata menyita banyak perhatian penonton.
"Setelah itu kita ke backstage, ya."
"Kau saja." Kata Seokmin.
"Hah?" Kedua mataku melebar. "Kenapa!?"
Seokmin menyeringai, tatapannya ke arah panggung agak nanar. Tatapan yang tidak ku sukai karena jarang sekali aku melihat Seokmin seperti itu.
"Minghao hanya ingin ketemu sama kamu, Sooah."
"Nggak!" Aku tidak tahu mengapa aku refleks memekik tidak terima.
Selama beberapa saat Seokmin menatapku intens, aku pun balas menatap matanya--seakan tidak ingin kalah dalam perlombaan tatapan tajam. Lalu dia menghela napas, perlombaan tidak langsung ini aku yang menangkan. Bagus.
"Minghao pasti ingin berduaan denganmu, Sooah. Dia, kan, menyukaimu."
"Terus? Kalau dia menyukaiku, kau tidak boleh ke backstage, gitu? Kalau dia menyukaiku k--"
"Aku tidak mau mengganggu hubungan kalian." Kata Seokmin memotong pembicaraanku yang sudah ngegas. Mendengarnya makin membuatku ingin ngegas.
"Kau tidak mengganggu hubungan kami, Seokmin! Terlebih lagi, aku tidak bisa membalas perasaan Minghao. Kau harus tahu itu!"
Aku tahu, suaraku masih bisa didengarnya dengan jelas, pasalnya kedua mata Seokmin membulat. Ia menatapku tidak percaya sampai aku harus menepuk bahunya agar ia tersadar kembali ke dunia nyata.
"Aku belum pernah cerita soal hubunganku dengan Minghao, ya?"
Seokmin menggeleng. Memang rasanya aku tidak pernah berani memulai perbincangan soal hubunganku dengan Minghao di depan Seokmin. Perbincangan itu sudah menjadi hal yang sensitif untuk diangkat sebagai obrolan antar sahabat. Apalagi Seokmin pernah ngambek, meski konteksnya bukan karena Minghao menyukaiku--tapi karena alasan aku berpura-pura menyukai Mingyu.
"Aku tidak pernah punya perasaan lebih kepadanya, Seokmin." Kataku kemudian. "Mau bagaimana pun juga kita bersahabat. Melihatnya lebih dari itu tidak bisa ku bayangkan."
Pria di sampingku itu mendengarkan, tatapannya masih menatapku intens. Sama sekali tidak ingin menginterupsi padahal tidak banyak yang ingin ku ucapkan. Intinya sudah terungkapkan.
"Kau sudah jujur ke Minghao?" Akhirnya dia bersuara.
Aku menganggukkan kepala.
"Terus?"
"Ya, kau lihat sendiri. Dia keras kepala sekali." Kataku lirih. Napasku sampai terhela panjang sedangkan Seokmin hanya bisa menggulum bibir.
"Kalau Minghao sudah menentukan keinginannya, dia akan terus berusaha sampai bisa meraih apa yang ia inginkan." Ujar Seokmin tiba-tiba, yang ku amini. Minghao memang ambis. Sampai hubungan saja masih ambis. Masalahnya, hubungan itu bukan hanya soal perasaan dia, tapi juga perasaan orang lain yangmana itu aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
Fiksi PenggemarSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.