"Kenapa kau nyasar ke sini!?"
Aku menepuk jidat saat mendengar suara Mingyu menggelegar di telingaku. Pria itu agak berteriak, terkejut melihatku tengah duduk di salah satu bangku dekat Perpustakaan gedung jurusannya. Berhubung gedung jurusan DKV dekat dengan jurusan Teater, aku jadi mengungsi ke sini dari kejaran Seokmin. Untung saja aku bisa berlari lebih cepat.
"Yaa! Ka--"
"Sstt." Aku menempelkan jari ke depan bibir, menyuruhnya diam. Di sekitar Mingyu ada 2 orang pria bertubuh yang sama jenjangnya dengan ia, tampan-tampan pula. Apakah anak DKV punya kumpulan pria tampan di jurusannya?
"Kalian duluan saja ke kantin." Ujar Mingyu kepada kedua temannya yang kemudian berpamitan denganku dan Mingyu. Aku sempat melihat senyum mereka yang penuh arti. Sialan benar. Bukannya bebas dari Seokmin, aku malah terperangkap dengan Mingyu.
"Kau mau ketemu denganku!?"
Kedua bola mataku terbelalak. Pede sekali manusia bersweater rajut biru itu. Sesegera mungkin aku menggeleng tapi ia sudah menyeringai dan duduk di sampingku sambil melipat kakinya. Kalau sudah begitu aku bisa melihat perbedaan panjang kakiku dan Mingyu. Sumpah. Kakinya panjang sekali!
"Mau ngajak kencan?" Godanya yang membuatku menahan kedua bogem agar tidak meninju bahunya.
"Tidak. Aku... aku mau coba masuk ke perpustakaan jurusanmu. Mau cari beberapa buku soal tulisan naskah film." Jelasku penuh dengan kebohongan, syukurnya buku dari Mrs. Bae masih ku peluk di depan dada. Buku tentang Broadway Musical, tata cara penulisan naskah dan breakdown naskah pertunjukan Broadway ternama.
"Kenapa tidak masuk? Ayo! Aku temani!" Mingyu berdiri, ia menjulurkan tangan ke arahku. Selama beberapa saat aku menatap tangannya itu, apakah aku benar-benar harus ke perpustakaan?
"Ayo!!"
~~~
Story-flash: Step-by-step Technology of Plot Development dan The Little Prince: Art of Movie adalah dua buku yang ku pinjam dari perpustakaan Fakultas Industri Kreatif, fakultas tempat jurusan DKV bernaung. Ternyata tidak buruk juga mengungsi di gedung itu dan bertemu Mingyu yang menemaniku ke perpustakaannya. Ya, meskipun aku harus pulang bersamanya sebagai 'bayaran' telah minta ditemani--padahal aku tidak meminta sama sekali. Bayaran yang malah terkesan merugikannya.
"Kau ingin membuat naskah film?"
"Pertunjukan." Aku melaratnya.
"Tapi kenapa harus buku naskah film? Kenapa harus mencari buku di gedung jurusanku?" Cecar Mingyu yang ternyata sangat kepo terhadap urusan orang lain. Padahal ia bisa bertanya hal lain yang lebih santai.
"Karena naskah film juga bisa menjadi acuan pembelajaranku. Keduanya sama-sama memvisualisasikan tulisan dan aku ingin tahu proses kreatif di balik pembuatan naskah film." Jelasku berharap Mingyu berhenti bertanya soal naskah. Sebenarnya aku senang mengobrol soal topik ini, tapi karena tadi aku habis bimbingan yang menghasilkan teguran yang membuatku kepikiran, aku jadi ingin mengistirahatkan kepala sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
أدب الهواةSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.