Wajah Seokmin tidak lagi pucat saat kami memutuskan makan di restoran Mie Gosi yang tidak jauh dari kampus. Restoran itu menyediakan berbagai macam jenis mie, sup dan pangsit, mulai dari Kalguksu, Kongguksu sampai Bukeoguk. Makanan yang bisa membuat perut menghangat dan kantong aman. Karena merasa eneg dengan makanan berkuah kental--akibat susu basi, aku akhirnya memesan Kalguksu, mie dengan kuah kaldu sedangkan Seokmin dan Minghao kompak memesan dua porsi Janchiguksu dan Manduguk.
Restoran sederhana ini biasanya ramai di waktu-waktu istirahat atau pagi sebelum kelas dimulai. Berhubung kami bertiga membolos, kondisi restoran yang ditawarkan pun sepi sehingga rasanya nyaman untuk makan dengan perlahan.
"Kau tidak mau pangsit?" Tanya Seokmin saat melihatku melahap Kalguksu dengan penuh minat.
"Minta." Kataku sembari terkekeh. Seokmin tersenyum lebar, dengan cekatan ia meraih sendok untuk menyuapkanku satu pangsit dari mangkuk Manduguknya.
"Kalau kau mau, bisa ambil punyaku juga." Sahut Minghao menunjuk mangkuknya. Aku mengangguk, tersenyum lebar kepadanya yang selalu murah hati membagikan makanan.
"Sumpah, ya! Lidahku tadi hanpir mati rasa." Kataku setelah mengunyah. Seokmin menunjukku dengan sumpit, ia menganggukkan kepala seakan ikut merasakan kesengsaraan lidahku tadi.
"Gila! Aku sampai harus membasuh hidungku berulang kali untuk membuang baunya!"
"Yaa... kau kenapa, sih, bisa bawa susu basi? Sooah sampai kena getahnya." Ujar Minghao terdengar kesal. Ia melirik Seokmin dengan sinis sembari menyumpit mie yang tampak seperti bihun ke dalam mulut.
"Maaf." Seokmin berkata dengan lirih. "Aku tidak tahu kalau itu basi."
"Makanya lain kali kau harus lebih teliti mengecek masa expired-nya." Ceramah Minghao dimulai. "Aku heran dengan orang-orang yang suka membeli sesuatu tanpa mengecek masa expired. Kalau sudah keracunan baru rahu rasa."
Aku menyeringai. Apa yang dikatakannya juga menohokku. Padahal kalau dipikir aku seharusnya bisa lebih teliti karena bekerja part time di minimarket. Tapi, siapa, sih, yang mau menghabiskan waktu melihat masa expired saat berbelanja? Hanya Minghao, aku yakin itu.
"Aku akan teliti di lain waktu." Ujar Seokmin lirih, ia segera menutup mulut dengan sepotong mandu. Enggan membesar-besarkan masalah yang membuat kami bolos lalu sarapan di restoran dekat kampus, karena ceramah Minghao nanti tidak akan ada habisnya.
"Oh, ya. Bagaimana perkembangan latihamu, Minghao?" Tanyaku mengalihkan topik.
Yang ditanya sempat menghela napas, ia sadar kalau aku berusaha mengalihkan topik. Memang kalau dibandingkan Seokmin, ia lebih peka dengan sekitar. Makanya aku susah berbohong padanya--soal Kak Seungcheol aku hanya beruntung saja sepertinya.
"Aku akan melakukan Hol Chum." Jawab Minghao menyebutkan salah satu jenis tarian solo yang menampilkan koreografi tari tradisional yang sudah diinterprestasi oleh sang penari menjadi lebih modern. Biasanya latar musuk Hol Chum masih mengikuti musik tradisional, berupa perkusi, alat musik tiup atau gayageum, kecapi Korea.
"Siapa yang akan memainkan alat musiknya, Hao?" Tanya Seokmin ikut penasaran.
"Aku akhirnya minta berkolaborasi dengan anak seni musik."
"Apa boleh?" Tanyaku sembari menaikkan kedua alis. Tentu aku jadi heran, bukankah festival pergantian tahun di kampus selalu meminta performa solo dari setiap jurusan? Kalau Minghao berkolaborasi, siapakah yang akan melakukan solo performance nanti?
"Boleh." Jawabnya. "Toh lampu sorot akan terus bergerak ke arahku. Jadi tidak masalah."
"Wooo... spotlight spotlight."

KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.