52

84 22 1
                                    

Aku suka sekali dengan toko buku. Bau buku baru, buku lama, rak-rak yang lapuk dimakan tahun, semuanya adalah wewangian yang bisa ku hirup lama-lama. Sebagai seseorang yang bermimpi menjadi penulis naskah pertunjukan, aku tentu harus banyak membaca selain menonton. Bukan hanya toko buku, favoritku nomor satu adalah perpustakaan! Dan aku patut bersyukur karena Korea Selatan punya perpustakaan yang lengkap, tidak seperti beberapa negara di Asia yang ku dengar perpustakaannya jarang diurus.

Setelah menemani Minghao makan siang, aku memintanya mengantarku ke toko buku yang lokasinya tak jauh dari kampus. Untung saja dia ikut bersemangat karena kami sama-sama suka membaca, tidak seperti Seokmin yang melihat buku saja bisa mengantuk.

"Minghao!" Aku berseru saat melihat sebuah buku yang menarik.

Minghao yang tengah melihat-lihat di rak samping segera menghampiriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minghao yang tengah melihat-lihat di rak samping segera menghampiriku. Wajahnya penuh tanya. "Kenapa?"

"Kau sudah pernah baca ini?"

Mao's Last Dancer. Sinopsisnya ku pikir cocok untuk Minghao yang suka menari dan membaca. Apalagi ini mengenai penulisnya sendiri, Li Cunxin, salah satu penari ballet terhebat di dunia. Aku menyerahkan buku itu kepadanya.

"Sudah baca." Katanya mengembalikan buku itu ke tanganku. "Aku sarankan kau untuk membacanya."

"Punya bukunya?"

Minghao mengangguk. Bagus. Aku menaruh kembali buku itu ke dalam rak. Demi mengembalikan kestabilan keuanganku, kali ini aku harus meminjam buku dari Minghao dan meminimalisir pengeluaran untuk membeli buku. Sudah lama juga aku tidak menonton pertunjukan musikal. Gara-gara Kak Seungcheol sialan. Kalau saja aku tidak ikut taruhannya.

"Kak Minghao!?"

Aku ingin bergeser ke rak yang lain saat suara imut itu menahan langkahku. Refleks aku dan Minghao berbalik, melihat seorang perempuan yang tidak asing. Eunha! Dan aku makin terkejut karena di sampingnya ada Seokmin yang tersenyum tipis sambil mengangkat salah satu tangannya.

"Heiii bro and sis." Sapanya membuatku terkikik geli.

"H-hai." Minghao menyapa Eunha, matanya lalu melihat Seokmin yang kikuk tertangkap basah sedang berkencan. "Makin lengket, ya Seokmin?"

"Sialan." Bisik Seokmin sedikit memajukan badan. Untung ada rak di depannya, kalau tidak ia pasti akan mencekik leher Minghao (tentu saja itu bercanda).

Aku hanya menahan tawa sambil menggelengkan kepala. Sejujurnya aku senang sekali melihat kami bisa bertemu seperti ini, meski ada Eunha. Aku senang bisa melihat Minghao dan Seokmin saling berkelakar, seakan hubungan kami tidak pernah buruk sebelumnya.

"Hai, Eunha... gimana liburannya?" Aku bertanya berbasa-basi, ia pasti merasa kikuk melihat Seokmin dan Minghao membicarakannya.

"Baik, Kak!"

Kepalaku bergerak naik turun. Eunha tampak cantik sekali, pipinya berwarna merah muda karena blush on, ia mengenakan long coat merah muda dan sepatu sneakers yang lucu, sangat berbeda dengan Seokmin yang gayanya seperti orang baru bangun tidur.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang