38

84 26 0
                                        

"Naskah Singing Stars baru saja aku submit dalam perlombaan." Kataku pada Minghao yang berada di balik kemudi. Ia melirikku dengan tampang kaget, lalu senyumnya merekah lebar.

"Ah! Lombanya sudah dibuka?"

Aku menganggukkan kepala, mencoba mencari objek untuk ditatap di luar jendela. Perasaanku masih tidak nyaman berada di samping Minghao. Kalau saja ia tidak memaksa, dan tidak ada yang ingin menemuiku di akademinya, aku mungkin lebih memilih untuk tetap berada di rumah. Apalagi ada Kak Joshua yang baru datang dari LA.

"Kapan pengumumannya?"

"Tanggal 1 Januari." Jawabku singkat.

Minghao berdehem. "Tanggal 31 kau akan datang ke Festival, kan?"

"Tentu saja." Kataku. "Bagaimana bisa aku melewatkan pertunjukan sahabatku sendiri?"

Sengaja aku memperjelas dua kata di akhir kalimat. Sahabatku sendiri. Berharap Minghao sadar kalau aku akan selalu menganggapnya sebagai sahabat, sampai kapan pun. Aku tahu, meski ia tidak ingin menghancurkan hubungan kami karena perasaannya, tetap saja sekarang kami berada di ambang ketidakpastian. Ditambah Seokmin yang kemarin sempat kecewa denganku. Semuanya jadi complicated.

"Kau bisa datang sendiri, kan, nanti? Aku tidak bisa menjemputmu." Kata Minghao lagi.

"Nanti aku datang dengan Seokmin." Kataku cepat. Syukur saja hubunganku dengan Seokmin sudah baik dan biasanya aku memang berangkat dengan pria itu kalau Minghao tidak bisa menjemput.

"Aku jemput, deh. Tapi dari sore."

"Nggak." Elakku. Dari sore mau ngapain? Memperhatikan kesibukannya sebagai panitia sekaligus peserta?

"Serius?"

"Kan, ada Seokmin."

"Kalian udah baikan?" Tanyanya penasaran di balik kemudi. Aku pun menganggukkan kepala denang tenang. "Sudah."

"Baguslah."

Kami pun terdiam cukup lama, tidak tahu ingin memperbincangkan apa. Selain akhir-akhir ini aku menjauhinya, Minghao juga sibuk mempersiapkan pertunjukkannya di akhir tahun nanti, jadi intensitas pertemuan kami memang sedikit. Saat mobil terhenti di sebuah persimpangan jalan, Minghao menatapku. Lampu merah tengah menyala, beberapa pejalan kaki menyeberang di zebra cross yang tak jauh dari mobil kami.

"Tanggal 1 Januari, temani aku ke suatu tempat, ya."

"Tidak bisa."

"Kenapa?" Seloroh Minghao tidak terima. Aku pun balas menatapnya.

"Tanggal 1 pengumuman lombaku, Minghao."

"Pagi. Temani aku pagi-pagi saja." Pintanya lagi.

Sejak Minghao mengaku menyukaiku, jujur saja, ajakannya yang dulu selalu ku iyakan kini jadi hal yang ku hindari. Dari awal aku sudah bilang kalau aku tidak menyukainya lebih dari sahabat dan aku tidak ingin memberikan jalan kepadanya. Aku tidak ingin menyakiti hatinya lebih dari itu.

"Tidak bisa, Minghao."

"Ini bukan ken--"

"Minghao, lampu hijau." Kataku tegas sembari menunjuk lampu lalu lintas. Minghao meremas setir kemudinya selama sepersekian detik kemudian membawa mobilnya melaju kencang menuju akademi.

~~~

Suasana akademi cukup ramai saat aku dan Minghao tiba. Pria itu berjalan dengan percaya diri ke sebuah ruangan, membuka pintu dengan pelan sedangkan aku berada di belakangnya, mengekor seperti anak bebek. Ia tengah berbicara dengan seseorang di depan pintu dan tidak lama ia menarikku masuk ke dalam.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang