Seokmin menginap di rumahku semalam. Ia terus-terus bertanya soal Kak Jun padahal aku sudah menjelaskan secara detail kalau ia hanya disuruh Mia, direktur akademi, karena kasihan melihatku pulang sendiri. Tapi Seokmin tetap kepo, ia mengaku kalau tidak suka melihatku bersama pria lain yang tak dikenalnya. Dan entah mengapa aku merasa menjadi perempuan yang buruk karena lebih punya banyak teman pria daripada perempuan.
"Aku cemburu, Sooah." Aku Seokmin sambil memeluk bantal di sofa hadapanku. Saat itu kami belum tidur, masih ngobrol tentang banyak hal.
"Aku juga baru kenal Kak Jun!" Kataku kesal.
"Kalau Minghao tidak mengantarmu, biar aku yang jemput." Titahnya yang langsung ku tolak mentah-mentah.
Bisa bahaya kalau Minghao melihat Seokmin menjemputku di akademi. Nanti manusia itu makin menjauhiku atau yang paling mengerikan kalau perang dunia terjadi di sana. Memikirkannya saja membuat bulu kudukku merinding.
Aku memijit pelipis. Itu pun aku tahu. Setelah itu Seokmin menjelaskan tentang alasan-alasannya menyukaiku. Pria itu memang lebih mudah mengungkapkan isi hatinya kepadaku. Ia tidak pernah malu dan aku pun jadi terbiasa meski ada rasa aneh yang bergejolak di perutku. Aku tidak tahu apakah mungkin itu cara Seokmin untuk membuatku tidak insecure lagi atau memang dianya yang sudah kepalang jatuh cinta kepadaku terlalu dalam.
~~~
"Kak Soonyoung!" Aku memekik riang saat melihat Kak Soonyoung tengah duduk di ruang latihan. Ia memperhatikan orang-orang di sekelilingnya, matanya jeli sekali sampai aku perlu memastikan apakah ia Kak Soonyoung yang ku kenal atau bukan.
"Sooah!" Sapanya sambil membuka kedua tangan dengan lebar.
Aku lantas tertawa saat Seokmin menyerobotku untuk memeluk Kak Soonyoung. Ya, aku juga tidak punya niatan untuk memeluk seniorku itu, sih.
"Ah... kau cemburu, ya?" Goda Kak Soonyoung pada Seokmin yang mengangguk dalam pelukannya.
"Kalian langgeng sekali, yaaa..."
"Kami nggak pacaran, Kak." Sergahku cepat sebelum Seokmin mengatakan hal yang tidak benar. Tapi sekarang Kak Soonyoung malah mendelik padaku, begitu pula Seokmin yang sudah melepas pelukannya. Kedua manusia itu duduk di hadapanku, melipat tangan di depan dada.
"Kau bilang kalian pacaran?" Kak Soonyoung bertanya pada Seokmin.
"Baru mau, Kak."
Aku memutar kedua bola mata. "Nggak."
"Kenapa kalian nggak pacaran?"
"Segera!"
"Nggak!"
Kedua bola mataku membesar, melotot pada Seokmin yang tidak mengindahkanku. "Kau lihat, kan, Kak? Kami memang ditakdirkan bersama."
Kak Soonyoung malah mengangguk setuju. Aku ingin mencak-mencak saat Seokmin berdiri karena panggilan dari pelatihnya. Kini aku ditinggal bersama Kak Soonyoung. Segera aku duduk di sampingnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.