13

113 26 1
                                        

Kelas akting adalah salah satu kelas favoritku. Bukannya aku pintar atau unggul, tidak sama sekali. Malah aku tidak bisa berakting. Berbeda dengan Seokmin dan Minghao yang bisa ku katakan sebagai dua mahasiswa terjago di kelasku dalam urusan berakting. Hanya saja, kelas akting memberikanku kesempatan belajar soal ekspresi dan dapat melihat bibit unggul aktor maupun aktris dari kelasku.

Hari ini saat belajar akting, aku duduk di kursi tengah, memperhatikan beberapa temanku yang disuruh maju ke depan. Salah satunya Seokmin. Ia selalu langganan maju ke depan kalau kelas akting. Ya, tentu saja, dia kan sudah jadi aktor meski perannya masih kecil.

Sedangkan Minghao memilih untuk bersantai di sampingku. Memperhatikan depan kelas dengan saksama.

"Coba, Lee Seokmin, kau perankan Raja Arthur. Terus kau Merlin, dan kau Lancelot." Dosenku membagi peran kepada mereka yang ada di depan kelas.

Sembari berpangku dagu, aku menajamkan mata, memperhatikan raut mereka satu per satu.

"Taehwan jadi Merlin, kau lihat ekspresinya. Dia cukup hebat." Minghao menyikutku. Berbisik sambil menunjuk pria berambut blonde yang berdiri di samping Seokmin.

Aku mengangguk. Minghao benar, Taehwan adalah salah satu temanku yang cukup gila. Dia sangat ekspresif dan aktif dalam organisasi teater kampus. Semester ini saja ia ditunjuk sebagai wakil organisasi. Tidak kalah dengan Seokmin, ia juga sering ikut serta dalam pertunjukan luar kampus.

"Bagaimana jika aku gagal?" Seokmin bertanya dengan suara lirih. Wajahnya penuh keraguan dan tangannya memegang dada.

Taehwan yang menjadi Merlin pun menjawab, "Kau tetap harus melakukannya, Arthur. Ini kesempatan kita untuk mengalahkan Saxon!"

Dahi Seokmin berkerut, ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Merlin kepadanya sebagai Arthur. Ia disuruh mencabut pedang Excalibur, pedang yang belum pernah bisa dicabut dari sebuah batu selama ratusan tahun oleh siapa pun. Seokmin merasa takut, ia menekan dadanya yang berdegup kencang karena perasaan itu.

"Sekarang, percayalah padaku, juga pada dirimu."

"Rasa panas yang memenuhi dadaku~~ dapatkah ku atur amarah ini? Bagaimana jika aku gagal? Akankah aku memiliki masa depan yang buruk?" Seokmin bernyanyi. Beberapa teman kelasku be-'wah' ria, begitu pun denganku yang terpana mendengar suara dan melihat caranya berakting. Padahal aku sudah sering melihatnya beraksi di depan kelas, tapi kali ini aura Seokmin berbeda.

Tiba-tiba tangan Minghao mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Aku meliriknya sekilas, tatapan kami sama menuju ke arah Seokmin. Mungkinkah ia juga terpana dengan akting Seokmin? Tapi, untuk apa mengelus puncak kepalaku segala?

~~~

"Aku mau ke perpustakaan." Kata Seokmin begitu kami menyelesaikan makan siang. Refleks aku bertatapan dengan Minghao. Ini pertama kalinya Seokmin ingin ke perpustakaan tanpa paksaan orang lain. Biasanya ia paling malas ke tempat itu. Selain tidak begitu suka membaca, Seokmin menganggap perpustakaan tempat yang mengintimidasinya yang suka keributan.

"Kau kerasukan siapa?" Tanya Minghao heran.

"Kau sehat, kan?" Aku ikut bertanya.

Seokmin menganggukkan kepala. Ia tersenyum kikuk. "Aku mau ketemu sama Eunha."

"Eunha?" Aku dan Minghao berseru bersamaan. Bola mata kami melebar, menatap Seokmin penuh tanya.

Eunha bukan nama yang kami kenal. Di kelas dan jurusan kami tidak ada yang bernama Eunha. Adanya Eunbi, Eunyoung... dan aku tiba-tiba teringat akan surat yang pernah diberikan seorang maba kepada Seokmin. Apakah Eunha adalah maba yang menyukai Seokmin?

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang