Sudah hampir bulan Februari dan kerjaanku hanya di rumah saja dan tempat kerja part time. Hubunganku dengan Minghao belum membaik, pria itu tidak pernah memberi kabar. Sedangkan Seokmin seakan menghilang dari kehidupan, mungkin masih kesal dengan sikapku yang selalu bertanya soal hubungannya dengan Eunha. Tentu saja aku kesal, memikirkan Seokmin seakan memacu peredaran lebih cepat ke kepala, bikin emosi dan aku bersumpah tidak akan menghubunginya terlebih dahulu. Kalau Minghao, aku tentu tidak akan menghubunginya pula, tapi kabar pria itu ku tanyakan lewat Mingyu. Kata tetangga tampan sahabatku itu, Minghao baik-baik saja.
Ya, setidaknya dia baik-baik saja.
Jujur saja, ini pertama kalinya aku merasa kesepian di liburan musim dingin. Tahun lalu, aku dan kedua sahabatku bahkan pergi ke Pyeongchang untuk bermain ski. Tahun ini? Lepas Kak Joshua pulang ke LA, liburanku berubah makna menjadi bekerja.
"Lama-lama kau bisa tua kalau merangut terus." Kak Seungcheol berseru, melewatiku ke dapur untuk mengambil minum. Kedua matanya terpaku pada layar ponsel, entah memperhatikan apa.
"Kau tidak libur, Kak?"
"Setiap hari aku berlibur."
Jawabannya membuatku nyengir. Memang enak bekerja di rumah, tapi bukankah lama-lama juga membosankan?
"Kau sendiri? Tidak ke Pyeongchang? Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu pergi dengan sahabatmu." Kata Kak Seungcheol kini duduk di sampingku, ia memeluk botol minum, matanya seakan sudah menyatu dengan layar ponsel sampai tidak sesekali pun mengalihkan pandangan dari sana.
"Kau tahu sendiri, kan, hubungan persahabatanku sedang diujung tanduk?"
Kak Seungcheol terkikik. "Balada persahabatan beda kelamin."
"Daripada tidak punya teman perempuan?" Aku balas mengolok.
Akhirnya Kak Seungcheol bisa mengalihkan tatapan dari ponsel. Kedua matanya melebar menatapku tajam, lalu dalam sepersekian detik, leherku sudah ditariknya dengan kuat ke dadanya yang bidang. Ia mencekikku pelan dan aku hanya bisa memukul perutnya untuk berhenti melakukan tindak kekerasan kepada adiknya sendiri.
"Yaaa!!! Berhenti!! Kak Seungcheol!"
"Coba! Bilang sekali lagi!!"
"Kak Seungcheol jomblo! Kesepian! Tidak punya teman perempuan!"
Tangan Kak Seungcheol melemah, ia terkejut dengan kata-kataku yang makin mengoloknya. Lantas karena perhatiannya teralihkan, aku segera berlari dari hadapannya.
"Yaa! Choi Sooah!!"
Aku tertawa kencang sambil berlari masuk ke kamar dan mengunci pintu dengan rapat. Tidak peduli dengan ketukan Kak Seungcheol di daun pintu yang teramat kencang. Ia seakan monster yang tengah kelaparan, suara kayu pintu kamarku masih beradu dengan bogemnya. Sesekali ia berteriak, menyuruhku keluar.
"Yaa! Choi Sooah! Minghao datang!"
"Ha! Candaanmu basi sekali!" Balasku memekik. Ia sekarang tidak bisa memancingku dengan alasan itu.
"Aku serius, Choi Sooah!"
"Aku juga serius, Kak! Kau tidak bisa pancing aku lagi dengan alasan itu, yaa!"
"Minghao datang bersama Ibu! Cepat keluar!"
"Yaa! Berhenti berca--"
"Choi Sooah!!"
Aku terbelalak saat mendengar Ibu berteriak. Dengan cekatan aku membuka pintu, menemukan seringai Kak Seungcheol yang tangannya menjitakku pelan. Aku ingin membalas, tapi tatapan Ibu terlalu mengerikan apalagi di sampingnya ada Minghao. Pria yang sudah lama tidak ku lihat itu tersenyum kikuk, melambaikan satu tangannya ke arahku.
![](https://img.wattpad.com/cover/246088148-288-k269674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing Stars [Complete]
FanfictionSeorang mahasiswi yang ingin menjadi Penulis Naskah Pertunjukan mengalami hari mengejutkan saat sahabat-sahabatnya mengaku menyimpan hati kepadanya.