36

84 24 0
                                    

Begitu kelas usai aku segera berlari keluar gedung perkuliahan. Aku enggan bertemu dengan dua manusia yang kini duduk berjauhan, sama sepertiku yang lagi-lagi sengaja datang sedikit telat untuk duduk di barisan paling belakang, siapa lagi kalau bukan Seokmin dan Minghao. Aku tidak tahu apakah mereka mencariku atau tidak, tapi sepertinya tidak, karena kelihatan sekali kalau Seokmin kecewa berat--dia jadi super serius di kelas, yang sangat aneh di pandanganku. Sedangkan Minghao, aku tidak tahu. Ia seringkali tidak memperlihatkan rasa khawatirnya secara langsung.

"Sooah!" Suara Seokmin menggelegar. Langkahku segera terhenti karena terkejut ia memanggilku.

Aku kira ia masih tidak ingin bertemu denganku, ya, meskipun suaranya tidak memiliki nada riang yang seperti biasa ia keluarkan.

"S-seokmin? Ada apa?" Tanyaku agak gagu, rasanya kikuk bertemu dengan Seokmin yang serius begini.

Tanpa ba-bi-bu ia lalu menggaet tanganku dan membawaku berjalan ke halte bus yang berada tidak jauh dari gerbang kampus. Aku pikir ia akan mengajakku duduk di halte, menunggu bus yang biasanya ku naiki untuk pulang ke rumah kalau Minghao tidak bisa mengantar. Ternyata tidak. Seokmin malah menarikku masuk ke dalam bus yang tidak ku ketahui rutenya akan ke mana.

Tapi aku tidak protes.

Aku hanya ingin protes saat Seokmin melepas tangannya dari lenganku begitu kami duduk di dalam bus. Rasanya aneh karena Seokmin terbiasa memegang lenganku lebih lama. Wajahnya pun masih belum menampakkan senyuman yang biasanya ia perlihatkan ke orang-orang. Karena khawatir, aku pun bertanya dengan kikuk.

"Seokmin, kau... baik-baik saja, kan?"

~~~

Kawasan Banpo penuh dengan gedung-gedung apartemen mewah yang menawarkan pemandangan sungai Han. Kawasan yang terlihat terlalu modern ini menjadi pemandanganku sekarang setelah  aku dan Seokmin asal menaiki bus. Karena takut dibawa ke rute yang lebih jauh, kami pun memutuskan untuk turun di Halte Banpo untuk menunggu bus yang memiliki rute sebaliknya, kembali ke universitas. Suasana di Banpo sendiri tidak terlalu ramai, mungkin orang-orang sudah sibuk di kantornya masing-masing. Membuat keadaanku dan Seokmin makin awkward, apalagi selama di bus tadi ia tidak berbicara dan tidak menjawab beberapa pertanyaan yang ku lontarkan kepadanya.

"Casting-ku gagal."

Kedua mataku menyipit menatap Seokmin yang tengah menundukkan kepala. Akhirnya ia bersuara setelah puasa bicara di bus tadi. Tapi apa yang ia utarakan bukanlah hal yang ingin ku dengar sekarang. Jadi aku tidak bisa berkata apa-apa kecuali memperhatikan Seokmin, menunggu kalau-kalau ia ingin melanjutkan perkataannya.

"Aku nggak jadi ikutan pertunjukan musikal yang ku inginkan." Kata Seokmin sambil mengangkat wajah. Aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca, yang membuat hatiku ikut mencelus.

Perlahan aku menggeser posisi untuk duduk lebih dekat dengannya. Menepuk punggung Seokmin dengan pelan. "Tidak apa-apa, Seokmin."

Seokmin menghela napas panjang. Kedua tangannya saling bertautan, saling menggenggam seakan ingin memberi kekuatan satu sama lain. Aku tahu ia ingin sekali lolos casting, ingin sekali mengisi liburan untuk mengikuti pertunjukan di luar kampus. Tapi, mau bagaimana? Mungkin kali ini belun rezekinya saja.

"Memalukan, Sooah! Aku harusnya bisa!"

Aku kaget mendengar Seokmin yang geram terhadap dirinya sendiri. Ini tentu adalah kali pertama aku menemukan Seokmin tidak menerima takdir yang terjadi dalam hidupnya. Bahkan saat tahu Minghao menyukaiku saja ia akhirnya melepas tangan meski tetap kecewa kepadaku yang disangkanya tidak menyukai keberadaannya di sisiku.

Singing Stars [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang