Aku terpaku melihat tangan seorang pria di hadapanku menggenggam sebuah tangan lain. Bukan tidak suka. Aku cuma heran saja karena pemandangan yang ku lihat bukanlah apa yang ku ekspetasikan sebelumnya. Pertemuan ini juga cukup mengejutkan karena aku tidak tahu akan bertemu sahabatku sendiri dengan seorang perempuan-yang-katanya-tidak-ia-sukai di sebuah toko perlengkapan natal. Maksudku, sahabatku itu tidak merayakan natal. Sama sepertiku (yang merayakannya karena Kak Joshua).
"Kak Sooah merayakan natal juga?" Tanya perempuan di samping sahabatku itu dengan ramah.
Senyumku tergulum tipis. Sesekali aku melirik Seokmin yang tampak kikuk di posisinya, aku tahu, ia pasti seperti sedang ketahuan menjilat ludahnya sendiri. Seokmin tidak pernah berbohong dan apa yang dikatakannya di Mini Market tempo lalu masih ku percaya. Melihat ia menggandeng tangan Eunha--ya, perempuan di hadapanku ini--hanya membuatku bertanya-tanya.
"Ya." Jawabku singkat. "Kau sendiri?"
"Tentu saja! Perayaan Natal adalah perayaan yang wajib diadakan keluargaku, Kak." Dengan riang Eunha menjawab, tapi fokusku hanya kepada Seokmin, ingin menuntutnya dengan ribuan tanya.
Aku hampir lupa dengan Eunha. Tentu saja gadis itu tidak tahu apa-apa tentang Joshua. Seokmin dan Minghao saja belum pernah melihat rupa sahabat Kakakku itu seperti apa. Mereka hanya tahu dari Kak Seungcheol yang selalu mengataiku dan ceritaku sendiri pastinya.
"Kakakku." Kataku sekenanya kepada Eunha yang menganggukkan kepala.
"Kalau begitu, lanjutkan kegiatan kalian... aku har--"
"Kak Joshua itu beneran datang?"
Kedua bola mataku berputar mendengar pertanyaan Seokmin itu. Ku lirik ke sekeliling, mencari Kak Joshua yang mungkin sibuk mencari hiasan pohon natal bersama Kak Seungcheol.
"Itu dia, Kak Joshua." Tunjukku pada sisi rak lonceng. Di sampingnya ada Kak Seungcheol yang tengah menunjukkannya semprotan salju, berbincang entah apa karena aku tidak mendengarnya dari posisiku sekarang.
Saat Seokmin dan Eunha mengikuti arah telunjukku, refleks mereka ber-'wah' ria. Entah karena ketampanan Kak Joshua sangat memukau atau memang Kak Joshua tampak seperti malaikat yang jatuh di bumi yang bikin orang kagum dengan wajahnya.
"Di sekeliling Kak Sooah banyak orang tampan, ya."
Aku menyeringai, fakta yang baru ku sadari dan tidak bisa ku syukuri karena ketampanan orang-orang di sekitarku terkadang membuatku insecure. Mungkin kalau aku dilahirkan sebagai laki-laki, aku juga akan setampan Kak Seungcheol (hal yang tidak akan ku katakan kepada Kakakku itu secara langsung).
"Aku permisi dulu, ya." Kataku bersiap untuk pamit di hadapan dua orang itu. Selain tidak ingin mengganggu mereka, aku juga tidak menyukai suasana awkward antara kami bertiga.
"Sooah!" Seokmin menyeru saat aku sudah melangkahkan kaki berbalik dari hadapan mereka.
Aku pun menolehkan wajah, dan Seokmin kembali berseru. "Tanggal 31 aku jemput, kan!?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~~~
Bibirku maju beberapa centi daritadi, mendengarkan cerita Kak Seungcheol tentang hal-hal jelek yang telah terjadi pada diriku selama setahun belakangan kepada Kak Joshua. Sebenarnya aku heran sekali dengan kakakku itu. Ku pikir kerjaannya hanya mematut wajah di depan layar komputer, ternyata ia juga memperhatikanku setiap hari. Sedikit senang, tapi untuk apa merusak nama baikku di depan Kak Joshua!?
"Diam kau, Seungchol!"
"Yaa! Panggil aku Kakak! Kak Seungcheol!" Serunya sambil melirikku dari kaca spion tengah.
Napasku terhela panjang, lalu ku sandarkan kepala di punggung kursi mobil. "Bagaimana aku bisa memanggil orang yang menguar aibku sebagai Kakak!?"
"Bukan aib." Sergah Kak Seungcheol, ia menyeringai sampai lesung pipinya terlihat. Menyebalkan sekali wajah itu. "Aku hanya menceritakan hal yang perlu diketahui Joshua, kau paham!?"
"Untuk apa?"
"Untuk tahu apa yang selama ini dilakukan Sooah."
Manis sekali! Oh, tentu saja Kak Joshua yang berkata demikian. Pria itu sampai menolehkan wajah ke arahku, tersenyum lebar seperti malaikat.
"Hish... harusnya kau tahu hal yang baik-baik saja, Kak!"
"Masalahnya kau tidak pernah melakukan hal yang baik selama ini, Sooah."
Refleks aku menegakkan tubuh dan menepuk punggung Kak Seungcheol dengan keras. Kak Joshua sampai terkejut dan menyuruhku untuk tenang secepat mungkin.
"Aku juga melakukan banyak hal positif selama ini!!"
"Apa contohnya?" Tanya Kak Seungcheol mencemooh. Aku ingin sekali menepuk bahunya lagi, tapi Kak Joshua sudah mengangkat tangan, siap menahanku.
"Banyak!!"
"Hah! Banyak tapi tak ada buktinya!"
"Yaaa!!"
"Benar, kan!?"
Emosiku tersulut juga. Masa bodoh dengan Kak Joshua yang menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan, ia mungkin lelah mendengar kami bertengkar sejak SMP. Tapi kali ini aku juga tidak mau kalah dengan Kakakku yang super menyebalkan itu.
"Harusnya kau malu dengan kedua sahabatmu yang keren-keren itu. Selain berprestasi, mereka jug--"
"AKU IKUT LOMBA NASKAH PERTUNJUKAN MODERN, YA!!"
Menyebalkan. Aku tidak suka kalau orang-orang sudah membandingkanku dengan Minghao dan Seokmin. Apalagi ini dari mulut Kakak kandungku sendiri. Aku pun tidak tahu apakah mereka mendengarkanku atau tidak, pasalnya kedua manusia itu kini menatapku penuh tanya dari kursi di depan. Untung saja kami sedang berada di perempatan yang terkena jalur lampu merah, kalau tidak, mobil yang dibawa Kak Seungcheol bisa bablas menabrak sesuatu.
"Coba ulangi apa yang kau katakan??" Kak Seungcheol meminta.
"Aku ikut lomba naskah pertunjukan modern." Kataku sekali lagi dengan nada yang lebih tenang.
Kak Seungcheol dan Kak Joshua bertatapan selama beberapa saat sebelum menatapku dengan mata berbinar. Aku tahu, aku memang keren.
"Pengumumannya kapan?" Tanya Kak Joshua.
"Satu Januari."
"Kau yakin kau bisa menang?"
Aku segera menendang kursi Kak Seungcheol, mengindahkan persiapannya menginjak pedal begitu lampu berganti warna menjadi hijau. Mulutnya memang tidak pernah baik, deh. Aku sangsi mengapa tidak menjadi Adik kandung Kak Joshua saja, apalagi nama kami tidak jauh berbeda, Joshua... Sooah. Ya, kan?
"Kita mampir beli Samgyeopsal, ya, Seungcheol." Ujar Kak Joshua tiba-tiba.
"Hah? Untuk apa?" Kak Seungcheol membelalakkan mata di depanku. Ia fokus menyetir, menyesuaikan kecepatan mobil agar tidak tergelincir di jalan yang licin.
"Merayakan keberanian Sooah untuk ikut lomba."
"Hah!? Kau gila!?"
"Kak Joshua memang terbaik! Semoga Kakak Kandungku bisa menjadi sepertimu, Kakk."