31. Suara Yang Meresahkan

6.6K 740 119
                                    

Happy reading
.
.
.

Malam hari tiba, setelah adegan berpelukan dengan sang anak Chitta menyuruh sang anak untuk tidur. Karena ini sudah malam, dan ia juga tengah meminta jatah pada suami nya.

"Kak habis ini tidur ya, jangan bangun karena mau pipis lagi kaya waktu ini." pesan Chitta pada si sulung.

"Iya bunda, emang bunda mau ngapain kalau Dery udah tidur?" Hendery merotasikan bola matanya malas, sesaat mendengar tuturan sang bunda kembali.

"Ya bobok lah, maksud bunda jangan begadang. Kamu kan sekolah besok, Dery."

"Bunda.. tidul sama Ethan ya." pinta si bungsu memelas kini.

"Iya, tapi Embul jangan lama-lama meleknya. Pas bunda pok pok, langsung tidur ya" ucap Chitta.

Johnny kini menepuk pelan bokong Hendery, "Ayo cepet tidur, besok kakak sekolah."

Mengajak kedua anaknya untuk tidur sampai mereka terlelap, kini Chitta keluar dari kamar Haechan sesudah anak kecil itu masuk kedalam mimpinya. Ia lanjut masuk kedalam kamar si sulung, melihat anaknya sudah di selimuti kain tebal ia tersenyum sejenak. Chitta menutup pintu dan mulai menghampiri sang suami yang sudah menunggu di atas ranjang.

.
.
.

Seperti biasa, malam jum'at adalah malam keramat bagi pasutri lama ini. Ah, seharusnya ini sudah menjadi rutinitas mereka. Ngapain ya?

Johnny memanguti bibir plum sang istri, mengerogoti rongga mulut Chitta. Sesekali, lidah mereka beradu. Chitta memejamkan matanya, menikmati ciuman gairah sang suami.

Kan, apa yang Johnny katakan tadi sore. Chitta tidak kuat jika tidak di belai oleh Johnny, begitu juga Johnny tidak bisa jika tidak di sentuh oleh Chitta.

Mereka saling membutuhkan, simbiosis mutualisme.

"Ehmm." lenguh Chitta.

Ingatkan mereka berdua, jika ingin bereproduksi jangan lupa menguncikan pintu kamar. Sebelum anak-anaknya menyiduk mereka berdua.

"Are you ready Chit?"

"Hem, always baby."

Johnny menangkup kembali tengkuk Chitta, mencoba memanguti bibir tipis namun sedikit berisi milik sang istri. Andai saja, mereka belum memiliki seorang anak bisa-bisa Johnny akan melakukan hal itu setiap hari bersama Chitta.

Kedua tangan Johnny meremat pinggang kecil sang istri. Owh shit! istrinya sudah umur 30 tahunan, namun bodynya seperti wanita umur belasan.

Ciuman panas itu terpaksa terhenti, ketika Chitta mendongakkan kepalanya agar sang suami bisa mengeksplore leher jenjangnya. Chitta sudah meracau tidak jelas, mencengkram pundak lebar sang suami begitu kencang. Mereka semakin bergairah.

Dan jangan lupa, sejak tadi mereka sudah tidak memakai baju. Namun dalaman masih mereka gunakan.

Malam yang indah menurut Johnny dan Chitta. Tanpa mereka pikirkan, kalau anak-anak terbangun karena suara yang agak meresahkan.

"Hoam." itu Haechan yang tengah terbangun di malam hari. Mendengar suara pekikkan dan teriakkan dari dalam kamar sang papa dan bunda.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang