42. Ending

4.9K 742 256
                                    

Note: Dari horor jadi humor itu susahnya minta ampun, aku kasih clue deh nyata tapi bohongan?  yang bisa nebak wah hebat. Ini 1300 an words loh, ramein ya biar ga sia-sia gue ngetik panjang lebar. Terimakasih💚

Happy reading
.
.
.

Bayangkan jika kalian berada di posisi keluarga Seo, hidup mereka sungguh tertekan hanya dalam sehari. Sekarang mereka malah terkunci di dalam rumah besar dengan suasana yang mencengkam.

Johnny berusaha untuk mendobrak pintu, namun tetap saja ia tidak sanggup untuk membuka pintu rumahnya.

"Bunda..." Haechan sudah mulai ketakutan, di benaknya sudah berkecamuk rasa gelisah. Begitu juga Chitta menenangkan Haechan agar anak bungsunya tidak menangis di situasi genting.

"Chitta, aku mau ambil lingis, pokoknya kita harus keluar dari sini," ucap Johnny seraya menenangkan Chitta dan Haechan.

Hendery? sampai saat ini anak tersebut belum bangun dari tidurnya, tubuh Hendery sudah direbahkan diatas sofa panjang. Tidurnya begitu tenang, bahkan suara dobrakan pintu tidak mengusik gendang telinganya.

"Chitta! Chitta! Chitta!" pekik ketiga temannya dari luar rumah.

"Adek tunggu disini, bunda mau ke arah pintu." ucap Chitta seraya menyuruh Haechan untuk menjaga kakaknya.

"Doyoung! Taeyong! Winnie! kalian masih disana?" pekik Chitta seraya menggedor pintu utama juga.

"Masih! di jendela kanan, buka kuncinya!" pekik Winnie.

Chitta mulai menyibak gorden yang berada di atas jendela. Namun yang terlihat bukanlah Winnie, melainkan sosok bayangan yang menyeramkan membuatnya memekik kencang ketakutan.

"Akh!!"

Chitta mundur beberapa langkah karena terkejut melihat sosok tak kasat mata tersebut.

"Chitta! kamu dimana?" pekik Taeyong seraya menggedor kembali pintu tersebut.

Sisi lain Haechan menatap sayu kearah wajah sang kakak, yang mana sang kakak masih terlihat tenang dalam tidurnya.

"Hue.. kak Dely cepet bangun, Ethan takut sendilian." lirih Haechan seraya mengenggam tangan Hendery.

.
.
.

Johnny berada di gudang sekarang, mencari sebuah linggis untuk membobol pintu utama.

Grek

Johnny menoleh sebentar ke arah pintu gudang, dengan perasaan takut dan gelisah.

"Si-siapa?"

Namun tiba-tiba desiran angin kencang mulai terasa di dalam ruangan yang nampak berdebu tersebut, dengan segera meraih linggis yang berada di atas lemari kayu. Saat meraba, ia merasakan ada gumpalan rambut yang memenuhi telapak tangannya.

"I-ini apa?" rambut kusut nan berisi bau anyir yang ia genggam, untungnya linggis yang ia ingin raih bisa di ambil.

Membuang gumpalan rambut itu, Johnny dan bergegas meninggalkan gudang dengan perasaan yang penuh ketakutan. Semoga istri dan anak-anaknya tidak kenapa-napa di sana.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang