56. Bunda Chitta

4.1K 635 73
                                    

Note: [ngeliat video ten, membuat ku ingin update. Niatnya nunggu minggu depan buat update😭😳]

Happy reading
.
.
.

Suara burung di dahan pohon terus bersiulan di kala hari menjelang fajar, bagaikan nada sebuah siulan yang nikmat di dengar bak alarm bunda.

Chitta menggerang lemas, tubuhnya lelah yang harus membutuhkan istirahat yang cukup. Tapi Chitta tak akan menampilkan rasa lelah nya di hadapan keluarga kecil, karena kebahagiaannya bersumber dari sana.

Walau terkadang Johnny, Hendery, dan Haechan begitu menyebalkan ia sesekali masih tersenyum tipis mengingat hal manis yang suami dan anak-anaknya berikan kepadanya.

"Johnny, bangun." Ucap Chitta sembari menggoyangkan pelan tubuh pria berbadan besar tersebut.

"Heum? Ini jam berapa?" Tanya Johnny yang masih mengumpulkan nyawa.

"Jam lima lewat lima belas menit, cepat mandi. Aku bakal buat sarapan untuk kamu sama anak-anak." Tukas Chitta seraya di berikan kecupan singkat oleh suami nya.

Chitta beranjak dari ranjang, ingin menghampiri kamar si sulung. Terlihat jelas Hendery masih ngorok saat tidurnya. Mungkin hendery tengah bermimpi indah sampai-sampai mendengkur saat tidur.

Wanita berumuran kepala tiga ini menepuk pelan pipi Hendery, karena hari ini anaknya harus bersekolah. Jadi ia harus membangunkan Hendery lebih dahulu agar tidak terlambat.

"Bundaaa.. mau lima menit lagi," rengek Hendery saat kelopak matanya terbuka sedikit, dan orang pertama yang ia lihat adalah bunda nya.

Ada rasa lega, karena Hendery tak mau jika ia terbangun yang pertama di lihat oleh hendery adalah malaikat maut. Hendery masih ingin hidup dan masih ingin menjadi anak bunda Chitta.

"Ga ada lagi lima menit lagi, karena kalo kamu lanjut tidur bisa-bisa kelewatan dan akhirnya kesiangan kesekolah." Tegas Chitta, membuat Hendery memanyunkan bibirnya malas.

"Okay.. i'm wake up!" Hendery mendudukan dirinya, bersiap ingin mandi sekarang.

"Good boy." Ujar Chitta seraya menepuk pelan kepala Hendery lembut.

Hendery minum air putih terlebih dahulu, sebelum membersihkan dirinya di dalam bathub.

Kini Chitta menghela napasnya perlahan, tatapannya meneduh saat ingin memasuki kamar Haechan. Pasti anak bungsu nya memilih untuk menulikan pendengaran ketimbang mendengar suara Chitta.

"My sunshine.." panggil Chitta dengan nada lantang yang begitu merdu. Bahkan bisa menghipnotis orang yang mendengar suara nya.

Chitta membangunkan tubuh Haechan yang masih terlelap tidur, "bangun sayang, udah pagi."

Wanita ini tidak bisa membiasakan anak-anaknya untuk bangun siang, walaupun hari libur tetap saja kedua anaknya akan di suruh bangun pagi karena tindakan disiplin.

Karena belajar dengan hal kecil pun, karakter anak dapat di ubah tanpa paksaan. Mungkin menurut Chitta tak seharusnya berteriak di hadapan anak-anak karena bisa merusak mental anak tersebut. Sungguh di sayangkan parenting orang tua berbeda-beda namun tujuannya tetap sama.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang