63. Perut Mules

4.9K 599 91
                                    

Note: [masih ada yang nungguin? Serius, aku rasa aku udah kehabisan ide. Kalau kalian kecewa sama hasil update hari ini, bilang ya.]

Happy reading
.
.
.

Haechan sekuat tenaga menahan rasa mules pada perut nya yang sudah tak terbendung, berlari dengan cepat. Sampai-sampai tak perduli jika ia sudah menabrak beberapa orang.

Hendery segera mengikuti Haechan, namun sebelum itu menggandeng Xiaojun untuk ikut serta mengekori Haechan.

"Mark, kamu disini ya! Jaga tempat kita!" Perintah Hendery dengan tegas, setelah menarik tangan Xiaojun.

"Yih, kok di tinggal sendirian?" Gumam Mark mengeluh. Menyomoti beberapa jelly bungkus yang sempat ia simpan di kantong celana nya.

"Kak Mark!" Panggil seseorang.

"Loh Jaem, duduk dulu. Cari kakak nya? Di gaet sama Hendery." Jelas Mark yang tak memperdulikan wajah bodo amat Jaemin.

Anak perempuan manis itu tidak sedang mencari kakak nya, melainkan  tengah bingung mencari tempat duduk kosong. Ketimbang dapat cemooh dari senior, lebih baik ia menghampiri Mark yang tengah duduk sendiri.

"Kak Mark yang lain kemana?" Tanya Yangyang. Anak perempuan yang cempreng ini bingung, Haechan tidak ada disini. Kata nya Renjun tadi, dia duduk dekat Mark.

Mark menghela napas sebelum mulai bercerita, "itu pudu kecipirit."

"Hah?!" Yangyang dan Jaemin menganga tak percaya, bisa saja ini akan menjadi bulan-bulanan untuk Haechan yang sudah jahil pada mereka.

"Kebiasaan makan banyak, keburu sakit perut baru tau rasa. Itu mah laper mata, bukan laper perut." Celetuk Jaemin yang mulai menyuapi makanan kedalam mulut nya.

"Renjun sama Jeno kemana? Kok ga ngikut?" Kini anak laki-laki beralis camar tersebut mulai bertanya kembali.

"Si injun main bola sama Jeno kak, kak Mark mau ikut?" Ajak Yangyang.

Mark menggeleng, "ngga ah, kapan-kapan aja. Mending nanti sore di lapangan kompleks gimana?" Usul nya kini.

"Boleh tu, ntar Yangyang bilang ke Injun."

Nana hanya pasrah dan bergidik bahu, walaupun sebenarnya ia suka bermain bola dengan teman kompleks nya.

Di sisi lain, Haechan menggapai gagang pintu toilet dan mulai membuka semua atribut sekolah nya. Ini sangat menyiksa Haechan karena beban seragam yang begitu berat. Haechan benci jika sudah sakit perut, tapi tidak pup di rumah sendiri.

"Ya Tuhan demi sakit pelut Echan ilang, tolong nanti eek nya echan ngga menclet." Doa nya yang terdengar begitu keras.

Hendery dan Xiaojun sudah sampai di tengah toilet perempuan, ada beberapa siswi lain nya yang sedang cuci tangan di wastafel.

Satu persatu Hendery mengetok pintu toilet sambil memanggil nama Haechan. Tak ada yang menyahuti, sampai di pintu terakhir Hendery mulai mengetuk.

"Jangan belsuala please," takut Haechan dari bilik dalam.

"Chan?" Panggil Hendery dari luar bilik.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang