38. Bad Dream

5.7K 771 274
                                    

Note: Masih pengen rame, but thanks udah mau ngeramein di part kemarin. And finally sudah drama ini.

Happy reading
.
.
.

"Huwa!!!!!"

Anak itu tersentak, terkejut, terjungkal.

Pandangan netranya bahkan masih belum betul untuk melihat objek sekitar, dengan begitu sentaknya ia berteriak kencang membuat orang-orang menatapnya hingga menjadi pusat perhatian.

"Huwe!!! kak Dely kenapa?" tanya sang adik.

Semuanya mengerumuni tenda Hendery yang terbuka setengah, mencari sang papa dan bunda yang nampak terkejut juga. Ada apa dengan Hendery?

"Huwee!!" tangis si anak sulung itu, ia keluar dari tenda secara paksa. Tunggu, sejak kapan waktu berganti?  padahal tadi masih siang. Kenapa sekarang sudah hampir menjelang malam?

"Kakak kenapa?" khawatir Chitta cepat, si sulung sudah lari menghampiri sang bunda dan menyelinap masuk ke dalam daster sang bunda.

Jadi, Chitta sekarang seperti ibu hamil karena kepala Hendery yang becetak di dalam daster Chitta.

"Hei kak, kamu kenapa?" tanya Chitta lembut, bahkan semua orang yang tengah memanggang daging pun tidak tahu apa yang terjadi pada Hendery.

"Papa.. kak Dely kenapa?" tanya Haechan kepada sang papa.

Johnny menggeleng tak tahu, karena sedari tadi ia tengah mengambil beberapa bahan ke dapur. Setelah itu mendengar suara pekikan keras dari dalam tenda, sontak semua atensi mengarah pada Hendery.

"Hiks.. bunda. Jangan pergi," tukas Hendery yang memangis di balik daster Chitta, tentu saja perut Chitta menjadi basah karena air mata Hendery.

"Bunda ga pergi Kak, kamu kenapa? jangan kaya gini dong, malu diliatin sama Mark dan Dejun." tukas bunda kandungnya.

Hendery menggeleng, tangannya masih erat memeluk pinggang sang bunda.

"Mimpi buruk kali si Hendery?" sahut Taeyong tiba-tiba.

"Iya, tadi tidur waktu sore hari ya?" Winnie pun tak kalah pula ikut bertanya.

"Wah bisa jadi emang mimpi buruk Chit," kini Doyoung menimpali.

"Sini kakak sama papa, cerita sama papa ya. Mau ga kak?" Johnny menghampiri Hendery yang masih agak terisak di balik daster tersebut.

"Pa bantuin, ini kakak meluknya erat banget." ujar Chitta perlahan.

Hendery mulai mengeluarkan kepalanya dari daster sang bunda. Perlahan Johnny menyamakan tinggi nya sejajar mirip Hendery. Chitta pun mulai mengelus pundak si sulung dengan lembut, memberi air putih agar Hendery menjadi tenang sedikit.

"Minum dulu, setelah itu ceritain kakak mimpi apa?" ucap Johnny.

Hendery masih terisak kecil, "Huwe papa bunda jangan ninggalin Dery sama embul sendiri!" sahutnya agak menuntut.

"Eh bunda sama papa ada disini, ngejagain Dery dan embul. Emang bunda dan papa mau kemana?" ini yang bertanya adalah Chitta.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang