52. Haechan berulah

4.7K 669 99
                                    

Note: [update ntar malam kalo bisa, ga janji tapi]

Happy reading
.
.
.

Johnny mencari keberadaan anaknya, sial! Anaknya menghilang entah kemana.

"Hendery, haechan!" Pekik Johnny, sebenarnya di rumah sakit tidak boleh berteriak. Namun, karena johnny sedang berada di tengah desakan ia melupakan hal itu.

Pergilah johnny ke tempat resepsionis, "permisi, apa anda melihat anak laki-laki dan perempuan di sekitaran sini?"

"Anak perempuan yang kulitnya sawo matang itu ya pak?" Tanya balik si penjaga resepsionis.

Johnny mengangguk, kan memang anak perempuannya itu berkulit sawo matang. Berbeda dari nya, chitta dan hendery yang berkulit putih. Bukan menjadi perbedaan, karena lucas adiknya juga berkulit sawo matang. Lagi pula, saat chitta tengah hamil haechan wanita itu selalu ngidam ingin dekat dengan lucas, adik sepupunya.

"Oh itu, setelah ngambil ikan disini mereka pergi ke kantin." Jawab si penjaga.

Johnny membungkuk, kemudian ia berucap terimakasih dan pergi begitu saja mencari anaknya yang berada di kantin rumah sakit.

"Hei pak! Jangan lupa kerugian pihak rumah sakit di bayar!" Pekik si penjaga resepsionis yang tak di hiraukan oleh johnny.

Napas johnny terengah-engah, ia berlarian mencari kantin rumah sakit. Tatapannya teralih ketika mendengar suara haechan di arah kiri nya.

Oh ternyata haechan dan hendery tengah menyantap ikan goreng, terlihat ikan mujair goreng yang di makan oleh mereka.

Pria yang sudah memiliki anak dua ini kemudian mendekati anak-anaknya yang tengah merecok, terlihat hendery memberi petuah pada haechan.

"Adek lain kali jangan gini, ga sopan tau. Kan kakak ga ada duit! Gimana caranya bayar nasi, sama snack yang adik makan di kantin. Malah kita ga kasih tau papa kalau kita ada disini." Runtuk hendery gemas pada tingkah haechan yang penuh bar-bar.

"Ya maap in echan kak dely, ya namanya juga lapel, kan kak dely tau echan habis maam halus maam snack dulu." Lirih si bungsu, membela dirinya agar sang kakak tak memarahinya lagi.

Hendery berdecak pelan, "yaudah embul tunggu disini sebagai jaminan untuk bibi kantin, sekarang kakak mau cari papa dulu!"

"Ih kok gitu! Echan mau ikut!"

"Ga bisa, kan embul yang dari tadi makan. Jadinya embul diem disini dulu sebentar," gelak hendery pada sang adik.

Haechan merengut, bibirnya mengerucut. Rasa kesal pada kakaknya begitu terlihat sekarang.

"Ini bayaran untuk kedua anak ini," pria tersebut menyerahkan kartu nya kepada si penjaga kantin, terlihat perawakan mirip sang papa.

Haechan membinar-binarkan bola matanya, "papa dateng nyelamatin echan!" Pekik anak tersebut.

"Mampus kau der! Papa bakal marah sama kamu." Lirih hendery meringis, ia takut menatap kedua manik tajam milik papanya.

"Ayo kita cari bunda," ajak johnny. Ia menarik tangan hendery dan menggendong haechan. "Hm, pinter ya kalian pergi ngga bilang-bilang." Lanjut johnny yang menahan rasa kesalnya.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang