40. Supranatural

4.7K 730 262
                                    

Note: Karena sekarang malam kliwon, aku mau buat yang horor walaupun ga horor haha. Ceritain pengalaman seram kalian dong ^^ dan jangan lupa ramein ya - ndak maksa.

Happy reading
.
.
.

"John! anak-anak hilang!" pekik Chitta cemas, dia sudah berlari mengambil boneka beruang yang sangat besar.

"Anak-anak kemana Chit?" tanya Johnny tak kalah panik.

"Mana aku tahu! kan kamu tadi sama mereka John?!"

Kini Chitta menangis lagi, sudah berapa kali Chitta menangis ketakutan karena anak-anak nya yang aktif?

Memang tak bisa di pungkiri lagi, anak-anak bapak Seo memang anak ajaib.

"Terus gimana sekarang? kita lapor polisi aja gimana?" usul pria tersebut.

"Belum dua puluh empat jam John, kita ga bisa ngasih laporan kehilangan. Kita balik lagi ke dalam gimana?" ucapnya seraya dengan nada bergetar, karena khawatir dan panik.

Johnny menganggukkan kepala, ia dengan segera mengunci pintu mobil dan berlari kembali menuju sang istri. Mereka akan mengelilingi gedung besar tersebut, hanya untuk mencari anak-anak mereka.

.
.
.

Dimana anak-anak nakal itu? kemana mereka pergi?

Di sinilah mereka sekarang, dekat dengan halaman parkir. Mereka berdiri di sebuah pohon yang sangat besar, melihat sesuatu yang menarik.

Balon,

Benda yang melayang itu menarik atensi kedua anak-anak ini untuk di ambil. Niat Haechan dan Hendery hanya ingin membantu mengambil balon helium yang bisa melayang, sebab melihat anak kecil berumur 2 tahunan menangis karena kehilangan balon. Hendery dan Haechan berinisiatif ingin membantu, dengan cara lari meraih ujung tali pada balon.

"Kak, susah banget." keluh Haechan.

"Embul diem aja di sini, biar kakak yang naik gimana?" usul Hendery kemudian.

"Kalau kakak jatuh gimana?" khawatir si bungsu.

"Ya jangan di doain dong mbul," ujarnya malas.

Haechan membantu sang kakak untuk naik ke atas pohon yang begitu besar, rantingnya banyak, dedaunannya juga lebat. Pohonnya begitu subur. Sesampai di atas, Hendery mengernyitkan dahi. Ada seorang wanita yang terduduk di ranting pohon yang begitu besar dan keras tentunya.

Hendery dengan segera mengambil balon helium yang menyangkut dekat ranting tersebut. Tapi sebelum ia turun kebawah, Ia ingin berkomunikasi dengan wanita di atas pohon tersebut.

"Kakak kenapa nangis?" tanya Hendery melembut. Tangannya ingin menepuk pundak wanita yang tengah menunduk itu.

"Kak dely! cepet tulun!" pekik Haechan dari bawah.

"Iya sabar! Kakak kenapa nangis?" ulangnya lagi.

"Balonnya mau diambil ya?" lirih wanita tersebut.

"Iya kak, mau Dery kembaliin sama adek kecil. Kakak mau balon? nanti Dery minta sama papa dan bundanya Dery," ujar anak tersebut.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang