Note: [Jangan bosen baca ff seo's house ya, aku ngerasa kesepian di book ini sekarang]
Happy reading
.
.
.Chitta membuka perlahan pintu kamar Hendery yang sudah tak terkunci, menatap buntalan tubuh yang berada di balik selimut. Chitta menghela napas perlahan, ternyata anaknya masih menangis.
"Kakak.." panggil nya dengan nada lembut. Chitta mengulum senyum kemudian, berjalan menghampiri sang anak. "kak, jangan nangis. Anak cowok kok nangis karena mainan?" goda Chitta.
Namun Hendery masih menangis sesegukkan di balik selimut, "Kak lihat bunda, jangan nangis." titah Chitta pelan.
Di bukanya selimut itu, Chitta memeluk tubuh kecil si sulung. "Kak? jangan diemin bunda, bunda ga suka."
"Hiks.. Der-dery u-udah bentak papa.." sesal nya sekarang, kejadian tadi membuatnya agak jengah karena perbuatannya yang tidak sopan pada sang papa.
"Itu berarti kakak harus bisa ngendaliin emosi, ga boleh ngebentak orang tua. Kakak ga salah, cuma boleh kaya gitu lagi okey?" tukas si ibu dua anak ini. "Kakak juga ga boleh iri sama adek, kan bunda udah sering ngajarin untuk saling menyayangi satu sama lain kan?" lanjut Chitta.
Hendery mengangguk seraya menghapus jejak air matanya yang mengucur jatuh membasahi pipi, "Dery sayang embul, dery ga pernah iri sama embul. Tapi Dery ma-mau deket sama papa, Dery cuma cemburu dikit sama embul karena embul deket sama papa." cicit sang anak yang masih dalam menangis.
Chitta tersenyum kecil, kemudian menghapus air mata Hendery. "Dery tau ga, setiap malam papa selalu curhat sama bunda. Papa bilang dia juga mau main sama Dery, tapi kakak sibuk sendiri. Jadi, papa ga mau ganggu waktu kakak yang sangat berharga itu." tukas Chitta pada Hendery yang kini sudah termenung tak menyangka, bahwa sang papa juga memiliki keinginan yang sama.
"Walaupun papa deket sama embul, bukan berarti papa lupa sama kakak. Paham?" lanjut Chitta seraya mengusap pelan rambut Hendery yang lepek akibat keringat.
Hendery mengangguk kembali, "iya bunda.. Dery paham, maaf." lirih Hendery.
"Besok kakak minta maaf, terus kita jalan-jalan ke pantai kalau liburan." ucap Chitta seraya mengajak Hendery untuk tertidur.
Sisi lain, Johnny yang mendengar dari luar kamar Hendery mendadak terenyuh hati nya. Sang anak ingin lebih dekat dirinya, mengingat Johnny adalah seorang direktur yang jarang pulang. Jika pun dekat dengan Hendery, itu hanya syuting film dan iklan saja. Air mata Johnny mendadak keluar, ia merasakan bahwa anak-anaknya memang harus mendapatkan kasih sayang tanpa di beda-bedakan. Tidak hanya menampilkan kasih sayang di depan umum saja, seharusnya Johnny memberi ruang tersendiri untuk menyayangi anak-anaknya.
Johnny perlahan masuk kedalam kamar Hendery, menatap Chitta yang tengah menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur. "Dery udah bobok?" tanya Johnny.
"Sudah pa, sini deketin. Cium dulu anak kamu." perintah Chitta membuat Johnny mencium perlahan wajah Hendery gemas.
"Maafin papa, cuma bisa nyenengin kakak hanya di depan kamera aja. Tapi aslinya, papa belum bisa nyenengin kakak." ucapnya dengan nada kecil, sangat parau.
"Kalian itu tsundere tau, papa dan anak sama aja." ujar Chitta di barengi tawa kecil. "Embul udah bobo kan?" Johnny mengangguk, merespon pertanyaan Chitta mengenai Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seo's House
RandomMenceritakan seputar kehidupan keluarga Suh Johnny dan istri beserta anak-anaknya. Seo Family in here💚 Warning Ini Genderswitch!!!! rank highest: #5ingenderswitch[20/11/20] #8indaily[20/11/20] #1inseofamily[20/01/21] #2injohnny[21/01/21] #8inhaecha...