45. Pilih Kasih

5.1K 735 118
                                    

Note: yang req ini, semoga kamu ingat :). Sedang di fase malas update, bantu saya buat semangat update dong :v.

Happy reading
.
.
.

Siang ini keadaan rumah keluarga Seo lumayan sepi. Si kepala keluarga tengah mengadakan pertemuan kolega di kota tetangga, sedangkan Hendery tengah membuat pr di dalam kamar, si ibu negara sekarang ingin rebahan di sofa lebar nan panjang setelah menjemur pakaian anak-anaknya. Sungguh lelah, but it's okay.

Tunggu, Haechan?

"Bunda!" Haechan berlari menghampiri bunda nya yang sudah rebahan seraya menutup mata karena mengantuk.

"Agh.. Dek, pelan-pelan jangan di timpa dong perut nya bunda. Sakit,"

Chitta mengaduh perlahan karena Haechan dengan mendadak menerjang tubuhnya, Haechan tidak berat hanya saja.. hem membuatnya terkejut.

Haechan memeluk ceruk leher sang bunda, kalau kaya gini sifat manja nya keluar. Biasa, kan papa nya lagi keluar kota jadi Haechan tidak bisa bermain bersama papanya.

"Mau papa!" Haechan berujar ingin Johnny kembali. Padahal Johnny baru kemarin pergi untuk menemui kolega.

"Jangan, papa lagi kerja. Disini aja bobok sama bunda dan dedek," sergah Chitta seraya mengajak Haechan untuk tidur siang.

"Dedek apanya!" elak Haechan tak suka jika salah satu keluarganya mengatakan jika ia akan memiliki seorang adik.

"Ih dedeknya disini, di perut bunda." gurau Chitta. Haechan semakin mengerat pelukannya, membuat Chitta sesak napas.

"Ga boleh ada dedek! cukup Ethan aja yang jadi dedeknya bunda." ucap nya seraya mencium pipi Chitta.

"Kalo Embul ga mau punya adek, embul jangan gede-gede dong. Segini aja, biar bunda ndak buat dedek baru."

"Okey." Haechan menjawab dengan nada berseru.

Chitta mencium pipi Haechan bertubi-tubi, pipinya gembil sekali seperti roti. Padahal umur Haechan akan menginjak 6 tahun, tapi imut nya masih seperti anak bayi.

Apalagi, Chitta sangat menyayangkan pertumbuhan pesat sang anak. Waktu cepat berlalu. Ia hanya takut anak-anaknya cepat dewasa dalam sesaat, dan Chitta tak ingin itu terjadi. Sehingga kini ia lebih memilih untuk lebih dekat dengan anak-anaknya ketimbang mengurus pekerjaan salon dan catering miliknya.

"Bobok, cuap-cuap pipi bunda mana?" Haechan menampilkan senyuman riangnya dan kembali mencium pipi sang bunda.

Jika kalian membayangkan, ini sangat manis sekali.

.
.
.

Sedangkan Hendery tengah bergelud dengan pelajaran matematika, sungguh sial bukan main! Hendery tidak mengerti dengan materinya sekarang. Perlukah ia kerumah Xiaojun untuk mengerjakan tugas bersama-sama?

"Duh, gimana ni? ga paham." desahnya malas, apalagi melihat soal matematika membuatnya jadi nambah mengantuk lagi.

"Perlu ke rumah Dejun atau Mark, tapi mager."

Mau tidak mau, Hendery beranjak dari duduknya. Membawa buku pelajaran, lalu turun ke lantai bawah.
Menatap sang bunda yang tengah menepuk bokong sang adik.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang