12. Tumbuh Gigi

8.2K 992 100
                                    

Happy reading
.
.
.


Hendery hanya dengan balutan kaos kutang dan pampers, tidak lupa dengan empeng dotnya. Ia tengah tertidur, bayi yang kini sudah menginjak 6 bulan itu sangat menikmati tidur siangnya.

Johnny sibuk dengan berkas di depan ruang kerjanya, walaupun hari libur Johnny tetap memiliki tugas.

Sedangkan Chitta, ibu rumah tangga ini sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Surgawi sekali ketika ia duduk disofa yang panjang, dan ingin sekali merebahkan pinggangnya yang lelah ini.

Belum saja 2 menit ia memejam mata, suara bayinya terdengar begitu keras. Ayolah.. Chitta ingin istirahat sebentar saja.

Dengan cepat ia menghampiri kamarnya dan menemukan bayinya tengah menangis dalam keadaan tidur.

"Aduh kak.. kenapa lagi sih?" desahnya lelah, ia menghampiri sang anak dan membenarkan empeng dot anaknya.

Dan benar saja, Hendery tidak menangis. Chitta mendengus pelan dan mulai membaringkan tubuhnya disamping sang anak, seraya menepuk pelan bokong Hendery yang terbalut pampers.

"Mmm.." lenguh Hendery, bayi ini melepaskan empeng dotnya.

"Kenapa sayang?" tanya Chitta, ketika anaknya merentangkan kedua tangannya.

"ndaa" rewel bayi yang hampir berumur 7 bulan itu.

"Ih pinter anak bunda..." puji Chitta, ia mulai bersandar di balik tembok bercat putih.

Chitta mengendong Hendery dan  mendudukkannya dipaha. Hendery terbangun karena merindukan dada bundanya, tentu saja ia ingin minum susu.

Chitta menyandarkan Hendery pada dadanya, mendekap tubuh si kecil agar tertidur lagi. Namun sepertinya Hendery sedang haus, bayi itu mulai mendusal pada dada sang ibu.

"Kenapa sayang?" tanya Chitta, kemudian tangan mungil Hendery menyentuh dada sang ibu.

Kepekaan Chitta pada sang anak memang lebih mengerti, Chitta mulai memberikan asi untuk Hendery.

Setiap kali Hendery menyedot selalu saja Chitta merasa perih, entahlah sepertinya ada yang luka di area putingnya.

"Kak, jangan digigit.. sakit" keluh Chitta, ia mulai menghentikan aktivitas menyusui Hendery.

Baiklah, ia akan mengecek gusi Hendery. Kenapa setiap kali Hendery meminta susu selalu saja ada bekas luka tergores?

"Kakak coba Aa" titah Chitta sembari memperagakan bentuk bibirnya kearah Hendery.

Chitta tengah mengecek pada gusi Hendery, siapa tau ada sesuatu disana.

Kedua manik coklat Chitta berbinar-binar ketika melihat 3 buah gigi seri hampir muncul di permukaan gusi Hendery.

"Wow....." pekik Chitta, tentu saja membuat Hendery sentak terkejut.

Chitta mengangkat Hendery seperti terbang layaknya pesawat, Chitta merasa terharu dengan Hendery.

"Yey! anak bunda udah besar.. udah mau punya gigi" ucap Chitta dengan nada berseru kearah bayinya.

Hendery nampak terkikik geli melihat sang ibu dari atas, apa yang membuatnya lucu? entahlah hanya Hendery yang tahu.

"Jadi jatah nyusu ke bunda sudah selesai" lanjut Chitta, Hendery yang awalnya tertawa imut kini merubah mimik wajahnya menjadi linglung.

Tunggu, jatah menyusuinya sudah selesai? yang benar saja.

Chitta masih membawa Hendery dalam dekapannya, sang anak masih mendusal manja kepada ibunya seperti memohon menginginkan susu.

"Kenapa Chitt? kok teriak girang gitu?" tanya Johnny heran ketika mendengar suara teriakan sang istri.

"Kakak udah tumbuh gigi pa.. jadi aku sudah selesai ngasih susu eksklusif untuk kakak" jawab Chitta.

"Masa? coba lihat" ucapnya dengan rasa penasaran.

Benar saja, Johnny dengan wajah yang bangga mulai menghujam muka sang anak dengan ciuman. Hendery terlihat menggemaskan.

Kini Hendery tengah berada di gendongan sang ayah, namun tangannya masih menjulur menghadap dada sang ibu.

Ayolah Chitta kini tengah berbahagia, saatnya memberi susu formula untuk Hendery.

"Titip kakak ya, aku mau buatin susu formula dulu biar ga rewel anaknya" titah Chitta pada sang suami yang sibuk mencium Hendery.

"Siap Chitt" sahutnya.

Chitta keluar dari kamar berniat untuk membuat susu formula, sedangkan Johnny masih sibuk bermain dengan Hendery.

"Akkkk! Da.. da.. da.." pekik abstrak Hendery, Johnny tidak tahu apa yang diinginkan oleh bayinya ini.

"Masi bayi udah tau dada aja kamu" sahut Johnny.

"Ndaaa!!!!" teriak Hendery.

"Kenapa si nak? mau apa?" tanya Johnny yang masih sabar dengan tingkah sang anak.

"Umhh... Da Da" ucap abstrak Hendery lagi.

Johnny nampak terkejut, ayolah siapa yang mengajarkan anaknya ini tentang dada?

"Siapa yang ngajarin kamu ngomong dada?" introgasi Johnny pada sang anak.

"Dada!"

Baiklah diumur Hendery yang terbilang sangat muda ia sudah pandai mengatakan kata dada. Bisakah beri Johnny waktu untuk berpikir sejenak?

"Dada siapa?" tanya Johnny lagi.

"Uuuuu" ucap lantang Hendery, seraya menunjuk wanita cantik dibelakang sang ayah yang tengah membawa botol susu.

Johnny menoleh kearah belakangnya, oh Chitta sudah selesai membuat susu formula untuk Hendery rupanya.

"Da.. Daa.."

Chitta menoleh kearah Hendery yang terus ingin digendong olehnya, tanganya mengepik kearahnya.

"Kenapa Kak? mau susu? no way" ucap Chitta seketika wajah girang Hendery menjadi manyun dan lesu.

"Lihat pa, anak mu pinter banget ngedrama" ujar Chitta dibarengi kekehan suaminya ini.

"Anak mu juga Chitt" sahut Johnny.

Chitta mengambil alih mengendong Hendery, dengan cepat memberi susu botol kepada bayinya itu.

"Sayang kalian berdua banyak-banyak" ucap Johnny tiba-tiba, ia mulai mengelus kepala sang istri.

"Kalau gini pasti ada maunya" terka Chitta.

"Hooh.. kok tau si kamu" balas Johnny dengan senyuman cengir.

"Mau apa?"

"Kakak kan udah selesai nyusunya di kamu, jadi aku boleh nyusu di kamu ga sekarang?" ucap Johnny dengan menampilkan wajah imutnya.

"Ga! yang ada bisa lepas puting ku karena kamu gigit!" tolak Chitta.

"Aku kangen kamu lo Chitt" rengek Johnny. Chitta menatap sang suami dengan intens, ia harus menolak semua ucapan suaminya.

"Popo deh" pinta Johnny. Maksud Johnny ia ingin mencium tulang dada milik istrinya.

"Ga!" elak Chitta

Johnny memasang wajah puppynya seperti memohon pada Chitta yang tengah asik menggendong sang anak.

"Kalau gitu nyentuh aja boleh ga?" baiklah sekarang Johnny sudah menumbang pertahanan batin Chitta.

"Eum.. bo--" ucapan Chitta terpotong ketika tangan Hendery menyentuh dadanya. Seakan-akan Hendery tidak ingin memberi ruang pada Johnny untuk berbagi.

Johnny seakan pundung, dan merebahkan dirinya keranjang dengan wajah lesu. Ia kalah cepat dengan anaknya.

Tbc
.
.
.

Ps: [Aku tau ini bakal panjang banget udah kaya keseharian keluarga Seo, aku harap kalian ga bosen]

Hai aku update lagi.. ehe, pasti kalian bosen ya? gapapa :') cerita ku emng gini. Eh diakhir part jangan berpikir yang ga-ga.. udah, semoga kalian terhibur. Jangan lupa apresiasi kalian💚

Voment Juseyo✔

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang